Chapter : 08

632 171 201
                                    

PAGI ini Keira datang lebih cepat dari pada biasanya. Hanya sekitar lima orang yang ada di kelas 12 IPA 1.

Olin datang dari arah pintu masuk kelas, mengagetkan Keira yang sedang duduk melamun tak ada mood.

Belum sampai Olin mengagetkan Keira, tapi gadis itu sudah mengetahuinya duluan. "Ngga usah ngagetin segala!" ujar Keira dengan muka datar.

Olin? Dia hanya menyengir lalu beralih duduk di samping Keira.

"Kei kenapa nggak bales pesan gue semalem?" tanya Olin kesal, ia merasa ngomong sendiri kemarin.

Keira menatap Olin sekilas, "Gue nggak ada hape."

"Nggak ada gimana? Kei, yang jelas dong ngomongnya," pinta Olin.

Keira mendesis. "Ya ngga ada Lin, hape gue di rampas cowo gila itu!" ujar Keira berusaha tidak mengingat kejadian kemarin.

Flashback on

"Eh lo mau kemana? Makan dulu!" teriak pria tampan yang mengenakan hoodie hitam, sebelah tangan Regan menggenggam ponsel Keira.

Keira tidak menghiraukan panggilan atau boleh di katakan sebagai perintah dari Regan. Keira terus berjalan diatas trotoar jalan, Regan berlari meninggalkan pesanan makanan yang baru saja sampai saat Keira beranjak pergi. Setelah membayar makanan tanpa di makannya, Regan berlari mengejar Keira.

Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

"Lo ngambek ya?" tanya Regan saat menahan lengan sebelah kanan Keira agar berhenti berjalan meninggalkan Regan.

Regan tidak tahu harus memanggil gadis ini siapa? Karena semejak kejadian di hari itu, sampai sekarang Regan tidak mengenal nama Keira, Regan hanya mengenal wajah Keira saja.

"Nggak usah nanya kalau lo tahu jawabannya sendiri" balasnya.

"Kita aja belum kenalan, tapi lo udah bisa semarah ini ke gue?" ujar Regan.

"Terserah gue!" ujar Keira lalu menepis tangan Regan dari lengannya.

"Lo marah ke gue hanya karena ini?" Regan memperlihatkan ponsel Keira yang berada dalam genggamannya.

"Hal yang nggak penting buat lo, bukan berarti nggak penting buat orang lain!" ujar Keira menatap Regan kesal.

Sebuah angkutan umum berhenti di pinggir jalan tempat mereka berdua berdebat. Keira menaiki angkot, meninggalkan Regan begitu saja tanpa sepatah kata pun menyatakan bahwa ia pulang sendiri.

Bahkan Regan belum sempat memberikan ponsel Keira.

Huh, ini kali pertamanya Regan menghadapi amarah cewek. Ternyata seperti ini ya rasanya?

Cowok memang selalu salah di mata cewek!

Regan akui dialah yang salah dalam masalah ini, tapi Regan benar-benar tidak sengaja melakukan itu. Ia juga tidak menyangka semuanya akan jadi seperti ini, Keira marah pada Regan.

Flashback off

"Cowok gila mana? Siapa?" tanya Olin heran sendiri.

Keira membuang napas kasar.

"Cowok yang sok cool, sok ganteng, sok berkuasa di sekolah ini, songong, dan pokoknya cowoknya tu nyebelin banget deh!! Nah tu cowok yang ngambil hape gue, kepo banget sama tuh hape. Kelamaan jones kali ya?" ujar Keira menampakkan ketidaksukaannya.

"Siapa sih Kei? Regan ya?" Olin menerka langsung diangguki oleh Keira saat nama 'Regan' disebut.

Olin menatap Keira tak percaya. "Regan ngambil hape lo?" tanya Olin memastikan.

"Hm.."

"Kenapa dia ngambil hape lo? Lo cari masalah ya sama dia?" tanya Olin dengan rasa penasaran yang menggebu.

"Bukan gue yang cari masalah, tapi dia yang cari masalah sama gue!" Keira bete.

"Maksud lo?"

"Tau ah, males gue jelasinnya. Yang ada gue makin kesel makin bete makin muak sama tuh cowok!!"

♡♡♡

Kelopak mata Keira masih tertutup rapat, menandakan ia masih senantiasa tertidur di dalam kelasnya. Keira tidur saat jam pelajaran terakhir dimulai, di karenakan guru tidak ada alias jamkos, maka Keira lebih memilih untuk tidur menghilangkan perasaan mengganjal hatinya. Padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya Kafka.

Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar duapuluh menit yang lalu, namun Keira masih saja tertidur dengan posisi badan yang dicondongkan ke depan dan kepala yang di tidurkan di atas meja. Rambutnya yang panjang tergerai indah, hidung mancung, kulit putih dan bibirnya yang merah muda membuatnya terkesan cantik walaupun dalam kondisi tidur.

Tidurnya yang begitu lelap membuat teman-teman Keira enggan untuk membangunkannya. Namun dikarenakan seorang lelaki bertubuh kekar meminta agar Olin dan Metha pulang, barulah mereka pulang.

Regan duduk di samping Keira yang sedang tidur. Mata Regan memperhatikan wajah Keira lama. Jari jemari Regan menepikan helaian rambut Keira yang menutupi sebagian wajah gadis itu. Kelopak mata Keira mulai terbuka menampakkan si pemilik tangan yang sekarang tengah mengelus puncak kepalanya pelan.

Keira memandangi orang itu dengan kondisi yang belum terlalu sadar. Regan menurunkan tangannya dari puncak kepala Keira. Regan terlihat seperti orang salah tingkah.

"Nih hape lo," Regan memberikan ponsel Keira tepat di depan wajah Keira.

To Be Continued..

Really LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang