Chapter : 27

468 80 174
                                    

GEDUNG SMA Dazzle kini tengah kosong di karenakan bel pulang telah berbunyi dari satu jam yang lalu. Hanya beberapa siswa saja yang masih memilih berada di sana. 

Derap langkah kaki terdengar menggema di sepanjang lorong. Mereka lebih memilih saling diam tanpa mau membuka pembicaraan.

Keira mengeratkan pegangannya pada tali tas, lalu mempercepat langkahnya mendahului Regan. Ia tak mau membuat Kafka menunggu terlalu lama.

Regan masih senantiasa berjalan dengan langkah santai, tidak ada niatan untuk menyusul langkah kaki Keira yang berjalan mendahuluinya. Pandangan Regan sama sekali tak teralihkan dari punggung gadis yang berjarak satu meter di depannya.

Tangan Regan mulai meraih tas Keira lalu menariknya ke belakang, hingga membuat langkah Keira terhenti. Karena gaya tarikan yang di berikan Regan pada tas yang di sandangnya lumayan kuat, membuat tubuh Keira mundur menghantam dada bidang Regan.

Mereka memang tidak saling berpandangan, tapi dapat di pastikan degup jantung mereka jauh lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan, Regan dapat mendengar deru nafas cewek yang kini tengah menempel di dadanya. Beruntung tas Keira menjadi pembatas, sehingga detak jantung Regan tak dapat di rasakan oleh punggung mungil gadis itu.

Detik berikutnya Keira mendengus kesal menjauhkan tubuhnya dari Regan. "Apaan sih lo pake narik-narik tas gue segala! Ntar kalau gue jatuh gimana?!" titah Keira memukul lengan Regan keras.

Regan meringis kesakitan memegangi lengannya yang di pukuli Keira. "Kasar banget sih lo Kei, ngga kira-kira mukulnya," kata Regan mengelus-ngelus lengannya dengan kepala yang sedikit di miringkan ke arah samping.

Keira memutar bola matanya malas. "Segitu aja sakit, lebay lo!" ejek Keira berkacak pinggang.

Regan tidak bohong! Pukulan yang di layangkan Keira di lengannya memang menyisakan sakit. Entah mempunyai kekuatan super dari mana, tiba-tiba saja ia bisa memukul sekuat itu.

"Lagian, siapa suruh lo pake narik-narik tas gue segala?!" kata Keira membela dirinya.

Regan tampak acuh seperti orang yang lepas dari beban hidup, hal itu membuat Keira melayangkan tatapan sengitnya. Gadis itu kini tampak menahan amarah pada lawan bicaranya.

Regan membenarkan posisinya ke awal, berdiri dengan tegap tanpa wajah yang meringis kesakitan akibat pukulan Keira di lengannya tadi. Ia tampak sedang berpikir keras, bukannya berpikir untuk mengingat apa yang akan di tanyakannya. Tetapi, ia berpikir bagaimana cara menanyakan hal itu pada Keira.

Keira melayangkan telapak tangannya di depan wajah Regan cukup lama. "Woi! Lo kenapa? Gue lagi buru-buru nih, lo malah bengong," sahut Keira menepuk pundak Regan, bermaksud agar cowok itu tersadar dari lamunan.

Pandangannya teralih pada gadis yang barusan menepuk pundaknya, hanya tatapan datar dengan penuh banyak tanya yang tersuguh di sana. "Dia kenapa?" tanyanya mulai membuka suara.

Kerutan muncul pada dahinya, ia menatap Regan lekat. "Dia??" kata Keira terhenti sejenak. "Dia siapa?" tanyanya lagi, bingung.

Regan menghembuskan napas kasar mengusap wajahnya frustrasi. "Tadi gue liat dia nangis di belakang sekolah," Keira mengerti siapa gerangan yang di pertanyakan oleh Regan.

Tragedi yang menimpa Nadya saat jam istirahat kedua sedang berlangsung, seketika membayang di benak Keira. Kejadian yang tak perlu di pertanyakan lagi dengan permulaan kata kenapa? Bagaimana? Ada apa? Gimana?

Flashback on

Sebuah tamparan mendarat pada pipi sebelah kanan Nadya. Awalnya gadis itu sempat meringis kesakitan saat tangan itu tiba-tiba melayang mendarat mulus di pipinya, namun ia masih berusaha tetap tenang. Menatap datar si pemilik tangan.

Really LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang