REGAN memperlambat laju mobil lalu memilih untuk menepikan mobilnya di pinggir jalan. Kenapa ia selalu kepikiran dengan Keira?
Ia bahkan tak tahu entah sejak kapan bayang-bayang Keira selalu menghantui benaknya. Apa benar Regan mulai menyukai gadis itu? Atau Keira hanya sebuah pelampiasan rasa sukanya terhadap Nadya? Tapi jika itu benar, lalu mengapa ia nyaman dan bahkan menyukai apabila gadis itu tersenyum padanya?
Namun rasa sukanya terhadap Nadya mungkin jauh lebih besar dan mungkin sulit untuk di banding-bandingkan dengan rasa apapun yang ia punya terhadap orang lain.
Jujur, melupakan itu sangat menyulitkan. Selain menguras energi, hati malah semakin perih. Karena semakin dalam kalian mencintai seseorang maka semakin sulit untuk di lupakan. Begitu pula yang Regan alami.
Andai saja waktu bisa di putar kembali, mungkin Regan akan memilih untuk tidak mengenal Nadya agar tak merasakan bagaimana sakitnya jika cinta di tolak. Tapi karena itu pula Regan jadi tahu bahwa mencintai itu tak harus memiliki.
Regan sama sekali tidak menyesali hatinya yang memilih berlabuh pada Nadya. Ia hanya marah dan mengekang kenyataan karena perbuatan ayahnya yang sangat memilukan baginya. Dengan beribu cara pun tak akan dapat menggantikan hatinya yang tlah hancur berkeping saat menerima kenyataan, bahwa ayahnya berselingkuh dengan ibunya Nadya.
Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya, sudah tahu bahwa ia menyukai Nadya putri dari Anggita dan Irlan. Tapi apa yang dilakukannya? Ia malah berselingkuh dengan ibunya Nadya.
Dalam perselingkuhan itu bukan hanya cinta Regan dan Nadya yang menjadi korbannya, tapi papa Nadya juga. Irlan menjadi stress berat dan terpaksa harus di rawat di rumah sakit jiwa. Inilah satu-satunya faktor utama yang menjadi alasan mengapa Nadya tidak mau menerima Regan menjadi kekasihnya.
Di satu sisi Regan turut prihatin bahkan sangat-sangat prihatin dengan Nadya dan ayahnya. Namun di sisi lain ia juga prihatin dengan mamanya yang sama sekali tidak tahu menahu soal kejadian itu. Andai saja mamanya Regan mengetahui kenyataan bahwa suaminya berselingkuh, tentu saja keluarga Regan akan jadi berantakan seperti keluarga Nadya bahkan lebih berantakan daripada itu.
Yang paling Regan heran dari Anggita, ibunya Nadya adalah ia sama sekali tidak pernah menyesal atas perbuatannya yang sudah pastinya salah. Anggita menganggap semua perbuatan yang dilakukannya itu benar selama hal itu membuat dirinya bahagia. Ia bahagia dengan limpahan harta yang menggelinangi hidupnya. Anggita bahkan tidak peduli lagi dengan suami dan anaknya. Anggita memutuskan untuk bercerai dengan Irlan lalu menikah dengan Byan, ayah Regan.
Berulang kali Byan meminta maaf pada Regan, tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Regan yang menyatakan bahwa ia telah memaafkan Byan. Sekitaran enam bulan Regan menghindari Byan, sampai akhirnya ia berusaha untuk memaafkan meskipun luka di hatinya takkan pernah bisa sembuh dan utuh kembali.
Meskipun Riana mamanya Regan tak pernah tahu tentang permasalahan ini, tak sekalipun Regan ingin membuka suara membongkar kebusukan Byan. Regan yakin suatu saat nanti Riana pastinya akan tahu tanpa di beri tahu.
Byan memang sudah menceraikan Anggita sekitaran dua bulan lalu, karena Byan yakin dengan begitu Regan mau memaafkannya. Namun tetap saja Regan tak bisa bersikap seperti dulu, semuanya perlu waktu.
Menurut Regan percuma saja Byan menceraikan Anggita jika pada akhirnya Byan masih memberikan semua kebutuhan serta keinginan Anggita. Lagi pula dengan adanya perceraian itu, Regan bisa kembali mengukir tawa bersama Nadya lagi? Atau mungkin Nadya mau menerima cintanya? Tentu saja tidakkan. Semuanya hanya sia-sia.
Nadya cinta pertamanya harus bergores luka hanya karena kejadian itu. Hati Nadya penuh luka, keluarganya hancur cintanya hancur dan ayahnya?
Ingin sekali Regan menebus seluruh kesalahannya pada Nadya, tapi bagaimana caranya jika Nadya saja sudah tak ingin melihat wajahnya lagi. Menghindar dan terus menghindar. Regan capek, ia lelah dengan semua ini. Ingin mengakhiri tapi tak mampu.
"Argh!" Regan mengacak-acak rambutnya frustasi ketika ingatan buruk itu tiba-tiba membayang di pikirannya.
Regan merogoh saku celana mengambil ponselnya. Matanya mencari nomor ponsel seseorang sebelum akhirnya ia menekan ikon telpon yang berada di samping kanan layar ponselnya.
Cukup lama Regan menempelkan layar ponsel pada telinganya barulah suara gadis terdengar dari seberang sana.
"Halo, kenapa?" tanya orang itu dengan nada bicara seperti biasanya.
"Lo sibuk?" tanya Regan dengan sebelah tangannya lagi masih senantiasa mengacak-acak rambutnya. Sesekali ia menatap jalanan yang di penuhi oleh lalu lalang kendaraan tanpa hentinya.
"Enggak, gue lagi nyantai kok," jawabnya.
"Oh. Mau jalan bareng?" tawar Regan.
Awalnya tidak ada jawaban yang di berikannya dan hampir saja membuat Regan frustasi. Namun pada detik berikutnya, untung saja gadis itu tidak menolak tawaran Regan.
"Boleh, tapi lo yang jemput ya? Sekalian traktirnya, oke?" gadis di seberang sana sedikit tertawa karena tingkahnya yang sudah terkesan seperti cewek matre.
"Iya!" jawab Regan bete.
"Ikhlas nggak nih?" Regan hanya berdeham sehingga membuat gadis itu kembali tertawa kecil sambil menggigit pelan bibir bawahnya.
♡♡♡
Keira melirik seseorang yang sedari tadi hanya diam terfokus pada arah jalanan yang di penuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang. Sore ini jalanan kota sangat ramai sehingga banyak kendaraan yang memilih bersantai saat berkendara, bahkan hampir tidak ada yang ngebut-ngebutan.
Dapat Keira pastikan bahwa Regan sedang badmood. Dari mukanya saja sudah memperlihatkan bahwa ia sedang punya banyak pikiran.
"Yaelah Ga, kalau lo nggak mau mentraktir gue ya bilang aja. Jangan kaya gini iya-iya tapi malah kesel dalam hati," Keira buka suara.
Masih diam.
"Bukan gitu," kilahnya tanpa mengalihkan pandangannya dari arah jalanan.
Keira yang sedang membenarkan jepitan rambut berwarna pink hambar pada poninya lalu beralih menatap Regan heran.
"Ya terus?" tanyanya sedikit bingung namun penasaran ingin mengetahui isi pikiran Regan. Huh, andai saja ia bisa membaca pikiran orang lain, mulutnya tidak akan bertanya tentang hal yang mengganjal di hatinya.
"Arhg! Udahlah nggak usah di bahas, pikiran gue cuma lagi kacau aja," Regan memukul stir mobilnya.
"Kalau ada masalah ya cerita, jangan di pendem sendiri," ujar Keira menasihati.
Regan mengalihkan pandangannya pada gadis berpita pink yang duduk di sampingnya. Pita pink atau jepitan dan apalah itu Regan tak tahu. Yang penting ada pita di poninya Keira, sehingga ia terlihat semakin imut. Tapi tumben dia memakai hal semacam itu?
"Mau cerita ke siapa? Lagian gue udah biasa kaya gini," Regan kembali menatap ke arah jalanan di depannya.
"Kenapa lo nggak cerita ke gue aja?" tawar Keira menarik turunkan sebelah alisnya saat Regan menatapnya. "Tenang aja gue bisa jaga rahasia kok, aman!" lanjutnya sambil menampakkan kedua jempolnya.
Regan menatap Keira menyelidik lalu berkata, "Gue pikir-pikir dulu."
Keira memanyunkan bibirnya. Sementara Regan hanya bisa mengulum senyumnya lalu beralih fokus pada jalan.
"Kita mau kemana sih?" tanya Keira bersuara kembali. Namun, Regan hanya diam tak menggubris.
"Gimana kalau kita makan es krim aja? Gue tahu kok makan es krim yang enak dimana. Mau ya? Ya?" ajak Keira yang hanya di balas dengan anggukan oleh Regan.
To Be Continued..

KAMU SEDANG MEMBACA
Really Love
Teen Fiction"Karena ada banyak rasa yang tak perlu untuk di sampaikan."|| -Dari luka yang tak kunjung pulih. #Welcome to Really Love: Ini perihal hati yang berevolusi menjadi sebuah perasaan beku yang sulit terpecahkan. Perihal luka yang perlahan me...