"Karena ada banyak rasa yang tak perlu untuk di sampaikan."|| -Dari luka yang tak kunjung pulih.
#Welcome to Really Love:
Ini perihal hati yang berevolusi menjadi sebuah perasaan beku yang sulit terpecahkan.
Perihal luka yang perlahan me...
"NIH hape lo," Regan memberikan ponsel Keira tepat di depan wajah Keira.
Keira belum mengambil ponsel tersebut, ia masih terpana menatap Regan. Detik berikutnya, Keira tersadar. "Lo ngapain disini?" Keira membenarkan posisinya.
Keira bungkam. "Nih hape lo!" Regan memindahkan ponsel itu ke telapak tangan Keira.
"Udah selesai kepo nya?" ujar Keira sewot. Kedua mata Regan melotot saat Keira menuduhnya kepo. Apa kepo? Memangnya Regan kepo ya jika ia hanya memeriksa isi ponselnya Keira? Ah mungkin iya.
"Ye siapa juga yang kepo sama hape lo! Orang gue cuma pengen liat gimana reaksi lo kalau gue ngambil tuh hape, eh ternyata lo nya malah marah pake ngambek lagi," Regan menjelaskan.
"Terserah! Tapi yang penting lo tetep kepo sama urusan gue kan?!" ucap Keira dengan percaya diri.
"Iyain, biar seneng!" balas Regan lalu berdiri dari duduknya dan beralih pergi meninggalkan kelasnya Keira. "Eh tungguin gue!" pinta Keira langsung menyandang tasnya dan berlari mengejar Regan yang telah mendahulukannya.
Keira baru sadar, ia tertidur lumayan lama hingga saat terbangun seorang pun tak ada dikelasnya bahkan hanya ada Regan si cowok paling dibencinya, mungkin.
Keira melirik jam berwarna putih yang melingkar pada pergelangan tangannya, disana menunjukkan pukul lima sore lewat dua menit. Keira tampak gelisah memikirkan dengan siapa ia akan pulang?
Untuk sampai di parkiran sekolah Regan harus melewati lorong demi lorong yang sedikit gelap dikarenakan cuaca yang mendung dan lampu di bagian lorong pun tidak hidup. Keira mensejajarkan langkah kakinya dengan Regan. Gadis itu takut gelap, namun ia berpura-pura tegar karena ia tidak mau dianggap penakut oleh cowok disebelahnya ini. Lorong sekolah yang telah tak berpenghuni, menambah kesan menakutkan untuk Keira.
"Lo kenapa? Takut?" tanya Regan melirik gadis di sebelahnya yang memperdekat jarak. Keira menggeleng, "E-enggak!" jawabnya sedikit ragu.
Regan hanya mengangguk pelan.
Mereka berdua sampai di parkiran sekolah. Regan hanya memperhatikan Keira dalam diam. Bibir merah muda Keira tampak pucat.
"Lo sakit?" Regan memastikan.
"Gue lagi nggak sakit cuma nggak enak badan aja," Keira mengeratkan pegangan pada tali tasnya.
Keira mengernyit lalu menatap langit yang menyembunyikan sang mentari. "Mendung?" ujar Keira.
"Ahg! Ya kali gue latihan mendung gini. Bentar lagi hujan turun, ayo masuk!" pinta Regan membukakan pintu mobilnya untuk Keira. Keira menuruti perintah Regan.
Baru saja mereka mereka masuk ke dalam mobil, bulir-buliran hujan mulai turun menimpa bumi.
Regan mengendarai mobil dengan kecepatan standar. Suasana hening tercipta diantara mereka. Keira diam memandang dari balik kaca jendela yang menampakkan lalu lalang kendaraan di timpa derasnya hujan sore hari.
"Regan!" Regan yang merasa namanya dipanggil pun melirik gadis pucat yang berada disebelahnya. "Boleh mampir ke toko kue bentar?" tanya Keira ragu-ragu.
"Mau ngapain?"
"Hm, mau beli kue buat temen gue hari ini dia ulang tahun!" jawab Keira.
Tentu saja Keira berbohong pada Regan, ia mengganti kata 'pacar' menjadi teman. Tapi, apa masih layak Kafka di sebut pacarnya Keira?
"Boleh ya?"
"Iya" Senyuman Keira mengembang saat Regan menyetujui permintaannya.
"Nih cewek boong! Temen? Pacar dibilang temen! Dia kira gue bego' kali ya," batin Regan.
♡♡♡
Keira melihat satu per satu kue ulang tahun yang terpajang di dalam sebuah lemari kaca dengan beragam motif. Namun Keira memilih sebuah kue yang tidak terlalu bermotif, tapi terkesan simple.
"Yang ini ya mbak," ujar Keira yang langsung diangguki oleh salah satu pelayan di toko itu.
Regan berjalan mendekati Keira yang sedang berdiri dekat seorang pelayan toko yang bertugas menghias kue. "Kei lo udah dapet kuenya?" tanya Regan yang dibalas anggukan oleh Keira.
"Mau ditulis dengan nama apa ya kak?" tanya pelayan toko yang mengenakan topi koki berwarna putih.
"Kafka Bramasta, bagus-bagusin ya kak!" pinta Keira sambil tersenyum ramah.
Regan memperhatikan Keira.
"Buat apa lo peduli dengan cowok yang nggak pernah natap lo Kei?!" batin Regan.
Sebuah kotak kue dibungkus oleh kantong plastik putih diberikan kepada Keira. Namun saat beberapa lembar uang berwarna merah ingin diberikannya kepada pelayan kasir, sebuah kartu persegi panjang di berikan Regan pada si pelayan kasir.
"Biar gue yang bayar!" ucapnya namun Keira tak menyetujuinya.
"Nggak usah, biar gue aja yang bayar!" pinta Keira namun Regan tetaplah Regan, tak ada orang yang boleh membantahnya.
Beberapa lembaran uang itu tidak jadi di berikan Keira kepada si pelayan karena Regan telah membayar kue itu dengan kartu kreditnya.
"Nih uangnya, gue nggak mau ada utang budi ke elo!" Keira menyodorkan beberapa lembaran uang tadi kepada Regan.