Chapter : 31

291 26 93
                                    

TERDENGAR helaan napas panjang ketika ikatan tali sepatunya kembali terlepas. Dengan wajah jengkel ia menatap tali sepatu sebal sebelum akhirnya ia menunduk untuk mengaitkan kembali.

"Awas sekali lagi lo copot, gue gunting lo!" ujarnya bermonolog seraya mengaitkan tali sepatu membentuk pita.

Sorot matanya mengarah pada sepatu converse kuning berpadukan bis putih yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Sontak gadis itu mendongak menyaksikan siapa pemilik dari sepatu yang tak lazim telah melanggar aturan sekolah.

"Sama sepatu aja bisa berantem ya," tuturnya tersenyum miring dengan kedua tangan tenggelam dalam saku.

Keira memutar bola matanya malas saat pandangan mereka bertemu. Dengan helaan napas kasar gadis itu kembali berdiri. Beberapa kali ia menepuk permukaan lututnya, membersihkan butiran pasir yang menempel.

"Ntar malem acaranya, mau gue jemput?" kata Regan yang hanya mendapatkan tatapan tanpa arti dari gadis aneh yang tengah berdiri di hadapannya seraya bersedekap.

Kening Keira mengernyit sembari mengingat permintaan Kafka semalam.

Regan melirik arloji hitam yang melingkari pergelangan tangannya. "Perlu berapa jam untuk lo ngejawab?" sahut Regan mendengus kesal.

Keira menutupi mulutnya dengan kepalan tangan, ekor matanya berair ketika tawa itu terpecah. Sebenarnya tidak ada yang lucu, tapi entah mengapa ia hanya ingin tertawa.

"Humor lo receh," ejek Regan menyembunyikan senyum.

"Bodo! Oh ya, ntar malem lo nggak usah jemput gue," kata Keira mengambil napas untuk melanjutkan kelanjutan dari perkataannya.

Sebelah alis Regan terangkat. "Siapa yang mau jemput elo? Gue cuma nanya, pede!" sahut Regan dengan nada penuh penekanan di akhir kata.

Keira berdecak sebal sembari menyilang tangannya di dada, menatap Regan sengit, nyebelin banget sih nih cowok pikirnya.

"B.O.D.O! GAK PERDULI!" balas Keira emosi.

"Gue juga," sahutnya santai tanpa beban. Hal itu membuat hati Keira terbakar saking kesalnya.

"Ga nanya dan gak mau tahu!" kata Keira kemudian menstabilkan napasnya. "Nanti malem gue bakal dianter Kafka, jadi lo nggak akan kerepotan buat jemput lagi," jelas Keira.

"Bagus kalau gitu!" sahut Regan seakan tak perduli. Hal itu berhasil membuat Keira memanyunkan bibir.

Ish dasar nggak peka! Nggak pedulian juga!

Gadis itu ngacir ke kelasnya bersungut-sungut, ia sengaja meninggalkan Regan yang kini sudah sibuk berbincang bersama seorang gadis. Seingat Keira gadis itu adalah gadis yang waktu itu mengutarakan perasaannya pada Regan. Ah, tapi masa bodohlah. Keira tak perduli!

Ia hanya kesal perihal respon yang di tunjukkan Regan biasa-biasa saja, ketika dia mengatakan bahwa ia akan di antar Kafka. Tuh, kan! Mana mungkin Regan menyukainya. Argh! Sudahlah, Keira tak mau bahas.

Gadis itu sudah mencoba memfokuskan diri untuk memahami materi yang tengah di jelaskan oleh Buk Fani si guru fisika yang selalu tampil cantik dengan baluran simple namun terkesan anggun dan menawan bila dipandang. Maka tak asing, bila semua anak cowok di kelas Keira malah sibuk memperhatikan guru itu, bukannya memahami materi yang di ajarkan.

Really LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang