Chapter : 10

632 162 220
                                    

"Tidak semua perasaan bisa dimainkan. Bahkan hampir semua orang tak suka perasaannya di permainkan, seharusnya kamu mengerti dan peduli itu."

REGAN tersenyum simpul. "Lo nggak mau kan dikira cewek matre?" Keira mengangguk. "Gimana kalau lo jadi pacar gue aja?" lanjut Regan.

Deg!

Desiran aneh tiba-tiba saja menghampiri tubuh Keira, matanya tak berkedip sama sekali, jantung Keira terasa ingin berhenti berdetak. Apakah Regan sedang menembak dirinya? Ah, bagaimana bisa? Itu mustahil!

"Pura-pura doang," ujar Regan menyambung perkataannya yang lama terhenti.

Jleb!

Keira tersenyum kecut, ia yakin cowok seperti Regan tak akan pernah menyukai dirinya.

"Maksud lo?" tanya Keira menautkan alisnya.

Regan menggaruk area lehernya untuk menghilangkan rasa canggung yang muncul, ketika ia tiba-tiba meminta Keira menjadi pacar pura-puranya.

"Maksud gue itu, lo mau nggak jadi pacar pura-puranya gue?" ujar Regan memperjelas.

"HA? PURA-PURA??" Keira terkejut saat mendengar permintaan Regan. Dan pria itu malah mengangguk.

"Nih cowok udah gila ya? Ngga ada hujan ngga ada angin tiba-tiba aja dia minta gue jadi pacar pura-puranya," batin Keira.

Tanpa pikir panjang Keira langsung menjawab, "ENGGAK! GUE NGGAK AKAN PERNAH MAU JADI PACAR PURA-PURA LO!"

Regan ternganga mendengar penolakan Keira yang ogah-ogahan menolaknya.

"Cuma untuk pesta dansa itu kok, habis itu gue janji kita nggak bakal ada hubungan apa-apa lagi," Kedua tangan Regan memegang lengan Keira memohon seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim.

Semua orang yang ingin memasuki toko menatap ke arah Regan dan Keira. Makhlum saja, mereka masih berada di teras toko kue. Dimana semua orang yang akan melewati pintu masuk, akan menyaksikan perbuatan yang mereka lakukan.

"Apaan sih lo, gue malu woi!" Keira menepis tangan Regan dari lengannya.

"Please tolong gue! Pesta dansa cuma tinggal tiga minggu lagi dan gue belum dapetin pasangannya. Lo mau ya jadi pacar gue?" Regan memegang lengan Keira lagi, namun kali ini Keira tak menepisnya.

Keira sangat berat untuk mengiyakan permintaan Regan, karena baginya dalam menjalin hubungan butuh keseriusan dan komitmen, jika tak sanggup maka jangan lakukan.

Keira juga belum bisa melupakan Kafka sepenuhnya, bayang-bayang Kafka masih terus menghantui pikiran dan hatinya. Tidak mungkinlah ia mengkhianati hatinya sendiri, dengan cara menerima Regan menjadi pacarnya. Walaupun hanya pacar pura-pura, tapi itu sama saja ia mengkhianati hatinya sendiri. Ah, pokoknya Keira belum bisa menerima orang lain sebagai pengganti Kafka meskipun Kafka tlah pergi meninggalkannya tanpa alasan dan walaupun pacaran dengan Regan hanya pura-pura.

Keira melamun menatap lantai, tanpa menggubris perkataan Regan.

"Kalau lo diam berarti iya!" Regan menyimpulkan dengan sendirinya.

Keira mengalihkan pandangannya pada Regan. "Apaan sih lo, gue kan udah bilang kalau gue nggak mau jadi pacar pura-pura lo!" putus Keira.

"Egois! Padahal gue udah nemenin lo ke toko kue, masa lo nggak mau bantuin gue sekali ini aja?" ujar Regan dengan nada yang di lembut-lembutkan.

Keira menghentak-hentakkan kakinya geram. "Kenapa sih lo ngebet banget ikut pesta dansa itu? Kalau jomblo ya jomblo aja! Nggak usah sok-sokan ikut dansa-dansaan segala."

Regan terdiam sejenak meresapi pertanyaan Keira, namun satu menit kemudian Regan kembali merengek. "Mau ya jadi pacar pura-pura gue? Ya? Ya? Ya?"

Keira menghembuskan napasnya kasar. "Iya! Iya!" jawab Keira terpaksa.

♡♡♡

Kedua tangan Keira memegang sebongkah kue yang beralaskan piring. Diatas kue itu tertancap lilin angka sembilab belas tahun. Gadis itu tersenyum sambil menatap gelapnya malam dari jendela kamar.

Malam yang indah bertaburkan bulan dan bintang menghiasi langit. Ia seolah-olah memperlihatkan betapa indah dirinya dan seolah-olah berkata, keindahannya tak akan ada yang bisa menandingi. Keira memejamkan matanya sejanak, menikmati indahnya malam di hari ulang tahun Kafka.

"Aku harap kamu kembali, walaupun semesta berkata tidak akan mengembalikan dirimu padaku, aku takkan percaya. Aku percaya takdir, dia tidak akan memisahkan dua insan tanpa alasan yang jelas, tidak seperti halnya kamu yang meninggalkan aku tanpa alasan yang jelas. I really love you Kafka, i can't forget you from my life, love you! Happy birthday, i always wish you all the best!" Keira make a wish, lalu meniup lilin dengan air mata yang telah menggenangi pipinya.

"Bulan, bintang, ranting-ranting yang berayun serta angin yang berhembus, tolong sampaikan pada 'dia' bahwa aku merindukannya, sangat sangat merindukannya!" ujar Keira.

Sebuah notifikasi berbunyi, Keira meraih benda pipih yang berbentuk persegi panjang itu. Mata Keira terbelalak saat mendapati username 'Regan Ganteng!' pada notifikasi wa di ponselnya.

"Bsk gue jmpt"

"Ngga boleh nolak perintah pacar!"

Keira menggeleng-gelengkan kepalanya ketika membaca pesan itu.

"Dasar gila! Eh tapi tunggu dulu, Regan dapet nomer gue dari mana? Perasaan, gue nggak pernah ngasih nomer gue ke dia," batin Keira.

To Be Continued..

Really LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang