Chapter : 24

470 107 200
                                    

"JADI, cinta pertama lo itu Nadya?" Keira berhenti menjilati es krim rasa vanila dengan taburan coklat leleh di atasnya. Matanya beralih pandang menatap Regan yang duduk pada sebuah bangku plastik di sampingnya. 

Regan mengangguk, kembali memakan es krim coklatnya. Sesekali memandang indahnya bentangan danau dengan beberapa pohon cemara yang menghiasi pinggiran danau.

"Menurut gue emang wajar sih dia nggak mau nerima lo jadi pacarnya apalagi lo nembak dia pas kejadian itu baru kebongkar. Coba aja lo nembak dia waktu perselingkuhan nyokapnya dan bokap lo belum ke buka, pasti di terima!" ujar Keira yang hanya di balas dengan beberapa anggukan oleh Regan.

"Kenapa lo seyakin itu kalau Nadya bakal nerima gue?" tanya Regan sambil membersihkan sisa-sisa es krim pada sudut bibirnya.

Keira menyipitkan kedua matanya sembari berpikir membuat kerutan di dahinya. Regan yang melihat itu hanya terkekeh lalu menyentuh bagian bibir Keira, mengelap sisa es krim yang tertinggal di sana.

Jantung Keira bergetar saat jempol Regan mengelap bagian bibirnya. Ia mendelik, melihat itu Regan langsung saja menurunkan tangannya dari area wajah gadis itu.

Ia berdehem. "Ya, gue yakin aja gitu. Gue rasa Nadya juga suka sama lo," Keira melanjutkan ucapannya yang telah terngiang di otak.

"Kalaupun dia nerima gue waktu itu, dia juga bakal minta putus saat tahu mamanya selingkuh sama papa gue Kei," Regan menanggapi ucapan Keira.

"Iya juga sih, tapikan setidaknya lo jadi tahu gimana perasaan dia ke elo," ucap Keira lalu menepuk bahu Regan pelan.

Regan berpikir sejenak, benar yang di bilang oleh Keira. Meskipun akhirnya Regan di putuskan, setidaknya ia tahu perasaan Nadya, bukan? Andai saja waktu itu, saat ia merasakan suka ia langsung menyatakan perasaan pada Nadya. Argh sudahlah! Semuanya telah berlalu, tak perlu di sesali. Lagi pula dengan menyesali semuanya tidak akan berubah.

"Sekarang, gue udah nggak peduli soal perasaan dia ke gue ataupun perasaan gue ke dia. Gue cuma mau dia kaya dulu, dia yang ceria, dia yang akan selalu marah kalau gue bandel, dia yang selalu mengukir tawa bareng gue, dia yang selalu bersembunyi di balik senyumnya untuk menutupi kesedihannya," ucap Regan sendu. "Bukannya Nadya yang bersikap dingin, jutek, selalu menghindar kalau ketemu gue," lanjutnya.

Keira terdiam, ia mendengar dan mencerna setiap perkataan Regan tentang sifat Nadya yang sangat berbeda dengan sifatnya yang sekarang. Pasti Nadya yang dulu sungguh menyenangkan saat di ajak berbincang.

"Lo harus belajar mengenal Nadya yang baru, kalau lo mau dia kembali kaya dulu."

"Maksud lo?" Regan menatap Keira lekat.

Mata Keira sedikit menyipit saat hembusan angin yang lumayan kencang menerpa wajahnya, membuat beberapa helai rambutnya di terbangkan oleh angin.

Keira membenarkan posisi duduknya, sedikit mencondongkan badannya ke depan. "Lo mau Nadya yang dulu kan?" tanya Keira meyakinkan.

Regan mengangguk. "Menurut gue ya, sebelum lo ngerubah Nadya lo harus memahami dirinya yang sekarang. Karena dengan begitu, perlahan dia pasti akan luluh, perlahan dia juga bakalan kembali pada kepribadian dia yang dulu tanpa di sadarinya, ngerti?" jelas Keira lalu bertanya untuk meyakinkan Regan paham atau tidak dengan maksudnya.

Pria itu hanya mengangguk, perlahan mengukir senyum. "Thank's ya lo udah mau dengerin cerita gue," ucap Regan.

Keira ikut tersenyum tulus. "Sama-sama. Lain kali cerita aja, gue bersedia kok buat dengerin dan kasih saran," ucapnya sambil memasukkan suapan es krim terakhirnya ke dalam mulut.

"Gue terus yang cerita? Lo nya kapan?" tanya Regan yang hanya di balas oleh sebuah senyuman.

"Yee guenya nanya bukan minta senyuman dari lo!" sergah Regan lalu mencubit hidung Keira.

"Ih, sakit tau!" ujar Keira menepuk-nepuk lengan Regan. Sementara cowok itu hanya terkekeh sambil melindungi lengannya.

Keira melipat kedua tangannya di dada, pandangannya teralih pada danau yang sudah menjadi daya tarik apabila berkunjung di daerah sini. Ya meskipun danaunya tidak terlalu besar.

"Mau nambah es krim lagi neng?" tanya Regan dengan suara yang di buat-buat seperti suara pedagang kaki lima yang nangkring di ujung sana.

"Nggak usah bang, tapi kalau gratis sih nggak apa," jawab Keira menahan tawa.

"Otak lo gratisan mulu ah," Regan menoyor dahi Keira.

Gadis itu melepas tawanya. "Yang gratisan itu enak tahu," ujarnya.

Hembusan angin kembali menerbangkan helaian rambut Keira, hawa dingin menusuk tulang mulai terasa. Beberapa kali Regan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

"Pulang yuk Kei, cuacanya udah nggak bagus," ajak Regan berdiri dari duduknya.

Keira ikut berdiri. "Yuk," jawabnya lalu berjalan mendahului Regan.

Belum jauh mereka melangkahkan kaki, Keira kembali berhenti melangkah, ekspresi wajahnya berubah kaget, ada rasa sesak yang menggerogoti dadanya. Kenapa rasanya sangat perih, ketika seseorang yang pergi tanpa bicara lalu kembali tanpa aba-aba?

Manik mata mereka berdua terhanyut dalam diam, mulut yang mereka punya seketika terkunci.

"Dia siapa?" Bulu kuduk gadis itu merinding, saat getaran suara menggema di indra pendengarannya.

Keira melirik Regan sejenak.

Pria yang tadinya berdiri sambil meniup kincir angin plastik itu berdehem.

"Bisa bicara sebentar?" tanyanya berhasil mendapatkan tatapan dari Keira dan Regan.

Keira masih diam, menatap manik mata seseorang yang sudah lama tak di lihatnya. Waktu itu ia memang sempat bertemu di mall saat bersama Regan, tapi belum sempat menatap manik matanya dan tentunya belum mengucapkan sepatah kata pun.

"Dia nanya tuh, jawab kek! Lo gagu?" tanya Regan berbisik kembali. Argh! Regan memang sangat menyebalkan.

Regan sedikit berteriak saat mendapati sebuah injakan yang lumayan keras pada punggung kakinya. Cowok yang berdiri sekitaran satu meter dari mereka, hanya menatap tanpa berkata apapun namun dari sorotan matanya Keira bisa menyimpulkan bahwa cowok itu sedang bertanya 'siapa cowok itu?'

"Tungguin gue di mobil, gue mau ngomong sama dia dulu," bisik Keira. Regan hanya mengangguk sambil menatap sendu kaki tampannya yang telah mendapati injakan dari raksasa cantik.

Regan berjalan perlahan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana. "Jangan lama-lama!" serunya dari kejauhan yang hanya di balas anggukan kecil.

To Be Continued..

Really LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang