"Eh, jawab malah bengong lagi!"
Justin mengode Louis, seperti sedang mempertanyakan siapa cewek yang bersama Regan?
Tapi Louis juga tidak tahu cewek itu siapa, sehingga Louis hanya menggidikkan bahunya.
Saat ini Regan dan Keira tengah menjadi pusat perhatian oleh keempat temannya Regan. Kali ini Keira sangat beruntung karena tidak ada orang lain yang melihat kejadian ini, kecuali Regan and the geng.
Jikalau semua siswa di sekolah ini tahu, mungkin Keira telah mendapat berbagai perkataan tajam oleh para gadis yang mengemis cintanya Regan.
Regan terdiam sejenak, menatap datar Keira, "Lo yang nolongin gue kan?" tanya Regan memutar topik.
Dahi Keira berkerut membentuk beberapa gelombang, ia tampak tengah mengingat-ingat sesuatu sembari memandang wajah Regan tanpa berkedip untuk beberapa detik. Lama berpikir, akhirnya Keira ingat kejadian seminggu yang lalu. Peristiwa dimana ia tak tahu sebab dan akibatnya.
Keira mengangguk dengan wajah datar setengah sebal akibat mengingat kejadian seminggu lalu. "Iya, emangnya kenapa?" tanya Keira dengan nada bicara sedikit meninggi.
Regan menghembus napas kasar, menatap gadis di depannya malas. "Gue cuma mau bilang makasih ke elo karena udah nolongin gue," kata Regan.
Keira bersedekap dengan gantungan kunci yang masih berada dalam genggamannya. Ia melirik Regan dari ekor matanya.
"Sama-sama," kata Keira lalu berjalan mendahului Regan tanpa pamit.
Cowok itu menghela napas kesal lalu berjalan menuju keempat temannya yang sejak tadi telah berhenti bermain basket karena mereka berempat hanya fokus menatap Regan dari tengah lapangan sana.
Ia menuruni anak tangga satu per satu dengan kedua belah tangan yang di tenggelamkan pada kedua saku celananya, "Ga lo kenal cewek tadi?" sorak Justin bertanya di kala Regan baru saja menginjakkan kaki di lantai dasar, ia mengedikkan bahu acuh.
Jawabannya adalah Regan memang tak mengenal Keira. Meskipun hanya sebatas nama sebagai tanda pengenal. Ia hanya mengingat wajah.
"Terus kenapa lo keliatan akrab? Tapi, menurut gue lo sama dia bisa deh kayanya!" komentar Justin berisi maksud tersirat didalamnya.
"Ngga usah ngaco lo!" bantah Regan lalu berjalan keluar gerbang sekolah.
"Ga tapi dia cocok kok sama lo! Sumpah!" sorak Justin pantang menyerah.
"Berisik lo ah!" bentak Louis pada Justin.
"Ga lo mau kemana?" tanya Bima.
"Balik!"
"Bentar doang latihannya Ga? Nanggung nih," tawar Alan. Tapi sayangnya Regan tak tampak lagi, saat pria itu berbelok ke arah parkiran sekolah.
"Udahlah pulang aja, capek nih gue!" Justin membantah permintaan Alan.
♡♡♡
Keira menggerutuki keteledorannya. Seharusnya ia lebih berhati-hati dalam menjaga barang pemberian seseorang di masa lalunya. Ah ralat, lebih tepatnya pemberian dari seseorang yang sempat singgah di hati, sebelum akhirnya ia lenyap.
Keira mengelus lembut gantungan kunci berbentuk kepala kucing dengan bulu-bulu lebat berwarna putih. Sudut bibirnya tertarik ke atas hingga terbentuklah lengkungan senyum dengan tatapan kesedihan di sana.
Kini ia tengah berada di tempat pemberhentian bus yang lumayan sepi, mungkin karena jarum jam tengah berputar mendekati angka enam. Di tambah lagi awan kelabu telah menggantung di langit yang akan bersiap menumpahkan butiran air yang telah lama dibendung.
Tatapan gadis itu masih belum teralihkan dari gantungan kunci yang berada dalam genggamannya. Seolah ada magnet tersendiri yang melekat di sana.
Rasa bahagia menjalar di sekujur tubuh ketika teringat semua kenangan yang menyejukkan hati bersama seseorang di hari yang lalu. Tapi sayangnya ingatan manis itu harus terhempas pada kenyataan yang begitu mengecewakan.
Benar kata orang, ekspektasi tak sesuai dengan realita. Dulu Keira selalu berharap bahwa mereka akan selalu bersama, tapi? Semuanya hancur, saat kisah cintanya tak semulus apa yang diinginkannya. Tapi tak apa, ini sudah jalannya takdir bukan? Kita hanya bisa menerima tanpa menolak. Karena sebuah penolakan tak akan ada artinya.
Desahan kecil di cetuskannya, kedua tangan ia tumpu pada stir mobil, manik matanya menatap lekat seseorang yang sedang duduk pada kursi tunggu bus, lama memandang di sertai kernyitan di dahi, akhirnya ia memutuskan untuk turun dari mobilnya menyusuri tepian jalan untuk menuju halte bus.
Pria itu menghela napas panjang saat tubuh kekarnya sudah berdiri kokoh di depan sosok gadis yang tengah menunduk menatap sesuatu dalam genggamannya. Ia hanya terdiam tanpa menyapa atau memulai percakapan terlebih dulu. Dengan badan yang membelakangi sosok yang tengah terduduk, ia berkacak pinggang sambil memandangi kendaraan yang berlalu lalang, beberapa penarikan napas dalam ia lakukan.
Pria itu memutuskan untuk mengistirahatkan bokongnya di salah satu deret kursi yang bersebelahan dengan gadis yang tadi dibelakanginya.
"Gantungan kunci itu pasti punya banyak kenangan buat lo ya?" tanya pria itu memberanikan diri untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Keira mengalihkan pandangannya pada pemilik suara. Decak sebal terdengar di indera pendengaran pria dengan nama tag Regan Nicholas W. Senyum sinis di perlihatkan oleh gadis itu, seakan tak suka akan kehadiran Regan.
"Tahu apa lo soal yang beginian?!" balasnya ketus melirik Regan dari ekor matanya.
"Nggak usah ngegas, di jawab baik-baik aja kan bisa. Sensian banget ke gue," kata Regan mulai acuh.
Keira menghela napas panjang lalu meniup helaian rambut yang mengenai wajahnya. "Lagian lo ngapain disini sih? Nunggu bus? Mana mungkin cowok kek lo naik bus," Keira berkata sambil memainkan ujung sepatunya.
"Emangnya kalau gue naik bus kenapa? Ada masalah?" kata Regan mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Ya nggak ada masalah sih, tapi aneh aja gitu. Cowok manja bisa juga pulang naik kendaraan umum," ledek Keira tanpa tawa sedikitpun.
"Lo lama-lama tambah ngeselin ya?" kata Regan mengusap wajahnya kesal.
"Enak aja! Lo lebih ngeselin tahu! Udah di bantuin malah marah-marah nggak tahu terima kasih!" ujar Keira tak terima saraya bersedekap.
Regan melongo tak percaya. "Terus tadi gue bilangnya apa ke elo?" tanyanya mulai emosi menghadapi cewek sensian sebelahnya.
"Kan tadi, yang gue bilangin seminggu yang lalu pas lo di gebukin," jawab Keira acuh.
Regan menarik napas dalam, berusaha bersabar, "Terserah lo! Cewek emang selalu bener, nggak pernah salah. Lagian gue nyamperin lo ke sini cuma mau minta maaf, ya kali lo nggak galau lagi karena mikirin gue yang katanya nyebelin," kata Regan spontan membuat wajah Keira merah padam karena marah.
"Apa lo bilang?!" bentak Keira di sertai pukulan bertenaga mendarat di lengan Regan. "Denger ya! Gue tuh nggak lagi galau, apalagi galaunya mikirin orang kaya lo! Ga jelas!" ujar Keira berkacak pinggang.
Regan terkekeh. "Gue canda doang kali, kepedean lo!" sahut Regan otomatis membuat Keira sedikit lega dan tentunya masih kesal.
"Candaan lo nggak berkelas," ejek Keira seraya menatap kendaraan yang berlalu lalang, menantikan bus pulangnya yang belum lewat padahal ia sudah cukup lama menunggu.
Melihat Keira yang celingak-celinguk ke arah jalan, seperti sedang mencari sesuatu, Regan pun memutuskan untuk ikut berdiri di samping gadis itu. "Mau bareng gue nggak?" tawarnya dengan sebelah alis terangkat.
To Be Continued..

KAMU SEDANG MEMBACA
Really Love
Novela Juvenil"Karena ada banyak rasa yang tak perlu untuk di sampaikan."|| -Dari luka yang tak kunjung pulih. #Welcome to Really Love: Ini perihal hati yang berevolusi menjadi sebuah perasaan beku yang sulit terpecahkan. Perihal luka yang perlahan me...