Chapter : 28

505 67 124
                                    

SEORANG gadis remaja dengan balutan jumpsuit jeans celana pendek berpadukan atasan putih polos, memasuki memasuki sebuah toko dengan spanduk bertuliskan Flora Florist di atasnya. Gadis itu mengelap keringatnya yang bercucuran karena mengangkat beberapa dus yang berisikan banyak bunga.

Dia adalah Nadya, gadis itu terpaksa harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Seusai sekolah ia akan menukar pakaian dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Jika di hari sekolah gadis itu hanya bekerja di dua tempat saja, toko bunga dan kafe. Maka, pada hari libur ia akan bekerja lebih dari dua tempat. Ia bekerja tanpa henti, dari matahari terbit hingga matahari tenggelam pun ia masih senantiasa bekerja.

Lelah? Tentu saja ia lelah. Tapi semua itu harus dilakukannya jika ia masih ingin bertahan hidup. Ia tidak memiliki siapapun di dunia ini, terkecuali ayah. Ibu? Sampai saat ini ia masih bernafas tanpa seorang ibu saja, Nadya sudah sangat bersyukur.

Nadya mengelap keringatnya menggunakan sapu tangan biru tua di hiasi motif garis lurus. Ia berusaha menstabilkan nafasnya yang sedikit sesak karena mengangkat banyak dus yang di pindahkan dari luar toko menuju meja kayu panjang yang terletak di dalam toko.

Pintu toko berbahan dasar kaca itu terbuka, menampakkan seorang pria berseragam putih abu-abu dengan rambut yang di acak-acak oleh tangannya sendiri. Dia sudah tidak menggunakan dasi abu-abu lagi, bahkan kemeja putihnya sudah keluar. Seluruh kancing bajunya terbuka, menampakkan kaos oblong hitam yang di kenakannya.

Mata Nadya sempat beradu dengan mata pria itu, namun tak selang lima detik, langsung di alihkannya ke arah lain.

Pria itu masih berdiri di ambang pintu, pandangannya belum teralihkan dari gadis yang baru saja menatapnya sekilas. Beberapa kerutan muncul pada dahinya, pertanyaan kenapa Nadya ada di sini? Terus berputar di pikirannya.

Seorang wanita yang Regan duga berumur kepala tiga menghampirinya lalu tersenyum ramah dengan kedua telapak tangan yang di satukan di dadanya, memberi hormat kepada calon pembeli.

"Selamat datang di flora florist. Maaf sebelumnya, ada yang bisa saya bantu mas?" sapa wanita itu bertanya dengan senyuman yang masih belum memudar.

Regan tersenyum kikuk menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Saya mau ngambil pesanan bunga mama saya mbak, atas nama Riana Laurene," kata Regan yang hanya di balas anggukan oleh wanita itu.

"Oh anaknya nyonya Riana toh," katanya.

Wanita itu mengulurkan tangannya ke arah sofa yang tersandar pada dinding. "Sambil saya mengambil pesanannya, mas silahkan duduk dulu," pintanya lalu melenggang pergi setelah Regan mendaratkan bokongnya.

Regan memperhatikan Nadya yang duduk pada bangku kayu di sudut ruangan. Gadis itu sibuk merangkai bunga, menyesuaikan perpaduan warna serta menggunting beberapa bagian bunga yang di rasa tak enak untuk di pandang. Jemari lentik gadis itu dengan telaten menyusun tangkai-tangkai bunga ke dalam pot putih ramping, sesekali gadis itu mencium aroma yang di keluarkan oleh bunga-bunga cantik itu.

Tak selang beberapa menit, wanita itu muncul membawa sebuket bunga mawar yang di ikat dengan pita pink. Entahlah Regan tak tahu kenapa Riana selalu memesan buketan bunga mawar setiap minggunya, dan kebetulan hari ini ia yang di suruh untuk mengambil pesanan bunganya. Setahu Regan, Riana memang menyukai bunga mawar, hingga semua vas bunga di dalam rumahnya berisi bunga mawar merah.

"Pesanan bunganya sudah di bayar oleh mamanya mas, terus ini catatan tanda terimanya, silahkan di tanda tangani," tutur wanita itu memberi sebuah pulpen dan kertas pada Regan.

Setelah Regan menandatanganinya, buket bunga mawar pun berpindah ke tangannya.

Wanita itu menunduk sesaat, memberi hormat. "Terima kasih," katanya yang di hanya di balas dengan senyuman tipis oleh Regan.

Really LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang