KEIRA menggaruk pucuk hidungnya seraya berpikir. "Gak yakin gue, ntar kalau lo tiba-tiba ngejahatin gue pas di jalan gimana?" kata Keira langsung mendapatkan tatapan tajam Regan.
"Pikiran lo perlu di bersihin deh kayanya. Gini ya, kalau gue punya niatan buat ngejahatin lo atau apalah itu, udah dari tadi gue lakuin. Ngapain gue harus nunggu—" belum selesai Regan berucap, langsung saja di potong oleh Keira.
"Tuh kan lo! Lo emang ada niatan jahat ke gue, makanya lo nawarin gue biar pulang bareng lo. Dasar jahat!" mendengar perkataan Keira, Regan hanya bisa mengelus dada. Dan satu hal yang dapat ia simpulkan dari cewek ini, selain sensian dia juga gila.
"Bukan itu maksud gue, tap—"
"Tapi apa?? Tapi lo cuma ada niatan buruk ke gue, gitu?" ujar Keira menjeda. "Heh lo kira gue ini bodoh apa, lo yang tadinya ngeselin tiba-tiba sok baik, emangnya lo pikir gue nggak bakal curiga sama tingkah lo itu?" lanjutnya mulai panik takut di culik.
Regan mendaratkan sebuah tepukan di dahinya. Kalau begini akhirnya, ogah menawarkan tumpangan pada cewek itu. Padahal ia kira Keira akan langsung saja menerima tawarannya tanpa perlu pertimbangan lagi, eh ternyata ia salah! Pikiran cewek itu jauh lebih rumit dari apa yang ia banyangkan. Ingin sekali Regan berkata-kata kasar saat ini jua, tapi ia harus sabar.
"Pikiran lo emang perlu di rukiyah! Dan sepertinya gue menawarkan tumpangan kepada orang yang salah. Gue balik!" kata Regan melangkah pergi meninggalkan Keira yang seketika termenung.
Sudah setengah jam semenjak kepergian Regan, namun bus pulang belum juga menjemputnya untuk pulang. Keira capek! Berdiri lalu duduk adalah dua hal yang ia lakukan berulang kali selama berada di halte ini.
Sebuah penyesalan telah menjadi bayang-bayang yang menghantui dan menggerutuki dirinya sendiri, kenapa ia bisa berpikiran seperti itu? Argh! Padahal jika ia langsung menerima tumpangan yang di tawarkan secara percuma oleh Regan tadi, mungkin kini ia sudah berada di rumah sembari menyantap makanan pengisi perutnya yang lapar.
Gadis itu spontan berteriak ketika sebuah jari-jemari melingkari pergelangan tangannya. Dengan sigap pria itu menangkap mulut Keira dengan telapak tangannya. "Nggak usah teriak, gue bukan maling!" kata pria itu.
Keira sedikit lega ketika melihat orang yang baru saja memperlakukannya seperti korban penculikan adalah Regan. "Ngapain lo balik lagi? Bukannya lo tadi udah pergi," ketus Keira padahal di dalam hati ia sangat senang karena masih memiliki peluang untuk mendapatkan tumpangan.
"Gue balik karena gue masih punya hati," ujarnya lalu menarik pergelangan tangan Keira kembali, mengarah pada sebuah mobil di tepian jalan.
"Ih lo apaan sih, lepasin!" Keira memberontak meminta agar Regan melepaskan tangan mungilnya. Tapi pria itu sama sekali tak menghiraukannya.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil, beberapa kali Keira melirik Regan yang fokus mengendarai mobil dari ekor matanya. Gadis itu menghela napas seraya menatap kendaraan lain dari balik kaca.
"Rumah lo dimana?" tanya Regan di sela-sela Keira memainkan jemarinya di kaca mobil.
Gadis itu menyebutkan alamat rumahnya, Regan mengangguk mengerti dia harus mengingat alamat rumah Keira.
Lama saling diam, Keira mulai bingung ketika Regan tidak melewati jalanan menuju rumahnya yang seharusnya belok kanan saat tiba di persimpangan, tetapi cowok itu malah memilih jalan lurus yang entah, Keira tak tahu kemana mobil ini melaju.
"Lo tau alamat rumah gue ngga sih? Rumah gue itu belok kanan bukannya lurus," sergah Keira menatap Regan panik.
"Udah diem!" pinta Regan tak terlalu menghiraukan kicauan Keira.
Sebuah mobil sport silver berhenti di sebuah kafe. Keira menautkan alisnya sembari menatap orang yang duduk di sebelahnya.
"Lo laper kan?" tanya Regan.
"Tahu dari mana lo gue laper?" tanya Keira balik.
"Kalau nggak laper terus ngapain lo bengong kaya tadi?" ujar Regan saat mengingat ekspresi Keira ketika melamun sambil memegangi perut. Sebelah tangan Regan membuka pintu mobil.
Keira membulatkan matanya saat mendengar penuturan nyeleneh Regan, "Ih! Gue itu nggak lagi laper, sotoy banget sih," ujar Keira menghentak-hentakkan kakinya ke aspal jalan.
Regan menarik Keira untuk masuk ke dalam kafe tersebut, meskipun Keira meringis karena cekalan tangan Regan begitu erat.
"Ish, nggak usah pakek narik-narik segala deh, kita itu nggak kenal!" Keira melepaskan cekalan tangan Regan dari lengannya.
Tidak dihiraukan kembali, itulah yang dirasakan oleh Keira. Tanpa menjawab, Regan langsung saja menarikkan subuah kursi untuk Keira. "Duduk," perintah Regan. Keira pun duduk tanpa ada penolakan, karena ia lelah beradu mulut.
"Lo makan apa?" tanya Regan pada Keira yang mulai sibuk dengan ponselnya, berusaha melupakan pertanyaan Regan.
"Terserah," jawab Keira bete.
Dan yang membuat Keira tambah bete adalah, Regan malah semakin memperoloknya.
"Disini ngga ada jual makanan yang menunya terserah, ya ngga mas?" Waiter itu hanya bisa mengulum senyumnya lalu mengangguki pertanyaan Regan.
Keira menatap Regan seperti menatap musuhnya. "Lucu!" ujar Keira dengan wajah masam.
Regan? Dia langsung saja memesan makanan yang biasa ia pesan di kafe ini, kemudian langsung di tulis oleh waiter.
Waiter itu menyebutkan kembali pesanannya takut ada kesalahan. Setelah semuanya sesuai, waiter itu kembali dan menyuruh Regan dan Keira menunggu sampai makanan di hidangkan.
Regan memperhatikan Keira yang dari tadi matanya tidak beralih dari layar ponsel. Tangan Regan terulur mengambil ponsel itu dari tangan Keira. Gadis itu berdecak sebal saat Regan seenaknya mengambil ponsel itu.
"Balikin nggak?!" minta Keira dengan raut wajah yang berubah.
Regan tidak menghiraukan Keira yang membentaknya meminta agar ponsel itu di kembalikan. Ia malah memeriksa apa isi ponsel itu.
"Gue bilang, balikin nggak?!!!" pinta Keira lagi.
Emosi Keira sekarang memuncak, moodnya semakin hancur karena apa? Semuanya karena Regan. Cowok itu memang sangat menyebalkan.
Regan masih tak bergeming.
"Lo rese banget sih!!!" bentak Keira dengan wajah merah padam yang ditunjukkannya pada Regan.
Keira berjalan ke arah pintu keluar dan pergi meninggalkan Regan yang masih menggenggam ponselnya.
To Be Continued..

KAMU SEDANG MEMBACA
Really Love
Genç Kurgu"Karena ada banyak rasa yang tak perlu untuk di sampaikan."|| -Dari luka yang tak kunjung pulih. #Welcome to Really Love: Ini perihal hati yang berevolusi menjadi sebuah perasaan beku yang sulit terpecahkan. Perihal luka yang perlahan me...