"Baiklah, karena waktuku gak banyak jadi aku mesti berangkat sekarang lah."
Dengan ucapan itu, aku memutuskan untuk berpisah dengan rombongan pasukan kerajaan. Mereka menggunakan jalur yang agak berkelak kelok untuk menuju kerajaan, sedangkan pikiranku hanya terfokus pada terobos lurus.
"Kayaknya disini mayan bagus buat start line nya." Ucapku berhenti di sebuah padang rumput yang agak luas di antara lebatnya pepohonan.
Merenggangkan kaki dan menguatkan kuda kuda, aku membuat perputaran oksigen dalam darahku secara optimal. Jika kali ini penggunaan kekuatan ilahi sudah benar, maka secara teori maka harusnya aku bisa menggunakan kekuatan ilahi semudah bernafas.
Jadi kali ini daripada memusatkan kekuatan ilahi pada kakiku, sekarang aku akan mencoba untuk mengalirkan kekuatan ilahi keseluruh tubuhku secara merata dan menggunakan batasan yang sangat sedikit untuk mengimbanginya dengan kecepatan yang (waras di dunia ini).
Untuk fokus pada tujuan yang telah kutetapkan, aku memfokuskan pandanganku pada satu arah kemudian mengarahkan perintah dari otakku untuk berlari daripada melompat. Jujur aku masih trauma dengan kelakuan konyolku sebelumnya dan aku tidak ingin merasakan rasa sakit kematian dalam lingkup waktu bahkan kurang dari 4 jam.
Dalam rangka meminimalisir luka yang kuterima apabila aku mengalami kegagalan dalam percobaan penggunaan kekuatan ilahi kali ini dan untuk menghindari kemungkinan kematian, kekuatan ilahi yang kugunakan sebelumnya 10% yang membunuhku kali ini aku hanya akan menggunakan setidaknya 3%.
"Tiga persen itu gak akan membuatku mati kan?"
Selain itu aku juga suda siap untuk menurunkan kekuatan ilahiku sampai batas nol desimal, jika masih tidak memungkinkan maka kurasa aku harus menyegel kekuatan cheat kupret tak berguna ini sampai aku bisa menggunakannya, walau itu adalah kemungkinan terburuknya sih seenggaknya aku dah siap.
Walaupun ku sebelumnya bisa menggunakan kekuatan ilahi dengan normal, tapi tetep aja disistu ada campur tangan si Systia. Mana aku tahu suatu saat nanti aku ada dalam kondisi dimana aku harus berjuang sendiri lagi.
"Sebisa mungkin aku gamau gelut barbar lagi kayak sebelumnya sih. Terlalu beresiko untuk berhadapan dengan kematian disaat persentasi bertahan hidupmu hanya dibawah empat puluh persen."
Ketika otot ototku mulai menegang akibat tumpukan kekuatan yang lebih dinamis, aku mulai melangkahkan kakiku dengan perasaan agak ragu tentang itu.
Setelah lewat 10 detik, aku masih merasa seperti berlari normal.
"Buka mata harusnya gak apa apa kan?" batinku.
Sedikit terburu buru aku membuka mataku, walau sampai sekarang aku masih menyesali pilihanku untuk membuka mataku. Harusnya aku tidak membuka mataku, malah sebaiknya aku langsung mencoba untuk menggunakan kekuatan ilahi dengan persentasi terkecil yang bisa kuusahakan pada waktu itu.
"KEKWATHWAN INWI TWERLHALWU BWERLEBWIHAN!!!! (Kekuatan ini terlalu berlebihan!)
Lariku mungkin hampir mencapai kecepatan Shinkansen (200 Km/h) dan angin yang menerpa tubuhku tidak mengurangi sedikitpun laju lariku, masalahnya adalah angin yang menghantam kepalaku agak terasa sedikit berat dan lama kelamaan ini menjadi sedikit menyakitkan juga ya.
Aku harus menurunkan persentasi penggunaan kekuatan ilahinya menjadi desimal!
Sedikit demi sedikit kecepatan lariku menurun seiring dengan penurunan kekuatan ilahi yang tersalur di tubuhku. Walau aku sebelumnya bahkan tidak pernah punya pengalaman menjadi atlet pelari, tapi dengan kecepatan lariku saat ini kurasa aku akan menjadi pelari tercepat di bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL PLAY : GAME A LIVE
ActionDunia yang mungkin kau inginkan namun kau akan sesalkan, bertahan hidup di dalam sebuah game yang dibuat oleh Dewa. Dunia yang telah dikonversi menjadi sebuah game Survival RPG, dan kau serta semua orang yang berhasil selamat sebagai Pemainnya. Ini...