"Lo mantannya Reygan ya, Le?"
Liam mengintrogasiku siang ini. Liam sengaja bilang kalau habis kampus dia mau ketemu di parkiran bawah, aku pun mengiyakan, jauh dari kumpulan teman-teman.
"Iya, Liam." Aku menunduk,
Liam menatap ku heran tak percaya, ia berdiri di depanku sambil mondar-mandir.
"Kok bisa? Sejak kapan?"
Aku ikut berdiri, "Kenapa masih di bahas sih?"
"Ya harus dibahas dong, Le. Kapan lo pacaran sama Reygan, kok lo mau pacaran sama siapa? Kapan kenalnya, lo gak malu pacaran sama dia?"
Aku melongo sekaligus tertawa, kenapa Liam jadi Proctektive begini?
"Dulu Liam."
"Dulu kapan? Kita masih semester satu Ale, kapan lo pacaran sama dia coba? Orang sekarang aja lo deket sama gue."
Aku merasa salah saat itu, bingung gimana menjelaskannya ke Liam. Ia terus menerorku dengan banyak pertanyaan seputar Reygan, tapi tak ada yang ku jawab.
"Emang penting ya buat dijawab?" Lemasku,
"Penting lah." Liam menarik tanganku dan menyuruhku duduk, "Ayo, jelasin ke gue sekarang."
Sebenarnya males untuk ingat, tapi aku coba jelasin baik-baik supaya Liam gak salah paham.
"Gue pacaran sama Reygan semenjak awal masuk kampus. Hari kedua ngampus. Sebelumnya gue uda kenal Reygan lewat instagram, dia nge-dm gue mulu, semasa ospek juga dia nyariin gue terus sampe nanya ke semua temen fakultas."
"Tunggu!" Liam memotong, "Jadi lo cewek yang di uber-uber banyak cowok? Lo cewek yang jadi Famous dari pas awal masuk?"
Aku melongo, menggeleng geli, "Enggaklah. Gue mana terkenal dikampus."
"Gak terkenal apaan, banyak kok cowok-cowok fakultas lain yang ngincer lo, sampe gue pernah di labrak gara-gara dekat sama lo. Apa salah jiwa dan raga gue coba?"
"Ha? Lo dipukuli?"
Aku mengecek kepala Liam lalu di tepisnya, "Enggaklah. Gue kan kuat, masih ada 10 nyali lagi kalo digebukin orang."
Liam tersenyum, aku agak ragu melanjutkan.
"Terus?"
Aku terbata-bata, "Te'terus.. pas tau gue sekelas sama Reygan, terus dia nembak gue di Halte, yaudah gue terima aja."
"Lo suka Reygan?"
"Enggak."
"Kenapa lo pacaran?"
"Iseng."
Liam tertawa, "Kualat lo ntar, nyakitin anak orang."
Dan aku rasa karma Liam berlaku sampe sekarang, karena aku mencintai seseorang lalu orang itu mempermainkan aku. Sama seperti aku memperlakukan Reygan.
"Tapi, kok bisa sih Le, lo pacaran sama Reygan, posisinya kan lo lagi deket sama gue sekarang."
Aku bingung jawabnya, harusnya Liam menyudahi pertanyaan tak penting ini, tapi cowok tengil ini malah mengulik abis, "Dulu Liam."
"Dulu kapan Ale? Kita aja masih sebulan disini. Yang lo sebut dulu itu yang mana?"
Ya allah Liam, pengen ngejerit aku saat itu, kesal karena Liam terus mengungkitnya, aku mungkin bisa bilang kalau Liam egois, ia ingin tau semuanya secara detail.
Bukan ngga mau kasih tau, tapi gak kuat kasih tau, takut kamu ninggalin aku, Liam.
"Dari pas awal gue samperin lo di tangga dan kenalan sama lo, itu gue masih pacaran sama Reygan, kita pacaran cuma dua minggu. Terus pas kita pergi nonton, hari itu gue udah putus sama Reygan. Dia mutusin gue, karena dia tau gue gak suka sama dia, dan dia tau itu semua dari Rafa."
Liam diam sambil manggut-manggut, wajahnya senyum tak percaya, tapi matanya tajam seolah lagi mikir.
"Hm.. Jadi, lo deket sama gue disaat lo masih pacaran sama Reygan?"
Aku menggeleng cepat lalu mengangguk, bingung jawabnya. "Gue gak tau, liam. Jangan dibahas lagi ya."
Tak ada jawaban Liam malah diam, aku ragu Liam bakal marah atau cemburu, karena dia tak menampakkan itu. Wajahnya aja santai, sikapnya tenang, juga senyum-senyum.
Gimanapun juga, aku merasa bersalah.
"Lo marah ya Liam?"
Tapi Liam malah melihat ku sambil senyum-senyum, bola matanya agak membesar dan terbata,
"Gue? Gue marah? Ya enggaklah, Le." Tawanya, "Tenang aja, gue gak cemburu Ale. Gue cuma---"
Liam Diam.
"Cuma apa?"
"Gue cuma-----cuma kasian aja sama lo, kok mau sih pacaran sama cowok katrok, ndeso kayak dia, di ajak ngomong ribet, bolot, lo gak nyesel apa? Hahaha!"
Aku bengong, "Lo mau deskripsikan Reygan atau mau hina dia sih?"
Liam tersenyum picik, "Marah ya kalo mantannya di jelekin?"
Bukan itu Liam. Aku cuma kesal karena isi pikiranmu susah aku tebak, kamu itu cemburu gak sih?
"Enggak marah kok, cuma gak suka kalo diungkit."
Liam menyudahi, ia mengambil tasnya lalu pergi, aku sempat tanya kemana dia cuma bilang mau pulang.
Tanpa pamit, ia pergi gitu aja.
Sekarang ini hubungan aku sama Liam apa sih? Bilang suka enggak, cemburu enggak, tapi malah gak suka aku dekat sama yang lain.
Ya allah Liam, makin lama makin tambah sayang deh aku sama kamu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Short StoryPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.