Aku senang saat tau sekelompok dengan Liam,
Dan itu adalah kelompok pertama sewaktu masuk kampus, dan otomatis aku adalah cewek pertama yang sekelompok sama Liam.
Tapi sepertinya Liam menghindari, wajahnya mulai tak enak sejak pembagian kelompok.
Ketika ditanya kenapa, Liam malah jawab, "Itu pelajaran bahasa inggris, kan? Sumpah gue gak ngerti Ale."
Aku terkekeh karena ucapan Liam, disaat yang lain kelihatan masa bodo', Liam malah sibuk merutuki karena takut memalukan saat tampil presentasi.
"Gak apa-apa Liam, Nanti kita belajar bareng-bareng."
Keesokan harinya Liam benar-benar menagih janji, saat kelas telah selesai, Liam buru-buru mendatangi bangkuku.
"Ayok kita ke perpus, belajar bareng. Ajak anggota yang lain."
Aku sempat terkejut mendengar ucapan Liam kalau dia ingin keperpustakaan, karena yang lain aja tampak males sekali.
"Kena angin apa lo, Liam?"
"Eh, kok tumben lo mau ke perpus? Belajar di kantin aja, Ayok."
"Ke cafe aja kita, biar sekalian makan dan liat cewek-cewek cantik."
Liam tak menghiraukan mereka, ia malah menarik tanganku keluar kelas, "Ayok Ale, gue pengen jadi anak baik hari ini."
Liam terus menarik tanganku sampai tiba di depan perpus, tapi selebihnya ia diam, tak mau masuk. Tingkah jahilnya datang lagi, ia malah menghampiri penjaga perpus dan berjongkok disana,
"Saya temenin ya pak. Pasti capek, kan? Apa mau ngopi bareng kita?"
Aku tak habis pikir melihat tingkah cowok satu ini, tadi dia yang pengen belajar, tapi dia juga yang malah kabur.
"Liam, ayo masuk." Ajakku, tapi Liam malah nyengir.
"Duluan deh, gue temenin bapak ini dulu, kasian."
Apa coba yang perlu dikasihankan? Bapak itu justru malah duduk santai sambil minum kopi, dan jangan bilang Liam malah nunggu kopi itu dikasihkan padanya.
Tak lama teman-teman yang lain datang, mereka sempat menanyaiku kenapa Liam malah jongkok disana, aku tertawa dan bilang,
"Liam lagi pengen jadi anak baik, jadi bantuin bapak itu untuk ngabisin kopinya."
Temen-temenku yang lain mendatangi Liam dan malah mengeplak kepalanya, "Woi Ayok, tadi lo yang sibuk."
Liam mengaduh karena kepalanya dipukul, aku terkekeh tapi juga kasian, soalnya Tantri memukul tanpa main-main, pasti sakit banget.
"Iya, ayok. Lama banget deh!" Gerutu Liam dan ikut masuk.
Didalam perpus buktinya Liam tak melakukan apa-apa, ia cuma duduk dengan wajah kantuk. Aku yang duduk jauh dari posisi Liam sempat melihat ia memang tak semangat dan tak niat untuk masuk perpus.
Tapi, ya sudah janji apa boleh buat.
Disaat aku dan yang lain sedang sibuk mencari bahan materi, tiba-tiba Liam malah berdiri dan berjalan ke arah rak buku. Ia tampak sibuk.
Aku melihat aneh,
"Ngapain dia?"
"Nyari buku apa sih dia? Kita kan butuhnya buku bahasa inggris, kok malah nyari di rak buku Agama?"
"Dia bingung sendiri, ngapain tuh anak?"
Aku hanya menerk-nerka, karena sebenarnya aku juga tidak tau dia sedang ngapain. Wajahnya sok fokus, tapi tak tau apa yang dicarinya.
Tak lama Liam kembali ke meja dan melempar beberapa buku,
"Tuh, ada semua bahannya disitu, tinggal cari aja."
Aku melongo sekaligus salut, kenapa dia tiba-tiba bisa mendapatkan buku materi semudah itu.
"Kok bisa dapet cepet?" Tanyaku,
"Iya dong, gue kan nyarinya pake tangan bukan pake mulut, emang kayak lo pada, nyerocos aja."
Liam membuktikan kalau dia bisa diandalkan, aku tersenyum malu, wajah Liam betul-betul sebal. Ia duduk kembali.
"Hehe thanks Liam, emang lo top banget deh." Ujar Tantri,
"Hm."
Aku membuka buku yang diberikan Liam, betul, isi materinya ada. Liam memang hebat. Batinku.
Baru saja memuji tiba-tiba Liam berdiri mengambil tasnya, "Gue pulang duluan ya, udah gue cari semua kan. Bagian materi gue nanti kirim ke Wa aja. Amankan, gue balik dulu."
Tantri sempat menahan Liam namun cowok itu memelas selemas mungkin, ia berkata, "Kucing gue belum dikasih makan, kasian."
Yang padahal, ia emang tidak betah lagi.
Liam mendekati ku, mengambil handphone ku yang mengetikkan sesuatu.
"Tuh, nomor gue udah ada di hape lo, nanti malam kabari gue. Okeh."
Liam memberiku senyum manis, aku mengangguk. Sebenarnya dalam hati ingin loncat kegirangan, soalnya dari semalam pengen banget nomor hapenya Liam dan hari ini dia memberikannya sendiri.
Kali ini betul-betul, aku adalah pengagum berat Liam.
"Jangan lupa hubungi gue Ale."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
NouvellesPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.