[49]' Ditelfon Pujaan hati

13 0 0
                                    

"Ale, adik gue titip salam buat lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ale, adik gue titip salam buat lo." Ujar Liam lewat sambungan telfon.

Aku sangat senang malam minggu ini aku bisa mengobrol sama Liam lewat telfon. Wajahku memerah.

"Adik gue bilang, dia pengen ketemu lo. Kapan-kapan kalo ada waktu, lo ikut gue main ke rumah ya."

"Iya, Liam."

"Sekalian ketemu Ibu sama Ayah gue."

"Mau ngapain?"

"Ya kenalan aja, mereka gak percaya kalo gue jadi anak baik dikampus, makanya gue bawak lo sebagai saksi."

Yah... Kirain bakal dikenalin sama Camer.

"Iya, Liam. Pasti. Atur aja kapan waktunya."

Pembicaraan malam ini terkesan tenang dan santai, tak ada perdebatan, hanya saling bertanya keadaan dan bertukar kabar.

Suara Liam juga pelan, aku menyukainya.

"Besok lo ada jadwal kemana, Liam?" Tanyaku memastikan.

"Ngajar sama ada Musabaqah Tilawatil Qur'an besok."

"Lo Qori?"

"Enggaklah!" Tepis Liam, "Gue MC nya, ayah gue jadi jurinya. Jadi kan wajib hadir."

"Oh iya sih, Semangat Liam."

Liam tertawa, "Salam balik gak nih buat adik gue, dia udah nungguin loh dari tadi."

"Oh ya, lupa. Hehe. Salam balik deh, Salam sayang buat Atika, bilang gitu."

"Iya iya."

Ku dengar Liam memang menyampaikan salam itu kepada adiknya, lalu terdengar jeritan girang kemudian.

"Tuh, udah cengengesan dia. Senang katanya."

Aku tersenyum,

"Yaudah, Ale. Gue tutup dulu ya telfonnya."

"Iya liam, baii, selamat malam."

"Iya."

Setelah selesai bercerita panjang, aku menatap layar hapeku. Tersenyum sendiri lalu terkekeh sendiri,

Membayangkan akan bertemu Keluarga Liam betul-betul menegangkan.

Semoga pencapain ku sekian lama ini berhasil. Liam segera menembakku,

Lalu melamarku.

"Le, keluar yuk, mama gue udah buatin gorengan. Mumpung anget."

Aku menoleh saat Tantri memanggilku, kemudian turun dari kamar Tantri dan menjumpai Mamanya.

Mama Tantri baik, ramah, dan juga kepo dengan percintaan anak muda. Malahan, aku mulai berani menceritakan soal Liam pada Mamanya.

"Kalian besok gak ada rencana kemana gitu, besok kan minggu, mumpung libur, kan." Mama Tantri memberi saran.

Aku tak terlalu menanggapi karena memang besok aku di lantik menjadi 'Kaum Rebahan', jadi aku menunggu Tantri membuka suara.

"Iya, Le. Bener juga. Keluar yok. Kemana gitu."

Aku berhenti mengunyah Gorengan Godok-Godok, "Gue mager kayaknya."

"Aduh, ditunda dulu magernya. Jalan-jalan yok."

Berulang kali ku menolak tapi tetap dipaksa, dan akhirnya aku mengiyakan saja.

"Ke puncak. Pas kan?"

"Ha? Kejauhan."

Kali ini aku tak mau, ku pikir hanya jalan-jalan mutar-mutar komplek, aku mengunyah Gorengan itu cepat-cepat.

"Ajak Liam aja, Le." Tawar Mama Tantri, tersenyum cerah.

Aku melengos, "Gak mungkin Bu, Liam besok ada acara penting."

Ku lihat Tantri memikir keras agar besok bisa ke puncak, hanya perlu mencari supir dua orang.

"Ha, Rafa sama David. Pasti mereka mau."

Aku melotot, "Dan gue sama Rafa gitu?"

"Iya lah."

Aku menolaknya lagi, tak mungkin, tak mau, tak bisa, tapi tantri malah tertawa dan memberi kabar pada mereka.

"Besok kita pergi!"

***
[][][]

Sayangnya aku membuat Liam kecewa hari itu.

Harusnya aku gak pergi, bisa mengontrol hati.

Tapi, ya udah terjadi.

🐝🐝🐝



A Quiet Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang