Ketika aku yang mampu menenangkanmu, lalu mengapa dia yang memenangkanmu?
==============Sepulang kampus ini aku sama sekali tidak bicara sama Liam. Liam sempat menegurku dikelas lalu bertanya;
"Eh, Le. Bener lo jadi Queen di Cimahi kemaren, lo jadi cewek paling aktif?"
Aku tak menjawab dan mengabaikannya. Namun Liam berhenti bertanya saat tau dari Tantri kalau aku memang di kasih gelar 'Queen' selama disana.
"Hebat lo Bocil, salut gue." Liam menepuk pelan kepalaku,
Aku langsung ingin senyum pas diperlakukan begitu, tapi ku tahan karena masih kesal.
Terlebih ... Setelah aku tau tingkah Liam sehabis pulang dari Cimahi, aku betul-betul sebel.
"Ale, sini!"
Liam memanggilku di parkiran, tapi ada Vonya disana, mereka lagi ngobrol.
Abaikan!
"Ale, lo gue traktir deh, sini cepatan!"
Abaikan! Abaikan!
"Lo lagi puasa makan ya? Lo lagi diet?"
Diet apaan! Harusnya Liam sadar aku sedang marah. Kamu keterlaluan loh Liam, kenapa gak nyadar sih.
Liam terus memanggilku di parkiran tapi kutolak terus, sampai ku lihat Vonya bilang----
"Yaudah sih Lim gak usah dipaksa. Gak penting."
IRIS mata tajamku terus menyinis kearah Vonya. Entah maunya apa, Vonya merasa berhak tau apapun tentang Liam, bahkan berhak menyuruh Liam untuk tidak dekat lagi denganku.
Anehkan!
"Lo pulang sama gue aja Le. Gak usah mikirin cowok kayak gitu!" Rafa muncul dan menarik tanganku, "Ayo pulang!"
Aku naik sepeda motornya Rafa pas disebelah Liam. Dan Liam malah membuang muka, meladeni Vonya cerita.
"Anterin aku pulang ya, Liam."
[][][]
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Historia CortaPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.