"Liam lo jauhin gue ya?"
Aku menarik tangan Liam pagi itu, menarik nya menjauh dari kerumunan teman-teman, meminta waktunya untuk mengobrol.
"Enggak lah, Le."
"Kalo enggak kenapa sekarang chat gue jarang dibalas, kenapa lo sering pergi sama Vonya akhir-akhir ini?"
Liam tak menjawab, ia hanya menatapku bingung,
"Gue gak merasa ngindarin lo, gue masih sama kayak dulu."
Entah Liam sedang berusaha bohong atau menutupi sesuatu, aku merasa ucapan Liam bukan yang kuinginkan.
Lalu kami diam.
Aku memberikan jeda agar Liam dapat berpikir, tapi ia malah lirik sana sini, kayak enggan ngomong sama aku.
"Liam, apa jawaban lo dari pertanyaan gue?"
Liam melirik, "Pertanyaan apa?"
"Vn malam kemarin."
Wajah Liam berubah masam dan cemberut, ia melihat ku lalu menunduk. Sepekan Liam menghilang terus kembali dengan perubahan.
"Kan gue uda balas."
Aku menggeleng, "Bukan itu Liam, jawaban Lain. Lo suka gue atau enggak?"
Liam diam.
Agak lama ku tunggu namun lagi-lagi ia malah diam.
Sedih rasanya disitu, kalau emang Liam gak suka, apalah arti kedekatan ku selama ini. Liam anggap aku apa?
"Kayaknya semacam itu ga perlu dijawab deh, Le. Kita udah dewasa, hubungan itu bukan suatu hal yang main-main."
"Gue juga gak main-main nanya nya Liam!"
Liam melirikku picik, seolah-olah susah ngomong sama bocah, begitu katanya.
"Gue cabut dulu ya. Bentar lagi dosen masuk."
Aku menahan, "Enggak, jawab dulu pertanyaan gue."
"Bentar lagi dosen masuk, Ale. Gue gak mau dimarahin buk Okta."
Liam tersenyum tipis lalu masuk ke kelas.
Aku masih dibuntuti rasa penasaran dan tanda tanya besar, kalau emang Liam suka aku, kenapa dia malah bertingkah begini?
***
[25.02.2020]
[][][]
....Sebentar lagi masuk kuliah, akhirnya bisa selesaikan part singkat ini.
Enjoy gais, maaf sedikit pov.
💋
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Short StoryPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.