Like em...
"Bisa gak Lim sekali aja lo gak usah ngomong pas kita presentasi." Cercah Lio kesal memukul meja dosen,
Aku dan yang lain melihatnya ikut tertawa.
"Iya, bisa gak sih sekaliiii aja lim, lo duduk diem gak usah ikut ngompor-ngomporin dosen. Gue udah susah payah buat makalah ini."
"Lo itu baru datang Lim, mana telat lagi, gak usah ngemeng kenapa sih!!"
Semua keluhan teman-teman yang diterima Liam hanya diketawai nya saja. Liam tak peduli omelan mereka.
Tapi yang ku bangga, Liam bisa melumpuhkan pemateri, ah pemateri gak ahli. Begitu katanya.
"Sori, gue cuma jawab seadanya. Kalian lebih pinter, gue mah goblok."
Hampir kena timpukan di kepalanya, untung Liam menghindar.
Namun setelahnya, ku dapati Vonya berjalan kebangku Liam, cewek itu duduk di sebelah Liam.
"Lo keren banget, Liam. Gue salut." Senyumnya.
Liam yang mendengar itu tersenyum paksa, "Makasih."
David yang dari tadi duduk di kursi dosen melirikku dengan tanda tanya, aku cuma perhatikan mereka.
"Liam, ajari Vonya untuk jadi kayak Liam. Vonya kadang udah tau jawabannya tapi susah ngungkapinnya, bisa bantu Vonya gak?"
Alisku spontan naik ketika mendengar bahasa dan suara Vonya yang sengaja ia buat sehalus mungkin.
Jelas suara Vonya besar, buktinya kami yang ada dikelas itu semua mendengar.
"Maaf Vonya, lo salah belajar sama gue, gue gak pinter, lebih baik lo belajar sama David tuh."
Liam menunjuk David yang disambut ejekan ogah kemudian.
"Sama Liam aja. Liam pinter kok, Liam itu cerdas. Ajarin Vonya ya. Sekalian nanti Vonya bantuin tugas KTI Liam deh. Janji."
Aku menunggu jawaban Liam selanjutnya, tapi ia malah diam saja, terus berdiri, "Gue kebelet, udah diujung, gue ke toilet dulu."
"Ikut!"
Spontan semua melirik ke arah Vonya dengan kesan kaget, aku pun begitu, Tantri juga, apalagi David yang langsung menyemburnya;
"Ih apaan sih, Nya. Genit banget lo. ih... Liam ke kamar mandi aja lo ekorin, mau ngintip?"
"Porno banget lo jadi cewek, harga diri coy."
"Gak usah genit kenapa sih, mual gue liatnya."
Vonya kesal dan duduk kembali di kursinya, "Apaan sih kalian!"
Dari bangku ke empat aku memandangi Vonya abis-abisan. Aku menunjukkan wajah galak, dalam hati terus mikir 'Lo ada rencana mau rebut Liam gue?'
Tapi, Tantri yang duduk di depan ku langsung menoleh, "Sabar beibeh, jangan kepancing emosi, mungkin dia memang lagi butuh guru."
Aku mengangkat dagu lalu pura-pura baca buku.
[][][]
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
KurzgeschichtenPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.