"Si Rafa ultah woii..."
Senin pagi ini David lari-larian dari meja ke meja sambil mengangkat hapenya. Semua teman-teman kelasku spontan menoleh ke arah David.
"Rafa ultah wee, beneran, gue gak bohong."
Aku melirik kearah Rafa yang pura-pura tidur di mejanya, terus menghampirinya.
"Eh beneran lo ultah?" Tanyaku, disusul anggukan malu dari Rafa.
"Diem-diem aja, Le. Biarin aja si David ngoceh"
Aku terkekeh, duduk disebelah Rafa. Aku menyadari kalau sahabat ku ini memandangi ku dari tidur nya, tapi aku pura-pura tak peduli.
"Aih.. Lo gak percaya sama gue?" Tanya David sekali lagi, ia naik ke atas kursinya.
"Lo tau dari mana, Vid. Orang si Rafa diem aja."
"Ini, ada notif Facebook dari hape gue, katanya 'Teman anda Rafa Hadinata berulang tahun pada hari ini.' Tuh..... Liat nih!"
David berusaha meyakinkan mereka untuk satu tujuan, dan teman-teman cowok yang lain mendadak mendekati David.
"Ohya bener." Ujar Lio mengeplak kepala Rafa, "Kok diem aja sih lo."
Rafa terkekeh, "Terus gue harus apa?"
"Traktir lah!" David duduk disebelahku, "Uda capek gue koar-koar, sekarang minta traktirannya."
"Gak ada!"
Rafa menenggelamkan wajahnya ke dalam tas, Lio dan David mengepal lehernya menyuruh Rafa bangun.
"Enak aja ngga ada, jangan buat malu keluarga Hadinata deh, lo kan anak orang tajir, masa malu-maluin sih!"
Aku terkekeh melihat tingkah mereka, sesering aku ngumpul, tak pernah ku lihat Rafa secuek ini. Atau memang.. Sengaja?
Aku sempat melirik bangku Liam tapi ia ngga ada, mungkin ke toilet, akupun terus memandangi tas hitam polos itu,
"Dari toilet kok gak balik-balik sih."
David menyenggol lenganku, menyuruhku membujuk Rafa agar di traktir, "Ngga mau, kalian aja bujuk." Tolakku.
"Ayolah Raf, pokoknya lo harus traktir kita-kita, lo gak malu apa, masa si Ale gak lo traktir sih, keterlaluan banget lo, ini yang namanya sahabat?"
Aku memukul bahu David, Kok jadi bawa-bawa aku, sih.
"Iya, Raf. Masa di hari ultah lo, lo gak mau traktir Ale, ini hari penting lo tau, masa gak dirayain sama orang penting, sih." Tambah Lio yang membuatku makin menyubitnya.
Kulihat Rafa diam melirik ku lama, Rasanya, bujukan gak etis mereka berhasil.
"Okey, mau makan dimana, Le?"
"Di Cafe Barista." Jawab David.
"Ale mau makan apa?"
"Nasi goreng complate." Potong Lio.
"Pulang ini bisa kan, Le?"
"BISAA BANGETTT!"
Aku tertawa melihat David dan Lio menjawab kompak, sementara Rafa mendadak kesal.
David dan Lio tertawa penuh kemenangan, intinya mereka berdua kudu ikut, harus katanya.
"Pokoknya pas pulang ini lo pergi sama gue ya, Le."
Aku tersenyum kecil.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Short StoryPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.