[30]' Berusaha menyelamatkan

10 0 0
                                    

"Avana Vania Vandra?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Avana Vania Vandra?"

"Saya, pak."

"Ainsley Hansa?"

"Saya, Pak."

"David Damara?"

"Hadir, Pak."

"Lio Sembiring?"

"Hadeerrr..."

"Jonathan Liam Immanuel Wijaya?"

semuanya diam, saling pandang memperhatikan kursi Liam yang kosong, aku menunduk .

"Jonathan Liam apa hadir?"

"Enggak, pak." Jawab David bingung, melirik kearahku.

"Kemana dia?"

Sejujurnya, tak ada yang mengetahui jika Liam sudah pulang kampung, Liam tak memberi tahu di grup.

"Ada yang tau Liam kemana?"

David mengodekan ku mengisyaratkan 'Liam kemana?' Aku hanya tersenyum kecil, belum berani menjawab.

"Apa Liam tidak ada kabar?" Tanya Dosen itu mulai mencoreng absen.

"Liam pulkam, pak. Neneknya sakit!" Celahku, "Dia izin,"

"Kamu tau dari mana?"

"Kemarin dia bilang ke saya, pak."

"CIEEEEE......" David mengejek, disusul candaan dari teman-teman yang lain. "Harus ya Liam ngasih tau ke lo doang, privasi banget, hahaha."

"Cieee..."

"Bentar lagi ada yang jadian nih."

"Pajar dong, pajar, pajak jadian..."

"Sudah-sudah. Diam semuanya!" Titah Dosen itu berjalan mendekatiku.

"Kamu sekretaris kelas?"

Aku menggeleng cepat, menelan ludahku dengan berat,

"Terus, kenapa Liam ngasih tau nya ke kamu, sekretaris mana?!"

Aku tak menyangka suasana akan sekisruh ini, aku hanya mencoba menyelamatkan Liam dari Alpa, dan lagipula kenapa Liam tak memberitahu yang lain.

Ya allah, Liam.

"Sekretaris dikelas ini mana?"

Semua spontan melirik Vonya yang duduk di barisan kedua, Vonya mengangkat tangan ketakutan.

"Sa-saya, Pak."

"Apa Liam ada beritahu kamu kalau dia tidak masuk?!"

"Ng-nggak, pak."

Dosen itu menyinis lalu duduk, entah kenapa keadaan kelas tiba-tibas saja tegang. Pak Harjito yang mengajar dikelasku pagi ini memang terkesan amat super duper galak seantero kampus.

Ma-ti gue.

"Saya paling gak suka ada mahasiswa yang lancang menitip absen seperti ini, apalagi dikasih tau cuma sama satu orang. Kamu pacarnya Liam?" Tanyanya tajam kearahku.

"Eng-enggak pak, bukan,"

"Lain kali kalau ada mahasiwa seperti ini, saya cabut namanya dari absen. Ini masih jadwal ngampus kok pada hebat banget pulkam-pulkam. Hari ini dan seterusnya saya tarokkan alpa sampai dia belum masuk!"

Tak ada yang berani melangkahi, menjawabi, bahkan membantah ucapan pak Harjito.

Aku semakin menunduk malu dan takut. Aku hanya menyelamatkan Liam, itu saja.

"Presentasi kelompok maju cepat!"

***

A Quiet Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang