"Gue ikut."
Aku berlari menyusul mereka ke kantin dengan alasan lapar, yang padahal nasi satu box sudah ludes ku lahap.
Aku hanya memastikan Vonya tidak genit sama Liam ku.
"Lo mau makan, Le?" Tanya David yang melihat ku berdiri di pintu. Aku mengangguk pelan.
"Yaudah sini makan bareng gue."
Aku meletakkan gelas di depan David dan sengaja duduk disebelah Liam. Tapi setelah itu Liam bilang kalau sendok dan gelas tidak ada. Ia malah menyuruhku mengambilnya.
"Lo kan uda dari semalem disini, Le. Jadi tolong ambilin gelas dong, kita capek banget nih."
Aku melongo menunjukkan wajah tidak suka, tapi aku menuruti perintah Liam, terus keluar ambil gelas.
Setelah itu ...
"Makasih, Le." Liam tersenyum, aku meletakkan gelas itu dengan kasar.
Ku lihat Liam memberi perhatian pada Vonya, masalahnya... Mereka makan nasi sebungkus berdua, dan saling bercanda.
Isss... Aku melihat itu semua, dan aku ada disana, Liam.
David yang melihat kejadian ini menyenggol lenganku, matanya menyipit seolah berkata 'Jangan diem aja, Liam lo mau di tikung.'
Dan setelah mereka makan, Liam malah menyuruhku untuk bawa piring kotor dan gelas itu lagi ke dapur.
Astaga Liam!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
ContoPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.