[44]' Rafa atau Liam?

17 0 0
                                    

"Ale, gue mau ngomong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ale, gue mau ngomong."

Rafa menarikku menjauh dari teman-teman, aku sempat menolak sampai-sampai es krim di tanganku jatuh,

"Raf, kalo mau ngomong kan disana juga bisa, gak usah tarik-tarik juga,"

"Gak bisa! Gue mau ngomong!"

David yang mendengar kegaduhan kami pun langsung mendekatiku, semua teman-temanku di lapangan itu mempertontonkan kami.

"Raf, sejak kapan lo kasar sama cewek sih?" Tanya David seraya memukul pundak Rafa dengan gulungan kertas.

"Kasar apaan, gue kan gak apa-apain Ale."

"Tapi bisa gak ngomongnya ntaran aja, gue mau bahas soal kelas, hargai gue dulu."

David menarik tanganku, tapi ditahan oleh Rafa.

"Ale sama gue dulu, gue mau ngomong sama dia."

"Nantikan bisa, Raf."

"Suka-suka gue!"

"Lo kenapa sih?"

Aku yang melihat kejadian itu cuma terbengong-bengong. Ini pada kenapa sih? Rafa terus mengenggam tanganku sampai Liam di bawah pohon sana memperhatikan ku tanpa senyum.

Aku merasa segan pada Liam.

"Gue mau ngomong bentar apa urusan lo sih, Vid." Rafa melotot, "Ale ikut gue."

"Raf, tapi, tapi gue ma'--"

Tarikan Rafa sungguh kasar, aku pun terikut.

Yang ku tahu setelah itu, David memanggil Liam untuk sengaja mengikuti kami. Dan Rafa, berhenti di depan fakultas nya.

"Ale, gue mau ngomong. Gue uda capek kek gini terus."

"Maksud lo?"

"Ale, gue suka sama lo, gue sayang sama lo lebih dari sahabat, gue gak mau cuma jadi sahabat lo."

Seriously, terang-terangan sekali Rafa berkata.

"Lo kan udah nembak gue sewaktu kita masuk, dan lo udah tau jawaban nya. Terus kenapa di tanyain lagi?" Jawabku sepelan mungkin.

"Barangkali lo berubah pikiran, lo harus berubah pikiran, Le. Lo harus sayang sama gue."

Aku mengekspresikan wajah tak suka, kemudian mundur selangkah.

"Sampai kapan pun gue gak bisa berubah pikiran, karena emang gue gak suka sama lo, gue cuma anggap lo sahabat."

"Kenapa cuma sebatas itu sih, kenapa gak bisa lebih."

"Karena gak seharusnya lo suka sama gue, lebih susah kalo persahabatan harus melibatkan perasaan. Harusnya lo tau itu, Raf."

"Oh ya? Bukannya itu cuma akal-akalan lo doang, cuma alibi lo doang?"

"Maksud lo?"

Ku lihat Rafa mengepal tangannya lalu mendekatiku, "Kalo gitu, coba lo bilang hal yang sama ke Liam. Bilang ke Liam kalo lo cuma anggap dia temen, cuma orang asing. Coba bilang!"

Aku terbata, "Ya' gue kan emang cuma temen sama Liam."

"Yakin?"

"I-iya."

Rafa terkekeh sinis, "Gak usah pura-pura bego lagi, Le. Gue tak semuanya. Gue tau lo suka sama Liam."

"Ha? Eng-enggak Raf, enggak."

"Kalo enggak coba lo bilang ke Liam, ayo bilang!"

Rafa terus memaksaku untuk berkata begitu, tapi aku hanya diam saja. Tak mungkin lah aku bilang,

Rafa sengaja mendesakku begitu karena ia sadar jika dibelakangku ada Liam dan David yang dari tadi berdiri.

Ketika aku berbalik, aku bingung harus gimana karena yang ku lihat Liam terus memandangi ku tanpa senyum sedikit pun.

"Le, ayo balik ke lapangan."

Liam mendekatiku dan sedikit mendorong bahu Rafa, "Ayo."

"Ale gak boleh balik, gue belum selesai ngomong sama dia." Tepis Rafa melepas tangan Liam.

"Ngomong apa lagi sih? Gak bisa nanti lo ngomong berdua?"

"Gak ada urusan sama lo!" Rafa melirikku, "Le, sekarang ngomong sama gue, lo gak suka 'kan sama Liam? Lo cuma anggap dia temen, kan?"

Aku tak menjawab, silih berganti ku pandangi Rafa, Liam, dan David yang saat itu seolah menyuruhku jujur.

Aku tak berani.

"Le, jawab, apa susahnya sih?"

Aku menunduk lalu buru-buru pergi meninggalkan mereka.

Aku tak bisa jawab.

Aku tak bisa jawab.

Maafkan aku, Liam

"Lo berhenti dekati Ale, Lim. Ale itu punya gue!" Tekan Rafa mendorong bahu Liam.

Posisi Liam saat itu juga memusingkan, dia bingung kenapa Rafa tau dia dekat dengan ku, kenapa seolah semuanya sudah tau? Siapa yang memberitahu?

"Gak usah di dengerin, Lim. Ayo balik."
Undur David merangkul Liam.

Lo harus jujur sama Liam, Le. Harus! Usik David.

***

A Quiet Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang