Aku menggandeng tangan Tantri dari mulai keluar kelas, wajahku sedih dan Tantri memahami itu.
Dan sampai kami duduk dikantin pun, aku masih melamun, mengaduk-aduk teh hijau di dalam cangkir.
"Gue cuma berusaha nyelamatin Liam aja, Tan, kok jadi gue yang di repetin sama anak kelas sih."
Tantri terkekeh, "Lagian lo sih, kenapa gak bilang ke gue atau Vonya kalo hari ini Liam gak masuk."
"Gue pikir kan Liam udah ngabarin lo semua,"
"Cowok kayak dia lo bilang tukang ngabarin? Tunggu pas dia mati baru dia ngasih kabar ke kita."
"Apaan sih, orang mati mana bisa ngasi kabar." Kekehku.
Dari tadi aku berulang kali mengecek hape untuk memastikan Liam membalas chatku, tapi yang terlihat cuma centang abu-abu tak kunjung berubah mood-ku.
"Lo jujur deh Le sama gue," Ucap Tantri melirikku tajam, "Lo ada hubungan apa sih sama, Liam?"
"Enggak ada, Tan."
"Lo gak bisa bohong sama gue, kentara banget, gue merhatiin kalo lo sering ngobrol bareng dan duduk berduan sama Liam."
Aku diam,
"Gue juga yakin kalo lo ada apa-apa sama Liam."
"Aku masih diam,
"Lo pacaran ya Le sama Liam?"
Teh dimulutku tersembur seketika, terkejut, untung tak kena Tantri yang juga kaget melihat tingkah ku.
"Enggak, Tantri, gue gak pacaran sama Liam. Sumpah."
"Tapi lo suka, kan? Ngaku sama gue."
Aku masih saja diam, kalaupun Liam ada disini dan kami sedang baik-baik saja, pasti Liam bakal jawab;
"Gue gak ada hubungan apa-apa sama, Ale. Gue cuma balas budi karena dia uda baik sama gue. Lo jangan jadi rentenir deh, ngeri banget."
"Inget ya, Le. Kita uda dewasa, kedekatan kita gak perlu diumbar sana-sini, Lo jangan bilang siapa-siapa kalo kita deket."
"Gue males di cie-ciekan sama mereka."
Lagi-lagi aku memikirkan Liam, semua ucapan nya juga tingkahnya. Baru saja sehari ditinggal Liam rasanya sepi banget, biasanya dia pasti nongol tiba-tiba.
"Le.. Ale.. Ainsley!" Tepuk Tantri keras, aku terperanjat.
"Ha?"
"Lo kenapa sih, doyan banget ngelamun siang-siang."
Aku menggeleng cepat, "Ngga apa-apa kok."
"Jujur sama gue, Le. Lo ada hubungan apa sih sama Liam."
"Ngga ada, Tantri cantik. Gue cuma temenen aja." Senyumku, "Gue duluan ya, mau ke perpus pulangin buku."
"Loh, bentar lagi Rafa sama David kesini loh."
"Ya lo sambut lah pangeran-pangeran kere itu datang, lo jamu mereka. Yaudah ya, baii.."
Aku sengaja memilih pergi dengan alasan mengembalikan buku yang padahal aku hanya males bertemu Rafa dan berdebat ujungnya.
[][][]
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Kısa HikayePercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.