[39]' Syafakallah Liam

17 0 0
                                    

Jonathan Liam Immanuel Wijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jonathan Liam Immanuel Wijaya

Cepet sembuh Liam
......

Semua Syock melihat Liam pingsan, tak biasanya ia seperti ini, bahkan tak pernah.

Ketika ditanyai kenapa, Atika adiknya sempat mendekatiku saat Liam belum sadarkan diri. Seolah berbagi cerita, katanya ;

"Kak Ale, Kak iam itu sedih banget, sewaktu di Solo, Kak iam yang jagain nenek. Dan kak iam gak berhenti nangis pas tau nenek meninggal di depan matanya kak iam. Kak iam manja banget sama nenek, sayang banget sama nenek, dan kak iam gak bisa terima kalo nenek gak ada."

"Kata Kak iam, dia lebih sayang nenek dari pada cewek manapun, gak akan tergantikan. Atika jadi sedih liat kak iam kayak gini."

"Kakak temannya kak iam kan? Berarti nanti kakak bisa bujuk kak iam buat semangat lagi, kan?"

"Nanti kalo kak iam minta sering-sering ke makam nenek, kakak temenin ya, jangan ditinggal sendiri kak iamnya. Kalo dikampus tolong jagain kak iam ya."

Aku tak mengerti mengapa Atika bisa bercerita dan menuturkan kata-kata penjagaan seperti itu padaku, tapi yang jelas, aku pasti akan menjaga Liam. Pasti.

"Liamnya udah sadar, kok." Ucap David, keluar dari kamarnya.

"Beneran, Vid?"

"Liam cuma perlu istirahat, dia gak tidur dari semalam."

"Dia beneran gak sakit kan?"

"Kata ibunya sih enggak, badannya hangat kok, baik-baik aja dia."

"Syukur deh."

Kami masih berada di depan kamar Liam, memindik-mindik dan melirik situasi kamar saat silih berganti orang keluar dari kamar Liam.

Sampai kesekian kali, ibu Liam datang menghampiri kami.

"Maaf ya, jadi merepotkan kalian."

Kami menggeleng, "Ngga apa-apa ibu, Liam nya udah siuman kan?"

Ibu Liam mengangguk, "Udah, Kalian mau jenguk?"

David mengambil Alih lalu menolak halus, "Ngga usah buk, nanti kami malah ganggu. Biarkan aja dulu Liam istirahat, kami juga mau balik, uda sore soalnya."

Ibu Liam tersenyum ramah lalu mengangguk, "Makasi ya sekali lagi udah mau datang jengukin kondisi Liam."

"Iya buk, sama-sama. Yaudah kami pamit dulu ya. Assalamualaikum."

Kami menyelami tangan Ibu Liam satu per satu lalu berlalu keluar dari rumah.

Dari luar, aku masih menoleh kebelakang, khawatir yang memberantai membuat aku masih ingin tetap disini rasanya.

Menjaga Liam.

"Le, Ayo balik."

Rafa menarik tanganku dan aku terpaksa mengikutinya pulang kerumah.

Syafakallah Liam

***

A Quiet Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang