[57]' Rute waktu

15 0 0
                                    

Lie

Sepulang kampus ini aku tak bersama Liam, bahkan sampai duduk di kantin pun Liam tak ada. Aku sedikit merengut membayangkan nasib ku kedepannya. Apa bakal gini terus?

Ada selesai yang belum saja dimulai,
Dan ada mulai yang tidak selesai.

Rafa memberiku batagor yang ia beli dikantin sebelah. David dan Tantri menemaniku siang ini.

"Woi, Liam tengok tuh!"

David histeris dan menunjukkan ke parkiran. Mataku tajam memperhatikan, Liam keluar dari parkiran bersama Vonya,

"Ha? Liam makek kereta siapa tuh? Kok sama Vonya?" Tanya David,

"Itu keretanya, katanya dia." Ujar Tantri tenang,

"Baru?"

"Maybe!"

Setelahnya David tergelak, "Berarti, yang pertama kali dibocengin Liam si Vonya? Astaga, Le. Lo kok kalah sih?"

Aku melempar tusuk batagor kearah David, menyuruhnya diam. Dalam hati aku jengkel, kenapa Liam keluar berdua sama Vonya. Mau kemana? Terus kenapa tidak kasih kabar padaku?

"Habis ini kerjai tugas yok, di rumah Tantri." Seru David, dan disusul anggukan mantap dari Rafa dan Tantri.

Aku masih bimbang, lalu mengiyakan. Dan dijalan Rafa bilang ingin mampir ke Pom Bensin, aku dan Tantri duduk di bawah pohon. Ku lihat Tantri senyum-senyum sendiri sewaktu ada cowok ganteng lagi ngisi bensin. Aku menepuk pundaknya lalu tertawa.

Sesampai dirumah Tantri kami disambut oleh Mamanya, dipersilahkan masuk dan dihidangkan makanan. David dan Rafa melahapnya.

"Makasih loh, Tan. Kenyang gue kalo setiap hari kesini." Ujar David memakan habis kentang goreng di piring.

"Abis ini kerjain tugas, gak ada main-main game dulu."

Mereka mengiyakan,

Jujur saja, selama mengerjakan tugas aku betul-betul tidak fokus, tentu saja aku memikirkan Liam, pikiran ku sudah jalan kemana-mana.

Aku sudah coba mengechat Liam tapi ceklis, dia tidak aktif.

Apa Liam menghindar setelah aku ngomong suka?

"Gue udah nembak Liam." Ujarku.

Tantri spontan menatapku lama, David Dan Rafa juga, mereka coba memastikan.

"Gimana-gimana?!"

"Gue udah nembak Liam!"

David menyembur, "Serius?"

Aku mengangguk lemas dan dirangkul oleh Tantri, aku menceritakan jawaban Liam sama mereka, dan mereka cuma bisa nebak-nebak.

"Mungkin dia emang beneran gak ngerti kali."

"Mungkin dia gak fokus dengarinnya."

"Mungkin lespiker nya rusak!"

Aku merengek, "Enggak loh enggak. Liam tak kasih gue jawaban."

Mereka diam memanggut, sementara Rafa yang hanya mendengar dari tadi tiba-tiba tertawa.

"Haha.. Liam itu gak suka sama lo, lo harus paham gelagat cowok."

"Tau dari mana lo?" Tanya Tantri tak percaya.

"Kalo dia suka, dia uda nembak lo dari dulu kali, Le. Sekarang buktinya apa, dia ngejauh kan, karena udah ada yang baru, udah ada Vonya!"

"Gak, gak percaya gue!" Ketusku menutup laptop.

"Lo itu cuma cocok sama gue!"

"Enggak, Raf!"

Aku tidak bercerita lagi dan buru-buru mengerjakan tugas asal-asalan, lalu memilih pulang ke asrama.

Liam pasti suka gue.

Liam pasti suka gue.

Liam pasti suka gueee!


A Quiet Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang