Pernah dengar seorang sastrawan lawas ngomong gini, 'Mencintai itu kata kerja, di cintai itu kata sifat, tapi cinta bukan kata benda, cinta itu kata hati.'
Semakin bergulir, semakin kesini, semakin kacau. Aku yang menciptakan kekacauan sendiri.
Seperti membuat suatu kekacauan, sekacau-kacaunya sebuah kekacauan.
Luar biasa kacau.Aku tergeletak di kasur tanpa membuat apa-apa, dari tadi ku pandangi hape tapi tak kunjung mendapat balasan.
Yang ku lihat terakhir kali Liam mengirim ku pesan, isinya sedikit panjang sampai-sampai membuatku pikir dua kali untuk membalasnya.
-Liam cakep🐢-
-Le, maksud Rafa ngomong tadi apa? Kenapa dia nanyain ke elo soal kita? Lo kasih tau Rafa? Dan, lo suka sama gue, Le?-
Lama sekali ku pandangi kalimat terakhirnya. Yang menganehkan, kenapa Liam malah balik bertanya?
Eh, harusnya...
Kenapa Liam harus bertanya lagi?
Harusnya kan dia udah tau.-Sumpah demi apapun gue gak ngasih tau ke Rafa Kok. Lo jangan dengerin omongan Rafa ya, Liam.-
-Terus, lo gak suka gue kan?-
-Penting ya Liam di jawab?
Tak menunggu lagi, aku mematikan total data selulerku.
Kenapa harus ditanya lagi, sih? Kenapa gak nembak gue langsung?
[]
Apa aku terlalu menyembunyikan kedekatanku? Apa semua orang harus tau soal percintaanku? Kenapa jadi ribet begini sih!
"Le, si David nunggu lo tu di bawah. Di lobi."
Vee masuk dan mengagetkanku. Aku tak percaya lalu tertawa acuh.
"Gue serius, Le. Barusan gue dari bawah, lo gak liat gue baru pulang kampus?"
"Haha, mana mungkin. Emang mau ngapain dia."
"Terserah lo deh, telfon kalo gak percaya."
Agak gusar dan malas, aku mencoba menelfon David, alih-alih kalo dia bertanya ada apa, kan malu.
Tak lama, -Halo, Vid?-
-Le, lo turun kenapa sih, gue udah nunggu dari tadi dibawah.-
-Bawah mana?!-
-Lobi lah, di asrama lo, buruan turun-
-Ngapain sih? Ini tuh jam nya tidur, jangan ganggu gue ah-
-Sumpah lo tega amat! Gue uda jauh-jauh kesini sambil jemput lo. Buruan turun!-
Aku tak bisa menyangkal apa-apa David bisa dan mau menjemputku siang ini, perihal apa?
-Ale buruan! gue dilihatin senior-senior cantik nih, minder gue.-
-Ah, iyaya, bentar!-
-Cepat, gak usah dandan!-
Dengan tanda tanya yang masih diselimuti kabung penasaran, aku turun dari tangga dan menjumpai David tengah duduk disana. Benar, dia menungguku.
Aku cengengesan, disusul ekspresi datar dari cowok itu.
"Sori lama, ngapain kesini sih?"
"Berlalat gue nunggunya, uda dibilang gak usah dandan."
Aku memegang pipiku, "Astaga David, gue gak dandan, malahan gak bedak-an. Cantik gue alami tanpa formalin."
"pede lu uda kadaluarsa!"
"Hehe."
Aku tak peduli akan ocehan David, lalu berjalan keluar, David menstater motornya.
"Vid, kita mau kemana, sih? Lo mau nyulik gue ya?!"
[]
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Short StoryPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.