Dua hari kemudian
Tanpa kabar, tanpa menelfon, tanpa mengechat, bahkan tanpa menanyai Liam pada Ishfi, aku tetap berusaha menunggu Liam pulang ke jakarta, ke rumahnya.
Sampai David mengabari kami setelah Dosen keluar kalau Liam sudah dirumah, neneknya sudah dimakamkan kemarin,
Dan hari ini, ada sedikit acara dirumahnya Liam,
"Pokoknya gak ada yang boleh bubar, gue akan hitung berapa Angkot yang akan di sewa buat kerumah Liam."
Semua mengangguk setuju atas ucapan David,
Tepat disebelahku Rafa berdiri, tersenyum ramah lalu melayangkan kunci sepeda motor di depan wajahku,
"Kita pergi berdua ya, kasian kalo gue pergi sama Lio."
"Kenapa?"
"Dia meluk gue kencang banget, kan geli."
Aku melirik datar, lalu menghampiri David, membantunya mengangkat Beberapa makanan ke dalam Angkot yang sudah sampai.
"Ayo semua naik, jangan sampai ada yang ketinggalan."
"Iyaa, Vid."
Selepas semuanya naik, David meminta Temannya yang lain untuk memboncenginya. David melirikku lalu turun kembali dari kereta.
"Loh, Kok masih disini, buruan naik angkot Le, nanti ketinggalan."
"Dia pergi sama gue." Jawab Rafa, menyalakan mesin sepeda motornya.
"Oh yaudah, hati hati lo bawak anak orang, jangan lelet banget bawa keretanya, awas kalo nyasar!"
"Yaelah, Vid. Kayak pertama kali aja ngebonceng Ale."
"Ya ini kan situasinya beda, Ale harus tepat waktu untuk sampai di rumah calon mert---"
Aku kaget dan langsung melototkan mata sebesar mungkin, menyuruhnya diam.
"Lo ngomong apa?" Rafa tak mengerti.
Untung saja!
"Hehe, gak kok. Ngga ada." David naik ke kereta temannya, "Pokoknya 10 menit kalian udah harus ada di lokasi."
"Iyaa."
Kami pun bergegas menuju rumah Calon mertua----
Eh Calon Liam ku :)
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Historia CortaPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.