Jangan otak atik kalau tidak tertarik, ini hati bukan rubik
======="Kita nungguin Rafa bentar ya, katanya dia lagi di pom bensin."
Aku mengangguk sekedarnya saat Tantri muncul dari pintu depan.
Aku dan Tantri kompak menggunakan switer dan topi kupluk coklat---menunggu kedatangan David dan Rafa.
Tapi sebelum itu, aku sudah menyuruh David diam dan jangan memberitahu pada Liam. David mengiyakan.
"Sori ya lama, Pom nya rame." Rafa muncul dan tersenyum.
"Its no matter. Ayok."
Kepergian kami ke puncak tanpa rencana tersusun, dan di sepeda motor Rafa, aku cuma diam, tak banyak mengajak Rafa ngobrol atau meladeni nya ngobrol.
Entah mungkin Rafa juga canggung karena insiden semalam.
Sahabat berubah jadi cinta.
"Mereka kok udah hilang aja di depan, kita susul atau nungguin nih?" Tanya Rafa menepikan motornya.
"Duluan aja, kan nanti bisa Share loc."
Rafa mengangguk lalu melajukan sepeda motornya lagi.
Sekiranya hampir 1 jam setengah kami baru sampai. Pegal di punggung dan juga bahuku membuatku selonjoran gitu aja di tanah, Rafa melirikku.
"Lo capek? Sini biar gue bawain tasnya."
Aku menggeleng, "Biar gue aja." Aku berdiri dan menghampiri Tantri,
"Naik yuk, kita foto-foto dulu." Tantri menarik tanganku dan kami masuk ke atas puncak.
Puncaknya dingin, kami berfoto pakai hape Rafa. Dan David cengengesan saat mengetahui Hape Rafa merk IPhone keluaran terbaru.
"Maklum anak sultan mah bebas."
Tak lama, satu foto berhasil terambil. Sempat mengecek hasil foto saat Rafa sudah mengirim ke kami bertiga, aku terkejut saat melihat Rafa memposting foto itu di sosial media, lengkap dengan nama tempat dan Captionnya.
'Ale's today, lafyu.'
Reflek aku menepuk pundak Tantri dan terkejut bukan main. Aku takut jika nanti Liam melihat nya. Pasti dia akan melihatnya, pasti, pasti.
"Jangan di pikirin, Liam pasti gak mikir apa-apa." Ucap Tantri, "Ayo makan, susul mereka."
Seperti biasanya David dan Rafa berkoar abis-abisan, tertawa kekeh dengan wajah yang minta di timpuk.
Aku tak menyenangi hari ini, yang ada dipikiranku, gimana jelasin ke Liam. Tapi, Liam bakal nanya tidak ya,
"Eh, Liam ngomen," Ucap Rafa meraih hapenya.
Aku menunggu,
"Dia ngomen---Ciee jalan-jalan."
Aku memasang wajah longo, memastikan Rafa hanya iseng atau itu semua akal-akalan Rafa.
Ku lihat Rafa mengetik sesuatu,
"Iyalah, sini lo main, ada Ale disini."
Rafa tersenyum puas kearah ku, aku meliriknya sinis,
Tak lama, Rafa kembali mendapat balasan,
"Gak lah, bukan muhrim, nanti aja sama istri."
Rafa terkekeh, Menutup hapenya.
Hari ini menyebalkan, aku menghabiskan makanan ku dengan cepat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Kısa HikayePercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.