Liam itu bukan cowok pendiam, malahan dia superaktif dan pintar berdebat.
Pertama kali aku mengenalnya sewaktu Liam terlambat di depan kelas, waktu itu Liam makai switter hitam, rambutnya berantakan.
Entah kenapa saat melihat Liam saat itu, ada sesuatu yang janggal dihatiku, aku tersenyum sendiri, karena aku suka melihat ekspresi wajah polos dan baby-facenya.
Tapi, saat itu Liam tidak mengenaliku.
Liam sempat dimarahi Dosen karena tingkahnya menyebalkan, teman-teman disebelahku juga bilang kalau Liam anak yang nakal, bandel, dan Liar. Hanya karena tampilan Liam yang berantakan, mereka bisa langsung berasumsi seperti itu.
Bagaimana Liam tidak menjengkelkan, disaat ia dimarahi dosen dan disuruh bernyanyi, Liam malah mengajak semua temannya untuk ikut bernyanyi bersama.
"Ayok, semuanya ikut nyanyi bareng gue, hari ini dosen kita baik, kita gak belajar, ayok."
Karena tingkah Liam yang lancang seperti itu, ia malah dikeluarkan dari kelas.
"Dasar si Liam, berani banget dia."
"Gak mikir nilai nya C apa?"
"Baru pertama ngampus udah bikin ulah, calon anak liar itu mah."
Sewaktu pelajaran berlangsung aku sempat meminta izin keluar kelas, aku ingin ke toilet, namun di depan tangga, aku melihat Liam sedang santai bernyanyi sambil memasukkan handshet ke teliganya.
"Kamu ngapain Liam?"
Liam terkejut melihatku lalu tertawa, "Gue bosen, jangan bilang dosen kalo gue masih disini ya, Nanti jam kedua gue gak masuk. Amankan absen gue, oke."
Liam menepuk pundakku, aku tersenyum.
"Ohya, nama lo siapa? Kita sekelas kan? Gue sempat liat lo tadi di depan."
"Gue Ale. Ainsley Hansa."
Liam menggaruk-garukkan kepalanya, bingung, "Nama lo ribet banget, sakit lidah gue nyebutnya."
"Ale, manggil Ale aja."
"Oh, oke. Gue cabut dulu ya."
Aku bisa patahkan semua opsi teman-teman kalau Liam itu liar, pagi ini ia bersikap manis banget, aku senang bisa ngobrol singkat bareng Liam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [Completed]
Historia CortaPercayalah, ini bukan kemauanku, Liam. ____ Ini bukan cerita, tapi penggalan kisah Ale dan Liam.