12. Sweet Pain (a)

9.7K 1K 124
                                    

HAPPY READING

Mark menghempaskan tubuhnya pada sofa yang terdapat di apartemen Jaehyun. Setelah mengantar Renjun pulang tadi ia ikut ke tempat tinggal kakaknya itu.

"Harusnya kau bahagia karna baru saja kencan dengan pujaan hati." celetuk Jaehyun melihat wajah kusut adiknya.

"Ya, harusnya. Kalau saja tadi kita tidak bertemu Jeno." jawab Mark, terselib nada sebal disana.

Jaehyun tersenyum meledek. "Untuk apa Renjun berbohong pada Jeno soal kalian yang akan pergi kalau bukan karna ingin menjaga perasaannya. Dia menyukai Jeno bukan kau."

Mark mengerling. "Aku tau itu. Aku sangat menyadarinya."

"Aku jadi berpikir jika Renjun menyukai Jeno tapi dia mendekatimu karna kau kaya."

"Jangan bicara sembarangan tentang Renjun. Dia bukan orang yang seperti itu." jawab Mark menatap Jaehyun tajam.

"Siapa yang tau sifat seseorang."

"Jika Renjun memang seperti itu, dia akan memoroti uang ku dari dulu. Tapi apa? Dia masih bekerja sementara ada aku yang jelas-jelas mengejarnya."

Jaehyun meneguk minuman soda ditangannya. "Tapi bukankah sekarang Renjun dan Jeno sedang bertengkar? Ini kesempatanmu."

"Jeno pasti akan segera memaafkannya."

"Bagaimana kau yakin?"

"Karna Jeno punya kakak yang akan membujuknya untuk mendengarkan Renjun."

"Lalu menurutmu Jeno akan percaya begitu saja pada Renjun?"

"Aku yakin Renjun akan mengatakan yang sebenarnya pada Jeno dan itu masuk akal baginya. Tidak ada alasan untuk tidak memaafkan Renjun."

"Masih ada harapan mereka tidak akan berbaikan."

"Jeno bukan kau, hyung. Dia mempunyai orang untuk menenangkan perasaannya. Dan dia tidak sekeras kepala dirimu. Jeno memiliki perasaan yang sama denganku untuk Renjun. Dia tidak akan mengambil resiko kehilangan orang yang ia cintai hanya karna salah paham."

Jaehyun memicing. Mark terasa seperti sedang menyindirnya. Namun persoalan cinta segitiga remaja ini jelas tidak sama dengan permasalahannya. Jaehyun yakin dia mengetahui yang sebenarnya.

--Sweet Pain--

Renjun berkali-kali membuka mulutnya namun di tutup kembali. Tidak tau harus memulai darimana. Doyoung mengatakan ia harus mengatakan alasan kenapa ia berbohong pada Jeno. Namun melihat ekspresi Jeno yang tidak bersahabat membuat nyali Renjun menciut.

Jeno masih menumpukan tangannya pada besi pinggiran jembatan kecil tempat mereka berada. Matanya lebih memilih melihat aliran air pada anak sungai dibawah sana.

Sebenarnya Jeno tidak ingin bertemu Renjun jika kakaknya tidak terus-menerus membujuk hingga memaksanya untuk bicara dengan anak itu. Ayolah, Jeno masih tidak percaya jika Renjun berbohong hanya untuk pergi bersama Mark.

"Aku punya alasan kenapa aku pergi bersama Mark." Renjun akhirnya buka suara setelah beberapa saat.

"Aku mengerti. Semua orang mungkin berpikiran sama denganmu." jawab Jeno tanpa mengaluhkab pandangannya.

SWEET PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang