HAPPY READING
••
•
•
•
"Bisakah kita tidak perlu membahas hutang Doyoung?" Pinta Jaehyun kepada ayahnya. Ia tidak suka mendengar jika anaknya dianggap bahan pelunas hutang bagi pria itu.
Yunho mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Itu sebuah timbal balik. Lagipula anak itu akan tumbuh lebih baik bersama keluarga kita dari pada dengan Kim Doyoung."
"Dia sangat menyayangi anak itu dan-"
"Dan dia juga sudah menandatangani surat perjanjiannya. Terserahmu mau memberitahunya sekarang atau tidak, yang aku butuhkan penerus keluarga kita."
"Ini semua akan menyakitinya, ayah. Tidak bisakah dengan syarat lain?"
Yunho menarik satu sudut bibirnya. "Sejak kapan kau peduli? Saat aku menunjukkan surat perjanjian itu, kau sama sekali tidak mempermasalahkannya."
"Ya, aku menyesal untuk itu. Sekarang, bisakah ayah mengubahnya?"
"Yang terpikir olehku sekarang hanya mengambil anak itu." Yunho menyenderkan badannya kemudian. "Menurutmu apa hal lain yang bisa dilakukannya untuk melunasi hutang sebanyak itu?"
---Sweet Pain---
"Terima kasih..." Kun dengan senyuman ramah memberi buket bunga yang telah ia susun kepada pelanggannya.
Senyumnya memudar mendapati sahabatnya, Kim Doyoung masuk ke tokonya dengan tangis tersedu-sedu. Kun reflek mengejar Doyoung kearah pintu, memapahnya untuk duduk pada kursi di ujung ruangan.
Kun memperhatikan pemuda di hadapannya, dari isakannya tangis Doyoung terdengar begitu pilu. Kun mengusap pundak Doyoung agar ia merasa lebih baik.
"Aku ambilkan air sebentar." Kun beranjak kedapur yang memang ia letakkan dilantai bawah. Kun menghubungi Wonwoo agar segera datang, sesuai pesan yang diberikannya agar Kun memberitahu jika ia dan Doyoung bertemu.
Tak lama ia kembali dan membiarkan Doyoung meneguk habis air hangat yang ia bawa.
"Tenangkan dirimu..." Ujar Kun. Sebenarnya dalam benaknya penuh dengan pertanyaan apa yang terjadi dengan sahabatnya itu, namun Kun memilih menunggu agar Doyoung lehih tenang dan siap untuk bercerita.
Bebarapa saat Kun masih menemani Doyoung, hingga Wonwoo dengan langkah tergesah menghampiri mereka bedua.
Raut khawatir jelas sekali diwajah Wonwoo. "Siapa yang membuatmu menangis seperti ini?
"Duduklah dulu.." Kun memberi isyarat agar Wonwoo menahan diri untuk bertanya.
"Kun?"
"Hmm?"
"Apa kesalahanku sebegitu besar hingga aku tidak pantas untuk bahagia? Atau hanya aku saja yang bodoh?" Lanjut Doyoung diselah isakannya.
Kun dan Wonwoo saling pandang, lalu mereka kembali mendengarkan seluruh keluh kesah Doyoung.
Cuaca cukup terik membuat Ten menggunakan tangannya untuk menghalangi sinar matahari agar tidak mengenai wajahnya. Di depannya terdapat toko bunga sederhana yang menjadi tujuannya. Toko milik Kun, orang yang hendak ia temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET PAIN
Fanfiction'Aku mohon. Aku sangat butuh bantuanmu.' 'Nikahi dia, perlakukan dia sesukamu. Setelah dia melahirkan penerus keluarga Jung, kau bebas mencampakkannya.' Bagi Jaehyun penghianatan seorang Kim Doyoung adalah yang paling menyakitkan. Dan Kim Doyoung pa...