23. Sweet Pain

10.3K 1.1K 251
                                    

HAPPY READING

Mata kecoklatan itu perlahan terbuka dan menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya. Jaehyun mengerjap beberapa kali mengumpulkan kesadaran. Ia menoleh pada sisi sebelahnya dan mendapati tempat itu sudah kosong. Ah- padahal semalam begitu hangat, kenapa cepat sekali berlalu?

Jaehyun memutuskan untuk keluar kamarnya, mungkin Doyoung sedang memasak di dapur. Harusnya dia menunggu Jaehyun bangun dan tetap di kamarnya. Lagipula ini hari minggu.

"Kau sudah bangun?"

Jaehyun baru akan menutup pintu kamarnya ketika suara Doyoung terdengar dari belakangnya. Ia mendapati pemuda itu sudah rapi dengan kaos panjang dan celana jeans.

"Kau akan ke luar?" tanya Jaehyun kemudian.

"Aku ingin menemui Jeno, kemudian belanja kebutuhan di supermarket. Apa boleh?"

"Jika kau ingin bertanya 'apa boleh' seharusnya sebelum kau bersiap. Kalau sudah begini terpaksa harus di bolehkan."

Doyoung tersenyum. "Terima kasih. Aku mungkin akan kembali sore hari. Dan aku juga sudah membuatkan sup untukmu."

Jaehyun mengikuti pergerakan Doyoung dari mulai memakai sepatu hingga ketika Doyoung akan membuka pintu. Jaehyun mengangkat tangannya hendak mengatakan sesuatu, namun tidak jadi karna Doyoung sudah lebih dahulu keluar.

"Hati-hati..." gumam lelaki Jung itu pelan.


----Sweet Pain----


Jeno tersenyum ketika semangkuk bibimbap tersedia di hadapannya. Meski tidak dimasak lansung oleh kakaknya, namun karna ini dia yang membawakan tetap akan jadi istimewa untuk Jeno.

"Makanlah..." yang lebih tua ikut duduk bersila di seberang meja juga dengan bibimbap dihadapannya.

Jeno mengangguk lalu mulai menyuap makanan ke mulutnya. "Hyung harusnya tidak menggunakan uang untuk hal seperti ini."

"Hyung menyisakannya uangnya karna ingin memakannya denganmu. Tidak apa-apa, tidak sering."

"Bagaimana dengan Jaehyun hyung? Apa dia masih terus menyakiti Doyoung hyung?"

Doyoung tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Jeno. "Dia sedikit baik akhir-akhir ini. Berhenti menghawatirkan hyung, Jeno. Fokus pada dirimu sendiri. Hyung baik-baik saja."

Jeno melihat Doyoung seolah menelisik. Ia tidak bisa percaya begitu saja, kakaknya itu ahli dalam berbohong dan menyembunyikan perasaan sedihnya.

Doyoung sadar akan hal yang dilakukan adiknya. "Hyung tidak berbohong, Jeno. Kau lihat hyung sehat dan tersenyum. Ini nyata, tidak menutupi apapun."

Doyoung mengusak rambut Jeno gemas. "Berhenti berpikir dan habiskan makananmu."

Jeno memang menuruti untuk kembali melanjutkan makannya, namun ia masih tampak gelisah. Beberapa kali ia menghentikan kunyahannya lalu melanjutkan.

"Ada masalah?" Doyoung yang merasa ada lain dari Jeno memutuskan untuk bertanya. Ia jarang bertemu Jeno, mungkin saja adiknya itu memiliki masalah.

SWEET PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang