33. Sweet Pain

11K 996 67
                                    


HAPPY READING

Langkah kaki Taeyong yang hendak menuju kamarnya terhenti ketika mendapati Seokwoo sedang mengemas barang kedalam sebuah koper. Ia mendekat bermaksud mencari tau.

"Kau akan pergi?" Tanyanya sembari memperhatikan Seokwoo yang sibuk dengan kegiatannya.

"Ya. Aku akan memebawa Doyoung pergi malam ini." Jawabnya sekaligus memasukkan pakaian terakhir lalu menarik zipper untuk menutupnya.

Taeyong diam. Ini tidak boleh terjadi. Doyoung pasti tidak menginginkan hal ini. "Kau sudah memberi tahunya?"

"Dia tidak perlu tau. Doyoung pasti berpikir juga untuk menolak setelah aku membantunya."

Taeyong mengangguk. "Ya. Kau benar."

Perhatian keduanya beralih pada suara bel dari pintu depan. Seokwoo yang melihat karna ia memang tidak mengizinkan Taeyong untuk bertemu orang luar.

Itu seorang yang memang dibayarnya untuk terus mengantar cek pembayaran hutang-hutang Doyoung pada Jaehyun. Dia juga akan melaporkan apa Jaehyun menerimanya atau tidak.

"Dia membuangnya lagi." Ujar pria itu pada Seokwoo. "Tapi dia menitipkan sesuatu. Sekretarisnya mengatakan untuk Kim Doyoung." Ia lalu mengeluarkan selembar kertas, berupa sebuah surat.

Seokwoo menerimanya. Dasar Jaehyun bodoh, apa dia benar berpikir jika Doyoung akan menerima surat darinya.

"Baiklah kau boleh pergi." Ujarnya kembali kedalam rumah. Matanya bergulir membaca isi surat dari Jaehyun. Seringaian mengejek terukir di wajahnya. "Picis sekali."

Seokwoo bedecak. Isinya hanya ungkapan jika Jaehyun merindukan Doyoung dan berharap jika Doyoung akan kembali padanya. Ya, jika yang membaca surat tersebut adalah orang yang dituju, jelas Doyoung akan tersentuh. Sayangnya Seokwoo tidak dalam situasi harus berbaik hati hingga ia akan memberikan lembaran kertas itu pada Doyoung.

"Apa itu?" Taeyong datang dari belakang Seokwoo.

"Kau baca sendiri." Seokwoo memberikan surat tersebut pada Taeyong.

Taeyong membacanya, dari sini dirinya dapat merasakan jika Jaehyun memang mengharapkan Doyoung dan calon anak mereka kembali padanya. Namun jika masih ada Seokwoo, semua akan terasa sulit.

Seokwoo mangambil kembali kertas tersebut dari tangan Taeyong lalu merobeknya hingga tidak mungkin lagi untuk disatukan. "Mereka tidak akan bersatu kembali."

---Sweet Pain---


Dilema. Mungkin itu satu kata yang pas untuk Ten saat ini. Dari pagi ia hanya bergelung dalam selimutnya, tidak berselera untuk melakukan apapun.

Setelah mengetahui faktanya dari Taeyong, Ten kehilangan segala keinginannya untuk bekerja sama lagi dengan Seokwoo. Ten mulai berpikir jika hidup tanpa dendam mungkin akan membuatnya tenang.

Semalam ia bermimpi masa lalu saat dirinya masih berteman baik dengan Doyoung. Dimana Doyoung ada disaat Ten di awal karirnya. Saat itu mereka masih bersekolah, Ten gugup sekali untuk mengikuti lomba modeling remaja pertama kali. Namun Doyoung mengatakan 'jika kau nanti terjatuh diatas panggung, aku akan naik kesana dan menolongmu'

SWEET PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang