HAPPY READING
•
•
•
•
•
Renjun dan Jeno memutuskan untuk duduk pada bangku di trotoar setelah cukup lama berkeliling mencari pekerjaan. Semenjak pulang sekolah hingga sekarang hampir jam 8 malam mereka sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. Jangankan untuk berdua, untuk satu orang saja tidak ada yang mau menerima mereka. Alasannya tidak jauh-jauh dari karna mereka masih anak sekolahan dan takut tidak bisa membagi waktu.
"Hahhh... Kemana lagi kita akan pergi, Jen? Rasanya kita sudah bertanya hampir disemua toko di kawasan ini." Renjun mengeluh menyenderkan tubuhnya pada bangku tersebut.
"Aku juga tidak tau. Jika terlalu jauh dari rumah, malah akan ada tambahkan ongkos. Ternyata mencari pekerjaan sesulit ini, ya." Jeno ikut menyenderkan tubuhnya. Ia terbayang kakaknya yang dulu berhari-hari mencari pekerjaan. Pasti dia sangat kesulitan.
"Ini semua lebih mudah bagiku karna aku terbiasa sejak awal. Tapi kau, bukankah hidupmu berubah tiba-tiba? Pasti sangat sulit, ya?" Renjun menatap Jeno iba.
Air wajah Jeno berubah sedih, namun sesaat kemudian ia tersenyum getir. "Tidak perlu membahasnya, bukan saatnya menyesali keadaan."
Renjun merasa bersalah. Ini adalah luka bagi Jeno, tidak seharusnya ia mengingatkan lagi. "Maafkan aku, Jeno." Renjun menghadap pada Jeno. "Tapi tak apa. Ada aku, kita akan jadi teman yang menguatkan satu sama lain. Menurutku kau hebat sekali bisa bertahan." Renjun menggenggam tangan Jeno, tersenyum menatap tepat di kedua matanya.
"Kalau tidak ada Doyoung-hyung, mungkin aku sudah menyerah. Karna dia aku punya alasan untuk bertahan, dia juga membawaku akhirnya bertemu denganmu..."
'Yang sekarang menjadi alasan lain untukku bertahan'
"...Huang Renjun si pekerja keras."
Renjun mencebik. "Padahal kita sudah satu sekolah sejak kelas 10."
Benar. Harusnya dulu Jeno tidak hanya bergaul dengan circle nya. Coba saja dari dulu ia mengenal Renjun.
'Drrrttt...drrttt'
"Eh, tunggu sebentar.." Renjun mengambil ponselnya yang bergetar di saku. "Nomor tidak di kenal.." ia menunjukkan layar ponselnya pada Jeno.
"Coba angkat saja. Hidupkan loudspeaker."
Renjun menurut untuk menerima panggilan tersebut. "Hallo?"
"Hallo... Apa benar ini dengan Huang Renjun?"
Renjun dan Jeno saling tatap, orang ini tau namanya. "Iya benar. Ini dengan siapa?"
"Ku dengar kau dan temanmu butuh pekerjaan paruh waktu. Kalau mau, kalian bisa bekerja ditempatku. Sebuah kedai kopi kecil. Kebetulan dua pekerjaku ibu rumah tangga yang pulang sore."
Mata kedua remaja itu sontak berbinar senang. "Benarkah? Kami mau. Bisa berikan alamatnya? Kami akan kesana malam ini."
"Nanti ku kirimkan. Oya, nanti kalau sudah tiba kalian bisa mengatakan pada pekerja lain jika kalian mencari Jeon Wonwoo."
"Baik. Terima kasih banyak. Sekali lagi terima kasih."
Setelah itu mereka mengakhiri telepon. Kedua melompat-lompat kegirangan dengan tangan bertautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET PAIN
Fiksi Penggemar'Aku mohon. Aku sangat butuh bantuanmu.' 'Nikahi dia, perlakukan dia sesukamu. Setelah dia melahirkan penerus keluarga Jung, kau bebas mencampakkannya.' Bagi Jaehyun penghianatan seorang Kim Doyoung adalah yang paling menyakitkan. Dan Kim Doyoung pa...