26

2.2K 244 12
                                    

Beberapa hari yang lalu ujian udah selesai, dan sekarang tinggal lihat hasil ujiannya di mading sekolah.

"Na, ayo cepetan. Udah gak sabar liat lo peringkat satu nih."

Hana narik tangan gue dari kelas ke luar buat liat peringkat ujian kemaren.

"Aduh Han, iya sabar dong."

"Yakin gak lo dapat juara satu?" tanya Hana.

"Gak tau, Han. Gue rasa nggak deh. Pasti Somi dari anak IPA itu yang juara satu." kata gue.

"Belum tentu, mana tau lo kan yang dapat."

Setibanya di tempat mading, disana rame banget anak kelas 12.

"Nyelip aja dah." kata Hana dan ninggalin gue di belakang.

Hana langsung masuk ke kerumunan itu. Dasar tu anak.

Gue jinjit liat siapa yang nomor satu. Tapi percuma, gak kelihatan njir. Resiko pendek nih, eh tapi gue gak pendek amat kok.

"Aduh gak keliatan."

"Makanya rajin olahraga biar tinggi."

Tiba-tiba ada yang ngucapin kalimat itu sambil megang puncak kepala gue.

"Loh?"

"Hai, calon pacar." kata cowok itu sambil tersenyum ke gue.

"Ih apa sih!"

"Kali ini lo peringkat berapa ya?" tanya Guanlin sambil liat mading.

"Gak tau. Lebih rendah mungkin."

"Ingat loh, perjanjian nya masih berlaku, Na. Gak mau dapat hadiah dari gue nih?"

"Ya gimana mau liat, orang pada berdesakan gini. Lo liat tuh si Hana, udah nyempil di depan aja." kata gue.

"Ayo sini." Guanlin megang tangan gue dan maju ke depan.

"Rame, Lin."

"Minggir, gue sama cewek gue mau liat." kata Guanlin dengan nada ketus.

Anehnya orang langsung minggir dan ngasih jalan ke kita. Gini nih enaknya jadi anak populer kayak Guanlin.

"Loh kok sama Guanlin?" tanya Hana.

"Dia tuh, datang tiba-tiba." kata gue.

"Tuh liat apa gue bilang, lo pasti dapat peringkat satu." kata Guanlin yang megang kepala gue.

Gue liat nama gue emang di peringkat satu, sedangkan di peringkat dua ada Somi anak IPA 3 dan peringkat tiga itu Jeno. Dan Guanlin?

"Lin! Lo peringkat 35. Lo masuk 50 besar."

"Biasanya gue peringkat dua terakhir terus deh." kata Guanlin.

"Kan apa gue bilang, kalo belajar pasti bisa." kata gue ke dia.

"Woi, gue kok di kacangin sih?!" kata Hana tiba-tiba.

"Eh maaf, Han. Lo peringkat berapa btw?" tanya gue.

"10, Na."

"Wah hebat ya lo. Tapi masih pinteran sepupu lo itu sih." kata Guanlin.

"Ya mana gue tau, Jeno mah udah dari dulu kayak gitu. Orang tuanya emang pintar ya jelas nurun ke anaknya lah." kata Hana.

"Pintar kagak harus berasal dari gen keluarga. Pembodohan itu namanya percaya gituan." kata Guanlin.

"Biarin. Ayo, Na balik ke kelas." ajak Hana.

"Ntar malam, ketemuan di taman dekat rumah lo jam 7. Mau ngasih hadiah nya ke lo." bisik Guanlin.

Gue cuman ngangguk.

B U L L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang