Eps.3 - Siap Bertemu Kembali

1.6K 343 470
                                    

Kesibukan orang-orang di terminal ketika pagi menyapa selalu terlihat setiap harinya. Para petugas Dishub bersiap dengan tugasnya, para tukang ojek pangkalan bersiap mencari penumpang, pintu-pintu toko berderit siap buka, dan tentunya lalu lalang kendaraan dengan manusia yang hendak menuju tempat masing-masing siap untuk memulai aktivitas.

Dari banyaknya lautan manusia tersebut, ada aku yang baru saja turun dari bus yang kutumpangi dari halte dekat rumahku. Setiap hari aku naik kendaraan umum ke sekolah, berbeda dengan Ravenza, adikku itu ke sekolah selalu memakai motor kesayangannya. Bukan apa-apa, Mama lebih mengkhawatirkan anak gadisnya ini jika berkendara pribadi ke sekolah. Mama belum mempercayaiku untuk mengendarai sepeda motor sendiri menuju sekolah. Hal itu terkadang membuatku sebal terhadapnya. Namun aku tak mau gegabah. Untuk sementara aku harus menuruti apa kata orangtua.

Setelah berjalan kurang lebih lima menit, aku sampai di halaman gedung sekolah yang sudah ramai. Seperti biasa, aku melangkah ringan sembari merapikan poniku. Bagaimanapun nanti aku akan bertemu dan berkenalan secara langsung dengan cowok tampan itu.

Langkahku memasuki koridor lantai satu menuju kelas terhenti sejenak. Segerombolan cowok-cowok satu kelasku sedang duduk bergurau di kursi yang tersedia di koridor. Aku mendengus berusaha tak memedulikan mereka.

"Hai Ayya!" Heksa berseru lantang, membuat langkahku kembali terhenti. Suaranya terdengar seperti menggodaku.

Apa-apaan itu? Satu, aku tidak suka digoda dengan cowok-cowok barbar seperti mereka. Dua, mana mungkin cewek biasa saja dalam kurung tidak cantik sepertiku digoda?

"Apa?!" sahutku, melirik judes ke arah Heksa.

"Coba dong munduran dikit!" kata Heksa lagi.

Aku mengernyit heran, menoleh ke belakang. Namun dengan refleksnya kakiku pelan-pelan melangkah mundur dengan perasaan was-was.

"Munduran dikit lagi!" Masih kata Heksa dengan raut muka serius. Tangannya bergerak memberi arahan agar aku mundur lagi.

"Kenapa?"

"Jerawatnya kelewatan!" seru Heksa diiringi gelak tawa yang segera menular ke teman-temannya.

"Kelewatan banyak," timpal Darwin tak mau kalah.

Astaga, semestinya aku tahu bahwa mereka akan mengerjaiku. Tanpa mereka mempertegas pun aku sudah sadar diri bahwa aku memang berjerawat.

Menarik napas dan mengembuskannya perlahan, aku segera mengambil langkah seribu menuju ke kelas. Sekilas aku melirik Arraja yang hanya menyeringai tipis di antara teman-temannya yang tertawa heboh macam sedang menonton film komedi yang lucunya level atas. Dalam hati aku bertanya-tanya, tidak biasanya Arraja seperti itu.

Teringat sesuatu, aku segera bergidik ngeri lantaran baru saja memikirkan musuh abadiku. Aku siap memasuki kelas ketika suara Heksa kembali terdengar beberapa meter di belakang.

"Hai Cherry!" ujar Heksa dengan nada yang sama persis saat menyapaku tadi.

Sontak saja aku menoleh ke belakang. Mendapati Cherry sedang berhenti melangkah.

"Coba dong munduran dikit!" perintah Heksa lagi.

Cherry menuruti perkataan Heksa, perlahan berjalan mundur dengan tampang polosnya.

"Cantiknya kelewatan!" Heksa mengulum senyum manis yang disahuti siulan-siulan dari teman-temannya.

Harusnya memang aku tak perlu mendengar semua ini. Rasa-rasanya aku ingin melepas sepatu dan menimpuknya ke pipi Heksa yang sangat chubby itu. Bisa-bisanya dia memuji cewek lain setelah sebelumnya dia melecehkan aku.

Ya, aku memang tahu bahwa Cherry adalah salah satu cewek cantik berwajah seperti barbie dengan rambut lembut yang panjang serta lurus terurai. Sejak kemunculannya di kelas 10 dulu, dia sudah menjadi incaran cowok-cowok satu sekolah dari berbagai tingkat kelas. Dari kakak kelas hingga teman seangkatan. Namun aku tak peduli dengan urusan asmara Cherry, yang jelas saat ini status cewek berotak penuh kuteks itu sedang sendiri. Alhasil masih banyak kesempatan para cowok mata buaya untuk berlomba-lomba agar bisa merebut hatinya.

Be My Miracle Love [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang