Eps.48 - Karma Pasti Berlaku

790 133 224
                                    

Hujan di tengah malam yang kembali turun dengan deras seharusnya menjadi teman baik dalam tidur nyenyak. Namun, hingga nyaris pukul tiga dini hari mataku masih terjaga, pikiran berkelana ke mana-mana. Memikirkan semua kejadian yang masih belum kupercaya. Orion yang ternyata jahat. Arraja yang ternyata menyukaiku sedari dulu.

Aku bisa terlelap karena mungkin tubuhku terasa letih, belum lagi lecet-lecet di punggungku yang terasa perih memaksaku untuk mengistirahatkan diri. Syukurlah, saat pagi menyingsing dengan suasana kelabu, aku tidak bangun kesiangan melampaui jam berangkat anak sekolah.

Mama dan Papa kurasa tidak perlu tahu apa yang sedang terjadi dengan anaknya ini. Biarkan saja mereka berpikir bahwa hidupku baik-baik saja untuk sekarang, karena memang aku berharap kedepannya diriku akan selalu baik-baik saja.

Selepas memasuki gedung sekolah, aku disambut Decha yang berlari dari ujung koridor. Sobatku itu langsung memelukku erat, mengusap-usap punggungku dengan lembut.

"Ay, gue udah tahu semua apa yang terjadi." Decha menatapku dengan sorot mata sedih.

"Iya, Cha, semua diluar dugaan. Gue nggak nyangka kalau ternyata Orion salah satu pelaku perampokan di Mini Market Papa lo."

"Tapi, lo nggak apa-apa, kan?" tanya Decha. "Lo terlihat pucat pagi ini."

Aku menggeleng seraya mengulas senyum samar. "Nggak apa-apa kok. Cuma... ada satu hal yang mengejutkan gue, Cha."

"Apa?"

"Ternyata Miko itu adalah Arraja."

"Triple O em ji... Miko adalah Arraja? Tunggu dulu. Seketika otak gue jadi nge-blank. Itu maksudnya gimana?" Jelas saja Decha tampak terkejut sekaligus bertanya-tanya mendengar pernyataan itu.

"Nanti kalau sempat gue ceritain deh," kataku, merangkul pundak Decha dan kami berjalan siap menuju ke ruang kelas. Rasanya belum ada energi yang cukup untuk menceritakan masalah pelik ini kepada Decha maupun Erin dan Vinny.

"Ehm... yang gue tahu sih kalau Arraja, Heksa sama Yudis kemarin malam ke rumah gue, ngobrol sama Papa, katanya sih lagi ngomongin soal pelaku perampokan. Gue sebenernya sangsi saat Papa bilang mereka mau meringkus para pelaku tersebut setelah melihat rekaman CCTV. Tapi dugaan gue salah, nyatanya tadi pagi Papa bilang para pelakunya udah ketangkep dan salah satunya adalah Orion."

Ironi segera menyusup ke dalam dadaku tatkala kembali mengingat kejahatan Orion itu.

"Tapi, Ay, untuk soal apa yang barusan lo bilang bener-bener bikin gue kepo. Kok bisa Miko itu Arraja."

"Gue juga shock berat mengetahui fakta itu, Cha."

"Decha, Ayya, gue turut prihatin ya atas apa yang menimpa kalian," kata salah seorang siswi yang berpapasan dengan kami.

"Iya, kita bener-bener nggak nyangka kalau pelaku perampoknya satu di antaranya adalah Orion. Yang sabar ya, Decha. Untuk Ayya... lo juga sabar ya sebagai pacarnya Orion," timpal cewek yang satunya lagi.

Aku dan Decha hanya mengangguk pelan, berbasa-basi terima kasih atas simpati mereka. Tentu saja mereka langsung tahu. Rupanya gosip mengenai Orion segera tersebar begitu cepat di semua telinga anak-anak satu sekolah. Aku tak bisa menampik karena memang sudah pasti ada yang memberitahu hal tersebut.

Kami melanjutkan langkah menuju kelas ketika tiba-tiba ponsel dari saku rok bergetar menandakan panggilan masuk. Aku meneguk ludah begitu membaca nama kontak yang tertera. Pak Arnold.

Berhenti melangkah, aku mengangkat telepon dari mantan guruku itu. "Hallo, Pak Arnold."

"Hallo, Ayya. Saya dengar dari Pak Raiz, katanya Orion masuk penjara? Apa itu benar?" tanya Pak Arnold langsung ke inti pembicaraan.

Be My Miracle Love [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang