Bagian 1

81.9K 4.7K 57
                                    

Rasanya hari ini adalah hari termalas yang aku rasakan sepanjang menjadi Mahasiswi. Bukan karena tugas menumpuk, bukan juga karena kegiatan organisasi, melainkan desakan dari dosen pembimbing tugas akhir. Hari ini, aku diharuskan untuk mendaftar seminar proposal.

Demi apapun, revisi bahkan masih belum selesai walaupun semalaman sudah begadang setelah kemarin proposalku masih menerima coretan dari Bu Mini tersayang.

Sejak jam delapan tadi aku sudah duduk didalam perpustakaan jurusan. Menikmati suasana hening bersama Mbak Fika, staf perpustakaan yang terlihat sibuk dengan komputer didepannya.

Tak lama setelah aku larut dengan kegiatanku, kedatangan Nela mengalihkan perhatianku dari layar laptop yang menyala. Nela terlihat segar hari ini, berbanding terbalik denganku yang merasakan tubuhku letih, lesu, lunglai dan pastinya membutuhkan tidur.

"Apa yang bisa gue bantu nih?" tanya Nela sambil mendudukkan badannya disebelahku. Kepalanya langsung memperhatikan deretan kalimat yang ditampilkan dilayar laptopku.

"Lo gak sibuk emangnya? Gak bimbingan?"

Nela menggelengkan kepala. "Minggu ini gue free dari bimbingan. Si Bapak lagi keluar kota. Lagian nih, kepala gue rasanya mau meledak gara-gara mikir terus kapan Si Bapak bisa punya waktu luang, benar-benar waktu luang agar bimbingan gue berjalan lancar. Jadi hari ini pikiran gue mau dikosongkan dulu dari tugas akhir gue."

"Sabar aja, Nel. Resiko bimbingan sama ketua jurusan memang begitu. Lagian lo cuma tinggal sidang aja. Gue yakin, minggu depan palingan lo sudah dikasih ACC* untuk daftar sidang."

"Aamiin aja deh. Jadi apa nih yang bisa gue bantu?"

Aku mengeluarkan beberapa kertas dari dalam map plastik. "Bantu gue isi formulir pendaftaran aja deh. Eh, lo bawa laptop gak? Sekalian bantu buatin lembar monitoring*."

Nela menerima kertas itu segera. "Ada gue bawa nih. Tenang aja, hari ini gue khusus untuk bantuin lo Vi."

Aku tersenyum senang. "Makasih Nela sayang. Makin sayang deh gue sama lo," ucapku dengan dramatis.

Nela berdecak. "Waktu gue lebih dulu merasakan kerepotan lo yang sekarang, lo juga bantu gue, Vi. Jadi gak usah berlebihan," ucapnya berapi-api. Aku melirik Mbak Fika yang memberi kode untuk memelankan suara.

"Iya deh iya. Volumenya turunin dikit, Mbak Fika tadi kasih kode," ucapku. Kepala Nela menoleh sekilas, sebelum mengangguk cepat.

Dengan kecepatan tangan mengetik, kemampuan otak berpikir cepat dan juga disertai dengan ocehan Nela mengenai ketampanan Hamdi, mantan gubernur BEM Fakultas yang kata Nela sering kedapatan menatapku dengan pandangan tertarik, entah benar atau tidak, akhirnya revisi proposalku selesai dikerjakan. Berkas yang aku butuhkan untuk mendaftar sudah selesai dikerjakan Nela.

Ketika aku sedang bimbingan saat jam istirahat siang, Nela menungguku sambil makan siang terlebih dulu. Sebab setelah ini aku masih membutuhkan bantuannya untuk mempersiapkan draft proposal yang harus dicetak sebanyak tiga rangkap. Belum pula jika masih ada perbaikan setelah bimbingan.

Benar saja! Ada beberapa typo yang terlihat jelas ketika Bu Mini memeriksa proposalku tadi. Seperti perintahnya, aku bergegas memperbaiki lagi dan menyelesaikan keperluan pendaftaran hingga berakhir semua berkas milikku sampai diruang Tata Usaha. Berkat bantuan Nela juga tentunya.

Aku dan Nela kini sedang duduk dikamar kosku. Sejak sore tadi sepulang dari kampus, kami belum beranjak keluar kamar karena kami memilih untuk membersihkan badan, dengan air hangat. Baru setelah melaksanakan ibadah sholat maghrib, kami keluar untuk membeli makan malam.

Selain tadi pagi, sarapan dengan lontong pical buatan Ibu warung didepan kos, tidak ada makanan ataupun minuman yang masuk keperutku, hingga malam ini. Ayam goreng cabai hijau yang menjadi pilihan kami karena aku tidak sempat memasak tadi.

"Ada panggilan nih dari ponsel lo," ucap Nela ketika keluar dari kamarku.

Aku yang sedang menyuci piring berseru, tidak menyadari Nela yang ternyata sudah berdiri tak jauh dariku. "Tolong bantu cek Nel, dari Revan lagi ya?"

"Bukan, Bapak lo."

Segera aku mematikan kran air yang mengalir. Membersihkan tangan dari sisa air yang melekat dengan sapu tangan agar bisa menerima panggilan yang aku yakini dari Ibu.

Ibuku itu tipe orang yang panikan dan pencemas. Panggilan telepon yang lama diangkat saja sudah bikin Ibu resah tak karuan. Apalagi sejak tadi siang aku sengaja tidak mengangkat panggilan Revan, mungkin saja Revan sudah memberitahu Ibu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Seharian ini kenapa gak bisa dihubungi?"

Nah kan?

"Dikejar deadline proposal Bu. Sejak pagi sibuk revisi, bimbingan sama daftar seminar. Sore tadi baru selesai urus semuanya, aku lupa telepon ulang Revan."

"Jadi kapan jadwal seminarnya?"

"Jadwalnya belum keluar Bu, kemungkinan sekitar dua minggu dari sekarang. Tapi mungkin bisa juga lebih cepat, tergantung jadwal dosennya," jawabku.

Mataku tanpa sengaja sedikit melirik Nela yang menggantikan tugasku untuk mencuci piring. Aku tersenyum senang.

"Besok pulang ya, Vi? Sabtu dirumah ada acara soalnya."

Aku terdiam, sedikit berpikir. "Tapi Vivi berangkat siang ya, Bu? Pagi mau ke kampus dulu rencananya. Memangnya ada acara apa Bu? Kok dadakan?."

"Ada lah pokoknya. Yang penting lusa kamu harus sudah ada dirumah."

Kepalaku mengangguk, "Iya Ibu, Vivi usahakan."

"Harus loh, Vi. Ibu gak mau tau pokoknya lusa kamu sudah dirumah. Wajib gak pakai diusahakan! Ibu tutup dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aku menoleh kearah Nela ketika sadar dia menatapku. "Kenapa? Disuruh pulang?" tanya Nela yang ku balas anggukan.

"Baru tiga hari yang lalu gue dari rumah, sekarang disuruh pulang lagi."

***

Sekedar info nih,
Untuk persyaratan kelulusan S1, biasanya kan menyelesaikan yang namanya Skripsi. Cuma dalam beberapa fakultas seperti teknik atau fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, ada yang menyebutnya dengan TA atau tugas akhir.

Jadi cerita ini dimulai dari Vivian yang mengerjakan Tugas Akhir. Jadi kalau dalam tugas akhir, penelitian dilakukan setelah menyelesaikan proposal penelitian.

Bisa di bilang urutannya: bimbingan untuk proposal - Seminar proposal - penelitian dan bimbingan - Seminar Hasil - bimbingan - Sidang sarjana - Wisuda.

Tahapan itu juga akan ada dalam alur cerita. Agar gak bikin kalian bingung, kenapa tulis proposal dulu baru penelitian? atau sebagainya.

* Acc mengacu pada bahasa Inggris, dia adalah kependekan accepted (diterima) dan bisa pula merupakan singkatan dari bahasa Latin accedere (yang juga berarti disetujui).

*Lembar monitoring, semacam lembar pemantauan selama bimbingan. Dimana isinya dapat berupa hari/tanggal bimbingan dan catatan selama bimbingan yang nantinya ditanda tangani oleh dosen pembimbing.

Semoga Suka 🤗


Salam Sayang 😘
~fansdeviyy,

P.S you can call me Dev 😉

Taken by Him [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang