Bagian 32

43.9K 3.1K 63
                                    

Setelah menunggu tiga hari lamanya, akhirnya Mas Raksa bisa membawa Mbak Selena kerumah kami.

Selain karena sayang padaku dan calon anak-anak kami, Mas Raksa mungkin juga tidak tahan karena setiap saat aku merengek kepadanya.

"Maaf ya Yan, Na. Kalian jadi jauh-jauh kesini," ucap Mas Raksa tak enak.

Mbak Selena datang bersama suaminya, Mas Adrian. Walaupun dengan tampang menyebalkan andalannya, Mbak Selena tidak terlihat keberatan sama sekali untuk datang.

"Gak papa, Sa. Mumpung kami juga memang lagi dirumah orang tua. Tiba-tiba pengen pulang kampung. Tadi aja habis dari makan mie ayam langganan kita saat kuliah dulu, yang didekat kampus itu loh. Ana sangat ingin kesana," ucap Mas Adrian disertai kekehan.

"Gue juga udah lama gak kesana. Terakhir kali sama Kiki, waktu belum nikah," komentar Mas Raksa.

Aku mengalihkan pandangan dari Mas Raksa untuk menatap Mbak Selena. Penampilannya jauh lebih sopan dari pada biasanya yang terbuka pada bagian sana sini. Tapi tetap saja, dia terlihat cantik seperti biasanya.

"Kamu benar gak sabar untuk makan spaghetti buatan saya ya?" tanya Mbak Selena ketika dia menyadari aku menatapnya lekat.

Kepalaku mengangguk cepat. "Saya gak puas cuma lihat iklan aja, Mbak. Kemaren udah dibuatin juga sih tapi cuma aku makan satu suap. Mbak gak keberatan kan bantu buatin spaghetti untuk saya?"

Mbak Selena menatapku sebentar. "Bayaran saya mahal loh? Dimana dapurnya?"

Perubahan yang luar biasa. Sudah bisa bercanda dia nya.

Aku melirik Mas Raksa. "Untuk bayaran itu urusan Mas Raksa, Mbak. Karena Mas Raksa yang minta Mbak datang kesini kan?" candaku yang dibalas tawa oleh Mas Adrian. Sementara suamiku hanya terkekeh.

Aku berdiri dengan bantuan Mas Raksa, padahal aku bisa melakukannya sendiri. Ketika Mas Raksa akan membantu untuk menuntunku jalan, aku menghentikannya. "Aku bisa sendiri Mas. Mas ngobrol disini aja sama Mas Adrian."

Pandanganku beralih kepada Mas Adrian yang tersenyum melihat kami berdua. "Saya tinggal kebelakang dulu ya, Mas. Istri Mas Adrian saya bawa dulu, gak akan lama kok."

Mas Adrian tertawa. "Iya silahkan, Vi."

Aku jalan bersisian dengan Mbak Selena. Walaupun langkah kakiku pelan, Mbak Selena menyesuaikan langkahnya.

"Ngidam kamu aneh sekali," ucap Mbak Selena saat dia sudah melihat-lihat bahan yang ada didapurku.

"Mungkin karena saya kangen Mbak Selena juga deh," godaku. Sayangnya Mbak Selena tak membalasnya.

Mbak Selena mulai memasak. Sementara aku menatapnya kagum sambil beberapa kali mengambil foto dan video saat dia sedang masak. Kesempatan kedua belum tentu datang seperti ini lagi kan?

"Rumah kalian sederhana. Padahal untuk Raksa rumah tiga kali lebih besar dari ini pasti dia mampu untuk membelinya," komentar Mbak Selena tiba-tiba. Pandangannya masih tertuju kepada masakannya.

"Benarkah? Padahal saya suka banget sama rumah ini."

Walaupun awal datang kesini, aku sempat berpikir rumah ini terlalu besar untuk ditempati berdua. Tapi terasa pas setelah menetap disini, apalagi nanti akan ada anak-anak kami.

Taken by Him [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang