Kepala Raksa terasa sedikit berangsur ringan, sebab satu masalahnya yang terkait dengan kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi proyek pembangunan hotel sudah terselesaikan dengan baik.
Tiga pekerja bangunan mengalami kecelakaan kerja sehingga harus menerima perawatan di rumah sakit. Proyek pembangunan sempat terhenti karena ada penyelidikan internal. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa kecelakaan terjadi akibat kelalaian dari ketiga pekerja yang bersangkutan.
Saat Raksa dan pihak hotel sempat mengunjungi ketiga pekerja, keluarga mereka menuntut pihak hotel bertanggung jawab atas insiden yang terjadi. Berhubung kecelakaan murni karena kelalaian sendiri, kejadian ini bisa diselesaikan cepat dengan jalur damai.
Raksa melirik ponselnya yang terletak diatas nakas. Sejak berangkat, Raksa sama sekali belum membuka pesan yang dikirim oleh istrinya. Termasuk juga tidak mengangkat panggilan yang berasal dari istrinya.
Katakan saja bahwa dia sedikit bersikap kekanak-kanakan karena rasa kecewanya.
Sekarang sudah lewat tengah malam. Tapi Raksa belum mengantuk sama sekali. Sebab didalam pikirannya saat ini adalah istrinya.
Ingatan dimana Raksa pamit disaat istrinya itu sedang menangis sering kali berulang-ulang didalam kepalanya.
Apakah dia terlalu kejam pada istrinya itu?
Bunyi ponsel mengalihkan perhatian Raksa sepenuhnya. Melihat nama Kiki dilayar ponselnya, membuat Raksa menghela nafas lelah. Tidak tau kah sahabat sekaligus sepupu iparnya itu bahwa saat ini tengah malam?
“Syukur deh masih bangun ternyata. Gue gak bisa tidur lagi habis dapat berita bahagia. Double selamat untuk lo, Sa. Btw, lo kapan balik?”
“Gue balik lusa, kenapa?”
Raksa mendengar jelas Kiki yang terkekeh.
“Jutek banget sih lo? Gue pikir setelah dapat kejutan dari istri lo, lo langsung pulang. Gue besok rencana mau ke rumah lo juga, bareng sama mertua lo sekalian deh.”
Kejutan? “Kejutan apa?” tanya Raksa heran.
“Jangan karena lo kesal sama Vivian, lo gak baca pesan dan postingannya di media sosial. Dasar! Baca sana! Kalau lo kalut, besok kabari gue. Gue butuh hiburan.”
Setelah Kiki memutuskan panggilan secara sepihak, Raksa dengan cepat membuka pesan yang ternyata sudah banyak sekali dikirimkan oleh istrinya.
Dan jantung Raksa berdetak sangat kencang ketika membaca pesan terbaru yang lebih kurang satu jam yang lalu dikirimkan istrinya.
Raksa, kau benar-benar bodoh!
“Tolong persiapkan perjalanan pulang untuk saya sekarang juga!” perintah Raksa kepada seseorang yang dihubunginya.
Kali ini saja, Raksa memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, walaupun tengah malam seperti ini.
Raksa sampai di rumahnya pukul tujuh pagi lewat sepuluh menit. Tanpa menunggu mobil hotel yang menjemputnya dari bandara tadi pergi, dengan cepat Raksa membuka pagar rumahnya.
Dengan kunci yang juga ada padanya, Raksa membuka pintu rumah dengan mudah.
“Assalamualaikum, sayang?”
Raksa melemparkan tas nya keatas sofa ruang tamu. Biasanya di jam ini, istrinya sedang dimeja makan atau mungkin di dapur, karena itu Raksa langsung bergegas kesana.
Tapi ketika Raksa tidak menemui istrinya disana, Raksa langsung berlarian menuju kamar mereka.
“Sayang?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Taken by Him [Tamat]
RomansaTaken by Him merupakan cerita lengkap dari 'Taken by Him (Oneshoot)' Ketika sampai dirumah, Vivian dikejutkan dengan berita pernikahannya yang akan digelar seminggu dari kepulangannya itu. Jika bisa menunda, mungkin Vivian lebih memilih menundanya d...