Sebenarnya pil kontrasepsi itu pernah aku buka di beberapa kali malam. Tapi tidak sekali pun pil itu masuk kedalam mulut dan perutku. Karena selalu akan berujung ke tempat sampah dan juga aku larutkan ke westafel.
Ketika akan meminumnya, hatiku selalu seperti mengingatkan bahwa aku tidak boleh melakukannya. Meminum itu benar-benar hal yang salah karena aku tidak pernah membicarakan ini terlebih dulu dengan Mas Raksa.
Setelah ujung-ujungnya satu pil yang aku ambil dan kemudian tidak diminum sama sekali, dengan sengaja semua pil yang sudah aku beli itu pun, akhirnya aku buang kedalam tempat sampah.
Membuat perasaanku menjadi tenang dan lega seketika. Aku pikir, aku tidak perlu memberi tau Mas Raksa dengan yang aku lakukan ini, karena semuanya sudah aku buang juga pada akhirnya.
Sayangnya aku melupakan satu strip yang masih ada pil nya, yang sempat aku sembunyikan di laci meja rias. Hingga itu yang membuat Mas Raksa salah paham terhadapku.
Seandainya dari awal aku mengatakannya, Mas Raksa pasti tidak akan kecewa dan begitu marah seperti ini kepadaku.
Tindakan Mas Raksa setelah kami bercinta adalah hal yang paling mampu menghentikan pikiranku ketika memiliki niat untuk meminum pil itu keesokan harinya.
Setelah kami bercinta, Mas Raksa akan menciumi perutku dengan lembut. Tak lupa mengusap-ngusapnya. "Cepat hadir didalam sini. Ayah sudah tidak sabar menunggu kehadiran kamu," ucap Mas Raksa lirih.
Meskipun tidak pernah mengatakannya secara langsung, Mas Raksa memang terlihat begitu mengharapkan kehadiran seorang anak segera didalam keluarga kecil kami. Jadi tidak heran, Mas Raksa sering melakukan hal itu.
Walaupun sering kali mendengar kalimat itu dari bibir Mas Raksa, tetap saja tidak menghentikan aku untuk selalu merasa terharu setiap kali Mas Raksa melakukannya. Aku bahkan tanpa sadar juga memiliki harapan yang sama dengan Mas Raksa dan mengamini setiap perkataannya.
Jadi, rasanya wajar saja Mas Raksa marah dan kecewa ketika menemukan pil kontrasepsi itu. Bahkan mungkin setelah melihat beberapa buah pil yang sudah berkurang, pasti Mas Raksa berpikir bahwa aku benar-benar meminumnya.
Apalagi aku tidak pernah menyinggung ataupun membicarakan tentang kontrasepsi dengan Mas Raksa terlebih dulu.
Mas Raksa tidak bisa aku hubungi. Kadang ponselnya tersambung tapi tidak diangkat sama sekali. Terkadang memang ponsel Mas Raksa yang tidak aktif. Pesanku yang sudah banyak aku kirimkan itu, juga tidak satu pun yang sudah dibaca oleh Mas Raksa.
Aku sempat menghubungi Mbak Ira, seolah-olah ingin bertanya apa Mas Raksa sudah sampai disana atau belum. Nyatanya Mas Raksa sama sekali tidak ada disana. Jadi kemungkinan Mas Raksa berangkat untuk melihat pembangunan cabang hotelnya.
Sayangnya, disana pun tidak ada yang bisa aku hubungi. Bahkan sekretaris Mas Raksa pun hanya menjawab, Mas Raksa sedang keluar kota untuk beberapa hari.
Salah tidak jika saat ini aku menganggap Mas Raksa sedikit kekanak-kanakan?
Hari sudah hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Hanya beberapa menit lagi sebelum hari berganti. Sayangnya mataku belum mau tertutup, sama seperti kemaren malam.
Jika kemaren aku bisa langsung tidur setelah mengenakan kemeja Mas Raksa, berbeda untuk malam ini. Walaupun sejak selesai mandi tadi aku sudah mengenakan kemeja Mas Raksa, tetap saja kali ini tidak mempan.
Padahal sejak selesai melaksanakan sholat isya, aku sudah berbaring diatas tempat tidur. Entah berapa kali aku berganti posisi tidur, tetap saja aku belum bisa tidur.
Biasanya sifat manja ku akan timbul jika aku sedang ada masalah seperti ini. Tapi kepada siapa aku akan bercerita? Ini masalah rumah tanggaku, dan hanya Mas Raksa dan aku yang harus menyelesaikannya.
Tapi Mas Raksa malah pergi begitu saja. Membuatku tidak tenang menunggu kepulangannya untuk mendengarkan penjelasanku.
Sikap Mas Raksa memang sedikit keterlaluan. Aku tau suamiku itu marah dan kecewa. Tapi tetap saja bukankah harusnya Mas Raksa mendengarkan penjelasanku terlebih dulu sebelum dia berangkat keluar kota?
Walaupun Mas Raksa suami sempurna menurutku, tetap saja Mas Raksa itu seorang manusia. Yang memiliki sifat menyebalkan seperti sekarang ini.
Jika memang Mas Raksa merajuk seperti ketika saat cemburu dulu, aku rela jika Mas Raksa menginginkan hukuman yang sama. Tapi nyatanya ini lebih dari sekedar merajuk.
Seharusnya malam ini aku memberikan kejutan dan hadiah ulang tahun untuk Mas Raksa. Memberi tau Mas Raksa bahwa dia akan menjadi seorang Ayah.
Nyatanya rencana kejutanku untuk Mas Raksa tidak bisa dijalankan.
Aku mengambil cetakan hasil USG. Meletakkannya keatas tempat tidur, bersebelahan dengan testpack yang menunjukkan hasil positif. Mengatur sedemikian rupa agar terlihat cantik ketika aku foto.
Karena Mas Raksa belum bisa aku hubungi, aku hanya bisa mengucapkan selamat ulang tahun untuknya melalui pesan dan juga postinganku di media sosial, dengan foto yang aku ambil dan caption dibawahnya.
VivianPutri. Happy birthday Mas ku sayang, SamudeRaksa. Suamiku yang aku cintai dan juga calon Ayah anak-anakku. Semoga sehat selalu dan bahagia denganku, Mas. Aku tidak tau hadiah apa yang paling membahagiakan untukku berikan diulang tahun kamu selain ini. Selamat Mas, usianya 5 minggu. Jangan marah padaku karena baru memberi tau sekarang dan juga sudah membuat kamu kesal padaku, Mas. Gak sabar menunggu kamu pulang kerja untuk mendengar penjelasanku. We love you, Ayah.
Dibandingkan panggilan Papa ataupun Bapak dan panggilan lainnya, Mas Raksa ingin jika anaknya nanti memanggilnya dengan panggilan Ayah. Dan berarti panggilan Bunda untukku. Karena itu, pada kalimat akhir aku memanggil Mas Raksa dengan sebutan Ayah.
Walaupun tengah malam, lumayan banyak yang menyukai postinganku. Beberapa juga mengucapkan selamat untukku dan Mas Raksa. Aku hanya fokus untuk membaca komentar yang berasal dari mereka yang dekat denganku, tak lupa tadi mereka aku tandai.
NelaNela. HBD SamudeRaksa. Wah VivianPutri, gila lo baru ngabarin sekarang. Selamat saudara perempuan gue 😘 Maaf ya Vi, gue belum bisa kesana dalam waktu dekat,, jadi gue doakan semoga sehat selalu untuk lo dan calon dedek bayi 🙏
Aku membalas komentar Nela dengan ucapan terima kasih. Nela baru beberapa hari ini menjadi karyawan baru di perusahaan keluarganya, jadi aku tau bagaimana sibuknya ketika menjadi karyawan baru yang berada dalam pengawasan ketat.
Nela sempat bertanya kepadaku sebelum hari wisuda, apa aku ingin bergabung dengannya di perusahaan keluarganya. Tapi, setelah membicarakannya dengan Mas Raksa, walaupun tidak secara langsung melarangku bekerja, aku tau Mas Raksa menginginkan aku fokus sepenuhnya untuk keluarga kecil kami.
Terbukti, ketika aku bilang aku tidak akan bekerja dan fokus menjadi Ibu rumah tangga seutuhnya, Mas Raksa langsung menghadiahiku pelukan hangat dan ciuman mesra.
Kiki07. Gak nyesal gue bangun gara-gara bunyi notif. Selamat ulang tahun bro SamudeRaksa. Sekarang gak cuma adek gue yang lo jaga, calon ponakan gue juga. Abang gak nyangka sebentar lagi kamu, VivianPutri bakal jadi seorang ibu. Sehat selalu adek Abang, kalau ngidam kangen Abang, tinggal bilang, oke 👌
RevanPutra2. HBD Abang ipar SamudeRaksa. Aku kaget sekaligus bahagia waktu lihat postingan Kakak, VivianPutri sampai ketok kamar Bapak dan Ibu cuma untuk kasih tau kabar bahagia ini. Besok kami kesana. Kata Ibu tidur lagi, Kak. Gak baik begadang untuk Ibu hamil.
Aku membalas komentar dari Bang Kiki dan Revan yang membuatku tertawa bahagia. Bapak dan Ibu sudah mengetahui berita ini. Mama dan Papa akan aku beri tau besok pagi saja.
Sambil membaca komentar lainnya dengan tangan mengusap perutku, aku merasa ada yang kurang. Dan itu karena belum ada tanggapan dari Mas Raksa. Mungkin saja Mas Raksa sudah tidur dan tidak sempat untuk melihat ponselnya.
Bahkan sampai mataku mulai terpejam, masih belum ada tanda-tanda dari Mas Raksa.
Sedih? Tentu saja!***
Stay safe and healthy semuaa 😍
Semoga Suka 🤗Salam Sayang 😘
~fansdeviyy,
P.S you can call me Dev 😉

KAMU SEDANG MEMBACA
Taken by Him [Tamat]
RomanceTaken by Him merupakan cerita lengkap dari 'Taken by Him (Oneshoot)' Ketika sampai dirumah, Vivian dikejutkan dengan berita pernikahannya yang akan digelar seminggu dari kepulangannya itu. Jika bisa menunda, mungkin Vivian lebih memilih menundanya d...