Epilog

75.7K 3.3K 171
                                    

"Kenapa harus dilepas kulitnya, Bunda?"

Vivian menundukkan kepala untuk melihat anak ketiganya. Amira Carissa Baskoro, begitu nama putri kecilnya yang diberikan oleh Raksa sejak setelah lahir kedunia. Rissa saat ini sudah berumur tiga tahun.

Tadi, ketika Vivian akan pergi belanja, Rissa meminta ikut. Setelah sarapan terlebih dulu, Vivian dan Rissa pergi ke pasar diantarkan supir. Vivian sendiri hingga sekarang belum pandai membawa mobil karena belum pernah belajar.

"Itu bulu namanya, sayang. Bulu ayam gak enak kalau dimakan, karena itu harus dibuang dulu dari dagingnya."

Vivian melihat raut penasaran Rissa yang tengah memandangi ayam yang sudah dikuliti, kini dipotong-potong oleh Bapak penjual ayam. Rasa ingin tau putrinya itu sangat tinggi, persis seperti Zara dulu saat seusia Rissa.

Tadi saja ketika mereka membeli ikan, Rissa menanyai kenapa ikannya ada yang bergerak dan ada yang tidak. Kenapa bentuk ikannya berbeda-beda. Dan Vivian harus mampu menjawab pertanyaan kritis anaknya itu.

"Bunda, kenapa sekarang di potong-potong?" tanya Rissa bergedik ngeri. "Pasti rasanya sakit."

Bapak penjual ayam itu tersenyum geli mendengar ucapan Rissa. Vivian membalas senyuman itu singkat.

"Gak sakit, kan ayamnya sudah mati. Kalau gak dipotong, nanti Bunda masak ayamnya susah." Untung saja Rissa tidak bertanya apa itu mati. Sebab Vivian pasti akan bingung untuk menjelaskannya.

Vivian beralih menerima ayam yang sudah dimasukkan kedalam plastik dan memberikan uang pas kepada Bapak penjual Ayam. "Makasih ya Pak."

"Sama-sama, Bu."

Vivian menggandeng tangan Rissa menuju kearah luar pasar. Sengaja Vivian belanja tidak banyak karena Vivian harus menggandeng Rissa juga. "Rissa nanti mau ayam goreng, Bunda."

"Iya, nanti Bunda buatkan untuk kamu. Ayo kita pulang."

Perjalanan pulang tak membutuhkan waktu yang lama sehingga mereka saat ini sudah sampai dirumah. Vivian dan keluarganya itu memang sudah tinggal dirumah baru yang lebih besar dibandingkan rumah lama sejak umur Rissa menginjak satu tahun.

Sebab jika memang Allah menghendaki mereka memiliki lima orang anak seperti yang diinginkan Raksa, setidaknya minimal rumah yang mereka tempati memiliki tujuh kamar, satu diantaranya akan menjadi kamar tamu. Itu bahkan belum termasuk ruang kerja Raksa.

Rissa yang hendak masuk kerumah dihentikan Vivian. "Cuci tangan sama cuci kaki dulu, sayang," ucap Vivian.

"Maaf, Rissa lupa Bunda."

"Gak papa, sayang. Jadi cuci dulu sini."

Didekat samping rumah, memang sudah disediakan tempat khusus untuk mencuci kaki dan tangan. Ini sengaja Vivian minta kepada suaminya sejak Adar dan Zara sudah mulai senang bermain diluar rumah.

Vivian meletakkan belanjaannya diatas meja makan. Buk Minah, asisten rumah tangga baru pengganti Buk Lastri yang sudah tidak kuat lagi bekerja, datang menghampiri.

"Ini tolong dirapikan ya Buk. Sekalian ikan sama ayamnya dibersihin juga. Ayamnya tolong digiling ya Buk, gak usah banyak. Nanti saya aja yang masak, anak-anak juga mau dibuatkan nugget."

Taken by Him [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang