57. Why me?

1.1K 114 3
                                    

Tanpa perlu memencet bel atau mengetuk pintu, Seokjin langsung saja masuk kerumah wanita itu, wanita yang tumbuh bersamanya selama ini. Sebenarnya Seokjin tak pernah menganggapnya sebagai wanita, karena Reya adalah sahabat yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

"Omo! N-nugu?" Teriak Reya saat Seokjin masuk begitu saja dengan jaket hitam dan masker yang membuatnya terlihat seperti penjahat.

Seokjin memegang dadanya "Kamjagiya"

"Kau? Yak! Kau mengagetkan ku!"

"Aku juga kaget"

"Dasar bodoh!"

"Mana sup nya?" Tanya Seokjin

Reya menatap sinis Seokjin. "Tidak tau malu, datang datang langsung cari makanan!"

"kan aku kesini karena makanan"

"Araseo, tunggu disini, akan kubawakan supnya"

Reya masuk kedapur untuk mengambil hidangan yang sebelumnya ia janjikan, dan Seokjin memilih untuk duduk sambil melepas masker dan jaketnya.

Ia memperhatikan rumah Reya yang tak pernah berubah sejak dulu, ia sudah jarang kesini sejak kepopuleran bangtan meningkat. Rasanya Seokjin merindukan rumah ini.

Rumah dimana ia selalu menceritakan tentang seseorang yang selalu membuatnya penasaran sejak lama. Seseorang yang--,,

"Tadaaa, ini untukmu dan ini untukku" ucap Reya sambil meletakkan mangkuk berisikan sup kacang kedelai diatas meja.

"Woaah, aromanya lezat sekali"

"Tentu saja, kan Reya yang memasak"

"Jung Ri Hya memang hebat" puji Seokjin sambil mengacak rambut Reya.

Seokjin segera mencicipi masakan Reya, tak perlu ditanyakan soal rasa karena Reya sangat jago dibidang itu, ingatkan kisah lama mereka dimana Reya sering membuatkan Seokjin bekal untuk dimakan bersama di Agensi.

"Seokjin-ah" tegur Reya pelan

"Apa kau punya masalah?"

"Eoh? Wae?"

"Ani, Yoongi menelponku kemarin, dia menanyakan padaku apakah terjadi sesuatu padamu, dia bilang belakangan ini kau sangat murung"

Seokjin menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Kemudian mengangkat kepalanya untuk menatap mata Reya. "Jadi kau juga mencemaskanku seperti mereka?"

Reya sedikit tercekat. "T-tentu saja"

"Gomawoyeo"

"N-ne, tapi sebenarnya ada apa?" Tanya Reya

Kring kring

"Sebentar ya" ucap Seokjin.

"... nee eomma,waeyo?"

.......

"Nanti saja ya, waktunya kurang tepat" ucap Seokjin tampak gusar.

.......

"Nara sedang sakit, jadi tidak bisa"

........

"Hanya demam biasa, eomma jangan khawatir aku akan mengurusnya, sudah dulu ya aku sedang dirumah Reya, Annyeong" Seokjin menutup panggilan teleponnya kemudian menaruh ponselnya disamping mangkuk sup.

Setelah menyuapkan sesendok sup kedalam mulutnya, Seokjin pun berdiri. "aku ke kebelakang dulu" ucapnya pada Reya.

Reya pun mengangguk sambil tersenyum samar, Reya melanjutkan makannya sambil tertawa remeh. "Dia tidak sedang dalam masalah Jung Ri Hya, dia hanya murung karena pacarnya sakit" Reya membanting sendoknya kemangkuk. "Aaaisshh, untuk apa aku membuatkannya makanan? Dia tidak perlu dihibur"

Mata Reya menatap nanar ponsel Seokjin yang ada dihadapannya. Tangannya bergerak meraih ponsel itu dan membuka layarnya dengan password yang benar-Reya hafal password ponsel Seokjin.

Terkesan lancang, tapi ketahuilah bahwa Seokjin memang sangat terbuka dengan sahabat kecilnya itu, Dulu.

****

Setelah selesai dari Toilet, Seokjin dibuat penasaran dengan sebuah buku yang terletak disamping kompor, tangannya bergerak meraih buku tebal berwarna pink itu kemudian membukanya. Dihalaman depan tertulis dengan rapi tulisan tangan Reya.

"Reya menulis diary? Yang benar saja" Seokjin bergumam. Reya yang ia kenal adalah gadis yang kasar dan jauh dari perempuan, jadi ketika menemukan Reya menulis diary, Seokjin sedikit tak percaya.

"Seokjin-ah, kau masih lama?" Teriak Reya dari luar.

"Sabar" teriak Seokjin. Karena rasa penasarannya, Seokjin kembali masuk ke toilet untuk membaca semua isi buku itu, tak peduli Reya akan marah nantinya.

Halaman pertama berisikan nama Reya dan judul buku , halaman kedua berisi data diri dan selanjutnya berisi tentang daftar kesukaan. Yang membuat Seokjin sedikit heran adalah kenapa didalam buku itu tertulis segala tentangnya. Seokjin suka ini, Seokjin suka itu, Seokjin begini, Seokjin begitu, daftar masakan yang Seokjin suka dan bagaimana cara memasaknya ada didalam sana.

"Buku ini tentang ku?" Ucap Seokjin bermonolog.

Tak hanya itu, yang lebih membuat Seokjin heran sekaligus tercekat adalah dihalaman belakang, Tertulis kata "I Love You Kim Seokjin" lengkap dengan foto mereka berdua disana.

Seokjin tidak bodoh untuk mengartikan kalimat itu, ia paham dan mengerti, yang ia bingungkan adalah "kenapa bisa?". Seokjin terus membuka setiap halaman buku itu sampai menemukan lembar terakhir disana. Tertulis "Segala hal yang Seokjin sukai, namun tidak ada namaku didalamnya"

Dari buku itu Seokjin bisa mengambil kesimpulan bahwa selama ini Reya menyukainya, namun gadis itu selalu menyembunyikannya karena status mereka adalah sahabat, entah sejak kapan Reya mulai menyukainya yang jelas Seokjin akan bersikap seperti biasa seolah tak mengetahui apa apa.

****

Keluarga Shin duduk diruang makan, duduk berempat saling berhedapan dan menikmati sarapan yang dibuat Nara, semua seolah kembali seperti semula, Chanhyung mengelus kepala nara dengan lembut. “adikku memang hebat”, lalu dibalas oleh pujian dari tuan Shin. “tentu saja, dia putriku”

Mereka menghabiskan waktu dipagi hari tanpa ada kesedihan, semuanya kembali seperti semula, Nara sudah bisa menerima apa yang terjadi padanya dan mencoba untuk melupakan semuanya.

“chanhyung-ah, hari ini kau bisa pulang lebih awal?” tanya nyonya Shin

“waeyeo eomma?”

“eomma rasa kita perlu merayakan hal ini dengan makan diluar nanti malam”

“baiklah, aku akan pulang awal malam ini” ucap Chanhyung kemudian tersenyum.

Nyonya Shin menoleh kearah nara dan menatapnya lekat. “Nara, sebelum jam 8 eomma akan sms kan alamatnya, kau langsung saja kesana, eomma akan menutup toko lebih awal”

Nara mengangguk antusias.

Setelah selesai, nyonya dan tuan Shin langsung berangkat untuk membuka toko mereka, mereka bersama Chanhyung menggunakan mobil, toko kue keluarga Shin terletak didepan komplek mereka jadi jika Chanhyung berangkat pagi mereka akan pergi bersama, jika tidak, jalan kaki pun sampai.

Tinggallah Nara sendirian dirumah, lama kelamaan ia mulai bosan, Nara duduk disofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya, ia membuka berbagai hasil rancangan yang pernah ia buat, dan seketika tertarik untuk merancang lagi, Nara berlari menuju kamarnya, mengambil buku gambar lengkap dengan alat tulis lainnya, Nara kembali menggambar setelah sekian lama, untuk mengisi kekosongan waktunya.

Bunyi bel dari luar membuat Nara menghentikan kegiatannya. Nara segera berdiri dan membuka pintu. Saat membuka pintu, seketika Nara membulatkan matanya dengan mulut sedikit menganga-kaget.

“ahjumma?”

Tamu yang datang menatap melihat Nara dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya, terlihat sangat gembira, sedangkan Nara masih dalam posisi terkejutnya.

“hei, sudah cukup memanggilku ahjumma, kau harus memanggilku eommonim mulai sekarang” ucap wanita paruh baya itu, Nyonya Kim, ibunya Seokjin.

The Sky ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang