58. Plan?

1.1K 108 8
                                    

Nyonya Kim duduk disofa ruang tamu rumah Nara sambil melihat sekeliling, ia sudah pernah kesini sebelumnya jadi tak banyak yang membuatnya terkejut, sambil menunggu Nara yang sedang didapur, Nyonya Kim menemukan beberapa kertas diatas meja yang tepat berada dihadapannya. Diambilnya beberapa kertas itu sambil bertanya tanya. "Siapa yang menggambar ini?" Wanita paruh baya yang cantik itu kembali meletakkannya diatas meja, berusaha menahan diri untuk tak kepo terlalu jauh.

Nara meletakkan teh hangat diatas meja saat kembali dari dapur dan mempersilahkan Nyonya Kim untuk meminumnya. Nara masih heran, apa yang membuat wanita ini datang kerumahnya pagi pagi? Mungkinkah karena merindukan teh buatannya? Rasanya tidak.

"Aku akan mengambil beberapa camilan" ucap Nara kemudian berdiri dari posisinya yang berjongkok untuk meletakkan teh tadi diatas meja.

"Tunggu" Nyonya Kim meraih pergelangan tangan Nara dan menahannya.

"Nee?"

"Duduklah disini"

Nara menganggukkan kepalanya dan berjalan mengitari meja untuk duduk disebelah nyonya Kim.

Nyonya Kim membelai rambut panjang Nara dengan lembut dan tak henti hentinya tersenyum, memperlakukan gadis itu dengan sangat baik agar ia merasa nyaman, namun alih alih merasa nyaman, Nara malah gugup sendiri, ia berusaha keras berpikir tentang apa yang harus dilakukan jika sudah begini, Sikap macam apa yang harus dia tunjukkan? Karena tak kunjung menemukan jawaban berakhirlah Nara yang membalas perlakuan lembut nyonya Kim dengan senyuman canggung.

"Kau sudah minum obat?" Tanya Nyonya Kim

"Eoh? Obat?"

"Kau pasti belum meminumnya ya? Aigoo, kau ini, bagaimana kau akan sembuh jika tidak teratur minum obat" ucap Nyonya Kim terdengar khawatir.

Nyonya Kim meraba kening Nara, memeriksa keningnya untuk memastikan suhu tubuh gadis itu. "Hmm Suhumu normal, sepertinya kau sudah sembuh"

".....Aku rasa karena tubuhmu sehat, penyakit pun tidak bisa bertahan lama ahahaha"

Nara tertawa canggung. "N-nee"

Nyonya Kim melirik kearah meja, tepatnya kearah dimana Kertas kertas itu berserakan. "Itu kau yang menggambarnya?" Tanya Nyonya Kim

Nara segera merapikannya. "Ah iya"

"Boleh aku lihat?"

"B-boleh" ucap Nara ragu. Sebenarnya ia malu jika gambarnya dilihat oleh nyonya Kim, ia merasa tidak percaya diri.

"Kelihatannya kau ingin jadi desaigner ya?"

Nara mengangguk pelan. "Nee eommonim"

"Eomma" gema suara Seokjin yang tiba tiba datang dan membuka pintu semau hati.

"Aigo kamjagiya" Kejut Nyonya Kim memegang dadanya. "Yak! Dimana sopan santunmu hah?!"

Seokjin segera menghampiri Nara. "Maafkan aku, apa kau terkejut?" Ucapnya pada gadis itu.

"Bagaikan debu yang disapu, aku bahkan lebih buruk dari itu" sindir Nyonya Kim yang tak dihiraukan , padahal jelas dia yang berteriak, tapi Nara yang dikhawatirkan. Dasar Seokjin.

"Eomma, apa yang eomma lakukan disini?"

"Menjenguk calon menantu, kenapa? Tidak boleh? Kau bilang dia sakit, tentu aku harus menjenguknya" ucap Nyonya Kim.

1

2

3

"Omo" nyonya Kim menutup mulutnya, "Seokjin-ah mianhae" ucapnya menyesal.

The Sky ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang