68. Suicide

1.1K 104 1
                                    

Masih dihari yang sama, kali ini beralih ke Nara, Ponselnya tiba tiba berdering, membuatnya segera mencari sumber suara itu, tepat didekat meja tv ruang tengah ia meletakkan ponselnya. Nara mengkerutkan dahinya, ragu untuk menjawab panggilan masuk yang masih berdering itu, nomor tidak dikenal, Nara adalah orang yang malas menjawab panggilan dari nomor nomor seperti itu.

Ia memilih untuk merejectnya dan meletakkan kembali ditempat semula. Namun sipenelpon kembali menelpon, membuat Nara penasaran dan memilih untuk mengangkatnya.

Nara itu mudah goyah, pendiriannya masih belum stabil, masih mudah dipengaruhi meskipun umurya sudah 23 tahun sekarang, soal cita cita saja ia bimbang, dan didalam kehidupan asmara lihat sendiri kan, bagaimana dia?

Tapi Nara punya satu prinsip, prinsip yang teguh dan stabil, pendirian yang mantab dan pondasi yang kuat untuk prinsip itu tetap melekat pada dirinya, ingatkah dulu? Sudah lama sekali saat Nara baru pulang dari Big,entertainment dihari pertamanya bekerja? Nara mereject panggilan dari nomor yang tak dikenal sampai dua kali, ia berpikir jika seseorang dalam keadaan darurat sampai mengharuskannya memakai nomor lain untuk menelponnya, orang itu pasti tau bahwa ia harus mengirim pesan teks untuk mengatakan siapa dirinya, setelah itu barulah Nara mau menelpon balik atau menjawab panggilan yang masuk berikutnya.

Dan ini yang terjadi sekarang, nomor tak dikenal itu meminta agar panggilannya dijawab dengan mengirimkan pesan teks.

Nara tolong angkat dulu

Dan tak menunggu orang itu menelponnya, Nara sendiri yang menelponnya balik.

“yeobse--,”

Nara menghentikan ucapannya saat ponsel itu terangkat, isakan tangis dari nomor yang ditelponnya membuatnya diam sejenak, terus mendengarkan dalam posisi lidah yang kelu, Nara menelan ludahnya, ia mengeratkan telponnya dalam genggaman tangannya dan berkata.

“Y-Yerin?”

“kau bahkan masih mengenali suaraku”

Nara panik dan bingung, Yerin menelponnya dengan keadaan sedang menangis. “Yerin kau kenapa? Kau baik baik saja?” tanya Nara cemas

Hatinya selembut itu, tetap cemas dan menanyakan kabar meskipun lawan bicaranya pernah menjahatinya, tapi lihat saja nanti setelah tau mungkin Nara tidak akan selembut itu lagi.

Yerin terus menangis, terisak pilu dan seperti sedang menyesalkan sesuatu. “maafkan aku Nara, maafkan aku, aku tidak pantas hidup”

“yerin, apa yang kau bicarakan?”

“aku yang melakukan semuanya, aku tidak akan sanggup hidup lagi setelah ini, maafkan aku, selamat tinggal” ucapnya kemudian menetup telpon.

Nara sangat kebingungan, ia diam sejenak memikirkan segala kemungkinan yang paling buruk berdasarkan sejauh dia mengenal Yerin, mencerna lebih dalam ucapan Yerin barusan, beberapa detik kemudian Nara seolah tersentak. “Sungai han!” ucapnya panik.

Nara segera berlari keluar, merapatkan pintu rumahnya bahkan tanpa mengunci pintu terlebih dahulu. Entah apa yang ada dipikirannya, yang jelas Nara terlihat sangat khawatir. Bisa dibilang Nara itu sangat mengenal Yerin, hanya saja ia tidak cukup pintar sehingga bisa tertipu.

Sekuat tenaga gadis itu berlari, tak peduli beberapa orang yang menoleh yang menoleh bingung saat melihatnya, tak peduli juga nafas yang terengah karena lelah berlari, untung Nara tidak punya riwayat penyakit asma, jika punya pasti akan sangat berbahaya berlari sekencang itu sampai ke Sungai Han.

Ya, Nara berada disana, menoleh noleh kebingungan, seolah sedang mencari seseorang, lanjut berlari ke ujung dengan menduga duga bahwa yang dicarinya pasti ada disana.

“Han Hyerin!!” pekik Nara panik, saat melihat kearah Sungai dan menemukan Yerin ada didalamnya.

Belum terlalu jauh berada ditengah sungai, namun tinggi airnya sudah berada dipinggang gadis itu dan dia terus berjalan, Nara semakin panik, ia pun segera mengejar Yerin dengan masuk ke air, tak peduli bajunya akan basah, tak peduli tubuhnya akan kedinginan, diotaknya hanya ada satu fakta yaitu Yerin tidak bisa berenang.

“Yerin berhenti disana! Apa yang kau lakukan?”

Yerin seolah tuli, ralat, bukan seolah tapi sengaja, ia sengaja tak memperdulikan Nara, ia fokus pada satu tujuan utamanya, yaitu bunuh diri, dengan cara menenggelamkan dirinya sendiri ke sungai yang memang sering digunakan untuk itu sebagai sisi kelamnya.

Jarak keduanya lumayan jauh, cukup sulit bagi Nara untuk mengejarnya namun gadis itu tetap melakukannya, terus berteriak dan berharap Yerin berhenti disana, “Yerin!!” pekiknya lagi

Airmata Yerin terus mengalir, lebih deras dari sebelum Nara datang. “jangan mendekat Nara! BIARKAN AKU MATI!” bentaknya, Yerin berjalan semakin jauh, tinggi air kini sudah mencapai mulutnya, tahukan kalau sungai pasti bergelombang meskipun tidak kuat, tentu jika airnya setinggi mulut otomatis akan mencapai hidung juga.

Suara Nara sudah serak, tenggorokannya bahkan terasa sakit karena terus berteriak.

“Eonnie kumohon!!”

Yerin tersentak, ia berhenti disana dan menoleh kearah Nara dengan kaki berjinjit. “dia bahkan masih mau memanggilku Eonnie” ucapnya pelan.

Nara mempercepat langkahnya meskipun berjalan diatas air cukup susah. “tetap seperti itu eonnie, tunggu disana!”

“maafkan aku” ucap Yerin pelan, Nara pasti tak mendengar itu karena dia sibuk berteriak untuk menyuruh Yerin diam ditempat. Yerin kembali berbalik dan mendorong tubuhnya kearah air yang lebih tinggi, membiarkan tubuhnya tenggelam ditelan oleh air dengan pasrah, dengan harapan ia segera mati.

Nara berteriak histeris. “EONNIE!!!!”

---

Siapa yg setuju Yerin mati?😂

The Sky ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang