Sarim Srinarendra (21)
Laki-laki yang baru saja menginjak semester 6 ini hanya laki-laki sederhana yang juga datang dari keluarga sederhana.
Dikarenakan beberapa foto di masa lalunya, tak jarang dia dijuluki 'jamet' oleh teman-teman yang lebih pantas disebut adik-adiknya yang tinggal satu rumah dengannya sekarang ini.
Sarim ini anak rantauan, yah merantaunya tidak jauh sebetulnya. Hanya dari desa ke kota.
Sarim mengambil jurusan psikologi di salah satu universitas di kota dan tinggal di sebuah rumah yang-lebih-tepat-disebut-kontrakan-mungkin. Karena bukan hanya Sarim yang tinggal disitu, tapi ada pemilik rumah dan anaknya serta 7 anak lainnya yang tinggal disitu juga. Anak-anak ini yang menemani Sarim selama merantau dan mengisi kesepian Sarim ketika ia kadang merindukan adiknya di desa.
Pada awalnya anak-anak ini meragukan Sarim yang asalnya dari desa, karena Sarim sangat tidak terlihat kedesaan kata mereka. Tapi akhirnya mereka percaya ketika suatu saat pemilik rumah membongkar satu rumah kecil di belakang untuk dijadikan sebuah kebun, Sarim banyak membantu dan terlihat sudah biasa dan banyak pengetahuannya soal berkebun dan lain sebagainya.
Ini karena orangtua Sarim di desa juga punya sebuah kebun meski ya tidak terlalu besar, tapi cukup besar untuk ukuran orang di desa Sarim.
Lalu bagaimana kehidupan Sarim diluar rumah? Bagaimana kehidupan Sarim di kampus? Tidak bisa dipungkiri, Sarim adalah pemuda tampan, pasti ada perempuan yang tertarik padanya.
Jujur saja, bisa dibilang Sarim bukan orang yang sangat berkecukupan, dia benar-benar sederhana. Dan kesederhanaan ini yang menjadi sebab dari eliminasi-eliminasi para perempuan yang mendekati Sarim. Beberapa tidak tahan karena Sarim saat diajak jalan, Sarim tidak pernah membayarkan atau sebagainya. Ya, karena perempuan-perempuan yang jalan dengannya itu pacarnya saja bukan. Lagipula Sarim butuh uang itu untuk kehidupan dia sendiri. Berujung perempuan-perempuan itu kesal dan mengurungkan keinginannya mendekati Sarim.
Hanya satu yang bisa menerima Sarim apa adanya. Beberapa kali Sarim yakinkan soal betapa 'sederhana' nya dia kepada perempuan itu, tapi perempuan itu sama sekali tidak peduli. Sarim sendiri tahu kalau perempuan itu tidak datang dari keluarga sederhana seperti dirinya. Sarim tahu kalau perempuan itu datang dari keluarga berada, bahkan jauh lebih berada daripada Sarim. Benar-benar jauh.
"Ya terus kenapa sih? Kamu kalau emang maunya nabung, ngumpulin uang dan gak mau pake uangmu terlalu banyak buat ini itu tuh ya gapapa dong. Apalagi buat masa depanmu kan kamu ngumpulin begitu? Ya bagus lah, kamu cowok yang bener berarti, soalnya kamu mikirin masa depan kamu. Gak penting buatku, pacar tuh bukan buat bayarin ini itu soal ceweknya loh. Beda ceritanya kalau kamu nikahin aku, baru deh kamu boleh pusing buat biayain aku. Santailah cuma pacaran ini."
Begitu kata perempuan itu. Lalu Sarim bertanya, apa alasan yang membuat perempuan itu mau menjalin hubungan dengan Sarim padahal diluar sana ada banyak laki-laki yang lebih baik darinya?
"Aku suka kamu, sesimpel itu. Kalo ditanya alasan suka, hmm apa ya? Karena kamu ganteng? Baik juga. Ya udah pokoknya gitu deh."
Lalu setelah itu rona merah akan terlihat pada pipi perempuan itu yang meyakinkan Sarim bahwa apa yang dikatakan perempuan itu benar adanya dan tulus dari hati.
Sudah sekitar dua tahun lebih sejak Sarim menjalin hubungan dengan perempuan ini dan Sarim janji pada dirinya sendiri tidak akan pernah melepaskan perempuan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Storia
FanfictionBerbagi cerita dari kesembilan orang ini dengan masalahnya masing-masing. # Start : 27-02-2020 # End : -