ventisei

129 18 15
                                    

Tante Ira tahu kalau beberapa anak bujang di rumahnya ini sedang dilanda masalah. Ya, apalagi kalau bukan masalah percintaan mereka. Dasar anak muda.

Yang masih terlihat baik-baik saja hanyalah Sarim, Wabil, Tirta, dan Syam? Ini masih tebakan Tante Ira saja.

Tante Ira tahu soal masalah Maula karena ya bagaimanapun itu tetap masalah keluarganya dan dia pasti akan selalu tahu tentang itu.

Selanjutnya adalah Waja, akhir-akhir ini Raya tidak main ke rumah dan Waja juga tidak seceria biasanya meski dia masih pandai menyembunyikannya.

Lalu Maha, anak satu ini sebetulnya terlihat sangat jelas apalagi sejak mempunyai pacar yang bernama Jihan itu, tapi sampai sekarang Jihan tidak pernah kelihatan lagi. Akan Tante Ira tanyakan nanti.

Dan Tante Ira cukup kaget dengan Uza yang juga sering keluar. Uza memang sering di luar rumah karena kegiatan ekskul nya, tapi sekarang ini seharusnya Uza sudah tidak sibuk dengan itu. Setiap keluar rumah juga Uza selalu berpakaian rapi dan sangat harum. Tante Ira tidak bisa memikirkan alasan lain untuk Uza seperti itu selain untuk ketemu gebetan.

Terakhir, anak kandungnya sendiri, Rion. Yang kelihatan sangat jelas jauh lebih murung berapa lama ini dan Iza tidak berkunjung lagi ke rumah.

“Yon, Iza apa kabar? Udah lama gak kesini?” tanya Tante Ira ketika semua anak sedang berkumpul di ruang tengah siang itu.

Semuanya memandang Rion karena mereka tahu kalau Rion dan Iza sedang diambang putus atau terus nyambung.

“Gatau, Mi. Rion juga kangen sama Iza,” jawab Rion dengan lemas.

Kasian, pikir anak-anak yang lain saat mendengar jawaban Rion.

“Loh? Berantem kalian?” tanya Tante Ira lagi.

Rion mengendikkan bahunya, “Gak tau deh, Mi. Rumit soalnya, Rion juga bingung mau ceritanya gimana.”

Tante Ira menepuk-nepuk pundak anak tunggal kesayangannya itu sambil berdo'a juga dalam hati supaya Rion bisa menyelesaikan masalahnya dengan Iza meski Tante Ira tidak tahu apa masalahnya itu.

Suasana hening untuk sesaat sampai satu ponsel berbunyi nyaring dan membuat semuanya menjadi kaget.

Sorry sorry, lupa kalau volume nya full hehehe,” kata Wabil sang empunya ponsel.

Yang lainnya fokus kembali pada kegiatan masing-masing sedangkan Wabil mengangkat teleponnya. Ini telepon dari Syaila.

Wabiiiiiiil,” panggil Syaila dengan suara seraknya.

“Assalamu'alaikum, neng,” kata Wabil.

Oh iya lupa, assalamu'alaikum Wabil.

“Dih, wa'alaikumussalam. Kenapa lu tiba-tiba nelepon?”

Lo lagi kosong gak? Gue mau minta tolong huhuhu.”

“Kosong sih. Minta tolong apa?”

Oke cakep. Nanti gue share loc di chat. Bye gue tutup sisanya gue jelasin kalo lo udah disini, oke? Gue harus tutup teleponnya sekarang. Makasih banyak, Wabiiiiiiil. Assalamu'alaikum!”

La StoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang