quindici

227 32 23
                                    

Nazia bertengkar dengan Gilang.

Dan Uza bingung.

Jadi, sewaktu tempo hari Nazia pergi dengan Gilang yang padahal di hari itu Nazia sudah janji akan pergi dengan Uza dan waktu itu telepon dari Uza yang berkali-kali dimatikan adalah ulah dari Gilang, bukan Nazia.

Entah bagaimana ceritanya, intinya ponsel Nazia dipegang oleh Gilang dan Gilang yang mereject semua telepon dari Uza. Setelah itu menghapus jejak teleponnya. Bukan hanya telepon, tapi juga chat dan lain-lainnya dari Uza. Entah apa juga tujuannya. Katanya sih Gilang cemburu dan tujuannya hari itu mengajak Nazia pergi untuk membatalkan acara makan siang Nazia dan Uza. Nazia juga kebetulan lupa soal janji makan siang itu.

Nazia menyadari ada yang aneh dan akhirnya dia teringat soal janji itu lalu cepat-cepat menghubungi Uza dan marah habis-habisan pada Gilang. Uza jujur setelah mengetahui ceritanya langsung merasa sangat kesal pada Gilang. Uza juga jadi tidak tega melihat Nazia jadi terus-terusan meminta maaf padahal bukan salahnya, tapi salah Gilang.

Pada akhirnya Nazia menjanjikan acara traktiran lagi untuk Uza. Dua kali lipat katanya, sebagai permintaan maaf karena Nazia juga salah sudah melupakan janjinya dan malah mengiyakan ajakan Gilang hari itu. Uza menerima janji dari Nazia lagi, tapi waktunya ditunda cukup lama dengan alasan Uza sebentar lagi ujian dan dia ingin fokus dulu untuk ujian. Baru setelah selesai ujian, Nazia boleh menepati janjinya.

Tapi bohong. Sebetulnya ada alasan lain.

Uza masih memikirkan kata Hanifa untuk move on. Maka dari itu, Uza sedikit demi sedikit berusaha meski sulit.

Ketika Nazia menjanjikan traktiran lagi, dalam lubuk hati Uza yang paling dalam jelas sangat bahagia dan ingin segera melaksanakan janji tersebut. Tapi ada satu bagian dari hatinya juga yang kemarin sempat kecewa karena Nazia tidak menepati janji. Makanya Uza memutuskan agar janjinya ditepati setelah dia selesai ujian saja. Itu karena Uza juga butuh waktu untuk mengobati bagian dari hatinya yang kecewa itu.

Tapi, yang Uza herankan adalah dirinya yang akhir-akhir ini jadi sering bersama dengan Hanifa.

Ini karena setelah pergi diajak kabur Hanifa waktu itu, Uza secara tidak sengaja menjadi saksi atas pertengkaran hebat antara Hanifa dan pacarnya.

Hanifa ditampar pacarnya waktu itu dan Uza menjadi saksinya. Tapi Uza dengan bodohnya saat itu tidak bisa melakukan apa-apa selain memperhatikan dari jauh dan baru berani menghampiri Hanifa ketika pacarnya sudah pergi.

Uza kira, Hanifa akan marah karena Uza yang diam saja melihat dari jauh. Uza kira, Hanifa akan membenci dan menjauhi Uza karena sudah melihat sesuatu yang tidak baik.

Tapi, yang dikatakan Hanifa waktu itu membuat Uza refleks memeluk tubuh kurus kecil Hanifa dan mengusap punggungnya, membiarkan Hanifa menangis membasahi bajunya.

“Maaf, Za, gue bohong soal pacar gue yang gak kasar atau semacamnya lah. Beruntunglah yang ditampar gue, bukan lo,” begitu kata Hanifa.

Setelah kejadian itu, mereka berdua secara tidak sengaja jadi sering berhubungan. Entah itu Uza yang jadi sedikit lebih menaruh perhatian pada kakak kelasnya itu, entah Hanifa juga yang tidak sadar jadi agak berkegantungan dengan Uza.

Beberapa kali ketika mendesak, Hanifa langsung menghubungi Uza untuk meminta dibawa pergi agar bisa menghindari pacarnya. Uza juga langsung cepat mengiyakan permintaan Hanifa. Inilah alasan kenapa beberapa hari ini Uza suka pulang terlambat dan lebih sering berada di luar.

Tidak ada satu orang pun yang mengetahui kedekatan Hanifa dan Uza akhir-akhir ini. Uza tidak tahu apakah ini hal bagus atau bukan.

La StoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang