its 2700+ wordssssss banyaaak banget
monggo dibacaa, semoga kenyaaaang wkwk🦀
Setelah Uza dan Tirta, kini Maha yang terlihat lesu dan cemberut oleh Syam.
Tapi, karena Syam juga sedang punya masalah sendiri, dia jadi tidak ada hasrat untuk penasaran dengan alasan kenapa Maha seperti itu.
Untuk kali ini, ada saksi lain selain Syam, yaitu Sarim. Syam, Sarim, dan Maha kini sedang duduk bertiga di sofa depan TV.
Sarim jelas kelewat peka untuk merasakan dua hawa tidak enak yang ada di sebelah kiri dan kanannya.
“Maha, ujian kapan?” tanya Sarim ketika iklan di TV, sehingga tidak memecah fokus mereka menonton acara kartun sore itu.
Maha yang barusan sedang melamun langsung kaget karena pertanyaan Sarim, “Tiga mingguan lagi kalo gasalah,” kata Maha masih berusaha menjawab agar tidak terlihat aneh gelagatnya.
Tapi percuma, Sarim sangat sadar dengan keadaan Maha.
“Fokus buat ujian dulu ya. Tapi kalau ada yang mau diomongin ya gapapa, daripada jadi beban pikiran. Semangat,” ujar Sarim sambil menepuk-nepuk paha Maha.
Dibalas oleh helaan napas panjang dan anggukan berat oleh Maha yang membuat Sarim yakin seratus persen memang kalau anak ini sedang punya masalah.
“Syam juga kenapa tumben cemberut? Lagi puber?” tanya Sarim dengan nada menggoda.
Syam bingung dan tidak langsung menjawab. Karena Syam sebetulnya ingin bercerita, tapi dia bingung. Syam tidak pernah cerita kepada siapa-siapa sebelumnya tentang Sahla. Semua tentang Sahla betul-betul Syam simpan sendirian semuanya.
“Gatau, lagi bete aja,” jawab Syam pada akhirnya dengan rasa menyesal karena sudah berbohong.
Sarim bingung dengan tanggapan Syam, karena wajah Syam memang mencetak ekspresi sedang kesal. Tapi Sarim tidak punya petunjuk untuk menebak alasan kenapa si bungsu ini bisa kesal. Biasanya Syam hanya akan marah kalau Tirta dan Maha mencuri stok haribo nya. Ataupun ketika Waja dan Uza menjahilinya. Tapi, tidak ada kerusuhan seperti itu akhir-akhir ini.
“SYAAAAAM, MAIN PS YUK,” pekik Tirta dari kamarnya.
“BANG MAHA, PINJEM PS YA,” lanjut Tirta lagi.
“Ikut dong,” kata Wabil yang keluar dari kamarnya setelah mendengar suara Tirta.
Wabil menuju kamar Maha dan melewati kamar Uza lalu mengintip, “Za, mau ikut main PS ga?”
“Duh, godaan setan. Jauh-jauh sana, Uza lagi belajar tauuuuu,” sungut Uza sambil menutup pintu kamarnya.
“Sembarangan gue dikata setan,” gerutu Wabil dan ditertawakan oleh Tirta.
Syam akhirnya beranjak setelah mendapat persetujuan dari Maha. Menyisakan Sarim dan Maha saja di depan TV.
Beberapa menit setelah ditinggal Syam, akhirnya Maha meledak, membuat Sarim langsung kaget.
Maha mengacak rambutnya frustasi sambil meredam geramannya. Sarim berusaha pelan-pelan menepuk punggung Maha, berharap bisa sedikit memberi keringanan untuk Maha.
“Bang, gue pengen cerita,” kata Maha setelah agak tenang.
“Di taman depan yuk, mau gak? Sambil jajan es potong atau cilok,” ajak Sarim berusaha tetap tenang.
“Ayoklah,” kata Maha yang beranjak duluan diikuti oleh Sarim sambil mematikan TV.
Mereka berdua naik sepeda ke taman depan komplek dan membeli es potong lalu duduk di ayunan taman tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Storia
FanfictionBerbagi cerita dari kesembilan orang ini dengan masalahnya masing-masing. # Start : 27-02-2020 # End : -