tre

576 62 17
                                    

Maha pulang duluan dengan wajah lesu nya. Karena Hafuza bilang ekskul dance ada kumpul sebentar dan menyuruh Maha pulang duluan saja apabila tidak ingin menunggu.

Disinilah Maha sudah sampai di rumah yang ditempatinya selama 3 tahun terakhir ini. Butuh waktu beberapa detik sampai Maha sadar ada motor scoopy berwarna biru terparkir di halaman rumah. Maha sudah sangat hapal dengan motor itu.

Dengan buru-buru Maha masuk ke dalam rumah dan menemukan pemilik motor itu sedang berbagi canda dengan Rion di sofa depan TV sambil makan kue kering buatan Tante Ira.

Rion yang pertama menyadari kepulangan Maha, “Noh, Sha, dah pulang tuh si Maha.”

Membuat gadis itu berbalik dan menampilkan senyum lebarnya ke Maha.

“Lo nyampe rumah tuh salam kek,” cibir Rion sambil menyuapkan kacang polong ke mulutnya.

“Iya iya. Assalamu'alaikum,” kata Maha yang langsung dibalas, "Telat,” oleh Rion, meski hanya gumaman tapi Maha masih bisa mendengarnya.

“Wa'alaikumsalam,” jawab gadis itu lalu menepuk sofa di sebelahnya dua kali, menyuruh Maha duduk disitu.

“Gimana TO nya, Kak?” tanya gadis itu.

“Ya gitu, TO doang kok,” kata Maha acuh dan gadis itu cuma mengangguk-angguk menanggapi jawaban Maha.

Setelahnya hanya suara dari TV yang mengisi kesepian itu, tidak ada yang berbicara.

“Gue jadi nyamuk ye? Yaudah gue ke kamar dah. Ngobrol dah tuh lu berdua,” ujar Rion lalu meninggalkan dua insan itu berdua.

“Ganggu apaan sih,” gumam gadis itu sambil cemberut namun pipinya memerah.

Beberapa menit setelahnya mereka tetap diam menatap TV itu tapi dengan tatapan kosong, perhatian mereka tidak tertuju untuk TV itu.

“Kak.”

“Sha.”

Panggil keduanya bersamaan.

“Kakak dulu.”

“Yesha dulu.”

Lagi-lagi bersamaan.

“Ngapain kesini?” tanya Maha pada akhirnya, meski sebetulnya bukan itu yang ingin Maha tanyakan. Maha ingin bertanya alasan kenapa chat nya belum dibalas.

“Mau nganterin pancake es krim dari Mama buat Kak Maha sama yang lainnya. Udah aku masukin ke kulkas tadi,” jelas Yesha sambil memakan kue kering dan matanya tetap terfokus ke TV.

“Tante sama Om sehat kan?” tanya Maha dibalas anggukan oleh Yesha.

“Kakak kenapa udah jarang main ke rumah?” tanya Yesha yang akhirnya menatap Maha lekat-lekat menunggu jawaban.

“Capek, Sha. Kakak capek di sekolah, bentar lagi ujian,” jawab Maha yang tidak seratus persen benar, ada alasan kenapa dia tidak sering menemui Yesha di rumahnya lagi. Dia tidak mau terlihat aneh dan mencurigakan karena terus-terusan lengket dengan Yesha.

“Udah makan belum?” tanya Yesha dan dijawab gelengan oleh Maha.

“Mau pancake nya dong, Sha,” pinta Maha.

Yesha segera beranjak dari duduknya menuju ke kulkas di rumah Rion. Saking seringnya Yesha bermain kesini membuat Yesha tidak asing lagi.

“Seger banget nih,” ucap Yesha sambil memberikan sepiring pancake ke Maha dan sepiring lagi untuknya.

“Kok kamu juga makan? Katanya buat Kakak sama yang lainnya?” tanya Maha jahil.

“Aku udah nyisihin buat aku juga, wle,” jawab Yesha sambil menjulurkan lidahnya. Keduanya memakan pancake itu dalam diam sambil menonton TV dengan posisi kepala Yesha bersandar pada bahu Maha.

La StoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang