7. COGAN NYASAR

560 73 5
                                    

[Sudah di revisi]

Minggu pagi, sudah menjadi kebiasaan rutin Destira untuk jogging. Entahlah, seperti ada yang kurang saja gitu kalo enggak jogging.

Jadi, disini lah Destira berada. Di lapangan luas yang di tumbuhi oleh rerumputan berwarna hijau. Ya iyalah, masa rumput warna kuning.

Di sekilingnya, banyak lautan manusia yang sedang jogging, bersepeda, berpacaran, bahkan yang lagi kayang juga ada.

Destira sendirian kesini, karena jarak dari rumahnya ke lapangan lumayan dekat. Jadi tak perlu repot-repot untuk mengajak teman atau naik motor.

Destira mengelap peluh yang mengalir di dahinya menggunakan handuk yang tersampir di lehernya. Hitungannya, ini putaran ke 5 Destira mengelilingi lapangan.

"Cape juga ternyata," ujar Destira kemudian berhenti sejenak meluruskan kakinya yang terasa pegal.

"Banyak banget cowok, tapi kenapa gue masih jomblo ya." Destira melihat cowok-cowok yang sedang nongkrong di warung dekat lapangan itu.

"Dari sekian banyaknya cowok, kenapa gue harus suka sama Devano si!" ujarnya lagi dengan kesal.

Kenapa? Kenapa harus cowok itu? Dari sekian banyaknya cowok di dunia ini kenapa Destira harus suka sama Devano Arselio, si cowok cuek itu?

"Karena hati gak tau akan bertuan dengan siapa," celetuk seseorang.

Destira menoleh mendapati seorang cowok yang memakai baju pendek berwarna putih, training hitam serta sepatu olahraga berwarna putih. Bajunya yang basah berwarna putih itu membuat perutnya yang sicpack begitu tercetak dengan jelas.

Destira panas dingin di tempatnya, melihat cowok tampan itu berjalan ke arahnya.

"Kalo cinta masih milih-milih. Berarti namanya bukan cinta." Cowok itu duduk di tepi jalan bersama Destira.

"Kenapa lo ngomong gitu?" tanya Destira.

"Gue mau buat lo sadar," kata cowok itu.

"Gue enggak kesurupan!" Destira mendelik kesal ke arah cowok itu.

"Gak ada yang bilang kalo lo kesurupan!" Cowok itu menjeda ucapannya. "Kenalin, gue Januarta." Cowok itu kali ini menjulurkan tangannya.

Destira menerima uluran tangan itu. "Gue Destira," ujarnya.

"Pasti lo lahir bulan januari ya?" tebak Destira sembari menyipitkan matanya.

"Bukan," kata Januarta.

"Kan Januarta, berarti Januari dong."

"Otak lo."

"Otak gue kenapa?" Destira mengernyitkan dahi bingung. Mengapa sekarang yang di bahas otaknya? Cowok aneh.

"Dangkal," ujar Januarta. Destira melotot kaget lalu menempeleng kepala cowok itu.

"Songong banget," ujar Destira.

"Lo yang songong!"

"Lo!"

"Otak lo harus di riset." Januarta memberitahu.

Cinta Sendirian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang